Happy reading temen-temen Eby 💕
Karena menurutku, bertemu denganmu mempunyai dua arti. Pertama, itu adalah sebuah ketidaksengajaan dan yang kedua adalah kesengajaan yang tidak direncanakan.
-About Us-"Lo kok ninggalin gue?"
Chinta mengerucutkan bibirnya seperti pantat bebek goreng yang menurutnya sangat lucu, tapi tidak dengan Alishka. Gadis itu duduk di kursi yang disediakan koperasi dan menunggu Chinta yang membeli sesuatu.
"Mbak, dua pensil sama satu penghapus, berapa?"
Alishka menoleh seakan mengenali suara berat itu. Ia menemukan Rama yang berdiri tak jauh dari Chinta yang masih sibuk dengan beberapa kertas warna-warni di tangannya.
'Dia lagi.' Alishka membatin dan mencoba tak terlalu melihat Rama.
"Lishka, enaknya warna biru sama putih atau merah sama hijau?" tanya Chinta menunjukkan empat kertas berbeda warna pada Alishka.
"Merah putih."
Chinta memutar bola matanya kesal. "Gue nanya bener-bener, jawabnya yang bener dong, Lish."
"Putih biru."
"Oke."
Chinta mengembalikan dua kertas lainnya dan mencari barang lain. Tanpa diduga, Rama mendekati Alishka dan duduk di sampingnya.
"Ngapain lo duduk di sini?" tanya Alishka angkuh.
Rama menoleh sebentar lalu membuka minuman berasa yang ia beli tadi. "Emang kenapa? Koperasi ini punya lo?"
'Nih cowok maunya apa, sih?'
Alishka tidak menjawab. Ia hanya berkomat-kamit meyumpahi cowok di sampingnya itu dalam hati. Lama menunggu Chinta yang tak kunjung selesai, tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat dan pandangannya pun mulai buram.
"Lish, ayo ke kelas, gue udah selesai," ajak Chinta.
Alishka mencoba berdiri sambil berpegangan pada dinding di sampingnya. Rama hanya mengerutkan keningnya melihat gerakan gadis itu yang menurutnya aneh.
Bruk!
Tak sampai tiga detik dari sana, Alishka sudah tersungkur di tanah karena tidak sadarkan diri. Chinta yang sudah berjalan lebih dulu kembali lalu kembali dan menepuk pipi Alishka. Rama yang melihat itu langsung menggendong gadis itu ala bridal style menuju UKS.
Semua yang ada di sana memperhatikan gerakan Rama yang menggendong Alishka. Banyak bisikan-bisikan yang membicarakan tentang hal itu. Chinta yang panas mendengar segera menyumpahi mereka dengan ocehan absurdnya.
"Kalian iri ya? Ngomongin kalau orang lain salah, emang situ bener? Iri bilang bos!"
"Lo kenapa sih, Chin?" tanya salah satu dari mereka.
"Gue? Gue nggak kenapa-napa, sehat wal'afiat, dari bayi emang udah diberkahi kayak gini," jawab Chinta asal.
"Tuh si biang penyakit kok bisa digendong sama Rama sih?" lanjut yang lain.
"Tau tuh!"
"Caper itu mah!"
"Inget woy! Ada azab! Kena sambar gledek baru tahu kalian semua!"
Setelah menjeritkan itu, Chinta berlari menyusul Rama yang membawa Alishka menuju UKS tanpa menghiraukan cacian orang-orang di sana.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...