Happy reading teman-teman 💕
"Kata orang; rasa itu bukan ada, tapi di-ada-kan"
Rama memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah lalu turun dengan jaket abu. Ia menyandang tas di bahu kiri sambil menaiki tangga menuju kelas.
Sepanjang perjalanan, tak jarang ia mendapatkan sapaan dari kaum wanita, khususnya para adik-adik kelas yang selalu mengincarnya dengan memberikan hal yang tidak perlu menurut cowok itu, seperti surat, coklat, sarapan, makan siang, dan masih banyak lagi. Maklum, dia famous.
Seketika pandangannya bertemu dengan seseorang yang menatapnya dari ujung lapangan outdoor. Rama masih mengenalinya, tapi entah tatapan gadis itu membingungkan menurut Rama.
"Ram! Lo mau ikut gue nggak?"
Rama menoleh dan menemukan Novan yang cengar-cengir tak jelas. "Bentar. Bukannya lo izin ya? Kenapa sekolah?"
Novan terkekeh pelan. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu merangkul Rama menuju kelas.
"Gue kemarin izin cuma dua hari. Kenapa? Lo kangen?" gurau Novan dan langsung mendapat tatapan menjijikkan dari Rama.
"Lupain aja. Sekarang lo mau ngajak gue ke mana?"
"Cafe baru gue dong," ucapnya bangga.
Rama mengernyit binggung pertanda tidak mengerti arti ucapan Novan. "Maksudnya apaan sih? Lo punya cafe? Atau lo mau ngajak gue ke cafe?"
Mereka telah sampai di depan kelas dan segera duduk di kursi masing-masing. Novan duduk di sebelah Rama dengan senyum yang tak berhenti ditunjukkannya dan jujur Rama merasa mual dengan hal itu.
"Cafe gue. Gue kemarin pusing mau ngasih nama apa, makanya gue marah-marah nggak jelas, terus izin."
Rama memanggut-manggut seolah mengerti. "Terus? Cafenya di mana?"
"Pulang sekolah lo ikut gue. Biar gue traktir lo di sana!"
"Itu kan cafe lo dodol!"
Novan hanya tertawa lalu bergurau dengan beberapa temannya yang selalu mendengarkan ocehan recehnya. Tak disadari bel telah berbunyi dan semua kelas segera memulai jam pembelajaran pertama dan itu adalah pelajaran Bu Resta.
****
Lyra sangat risih dengan keberadaan Karrel di hadapannya. Sudah hampir setengah jam lelaki itu duduk manis sembari menatap Lyra. Mereka ada di kantin dan menghabiskan waktu bersama. Ralat, membuang waktu bersama. Karrel tampak memutar-mutar sedotan jus mangganya sambil tersenyum pada Lyra.
"Lo gila?" tanya Lyra membuat Karrel menoleh padanya.
"Aku gila karena kamu, Sayang," balas Karrel lalu terkekeh kecil.
Lyra berdiri bersiap untuk meninggalkan Karrel. Namun, baru saja ia ingin berbalik badan, tangannya langsung dicegat oleh Karrel dan membuatnya duduk kembali.
"Ayolah, Lyra. Kita dulu sama-sama, jadi kamu nggak perlu menutupi semuanya, " ucap Karrel masih dengan kekehan setannya.
"Gue nggak peduli!"
Terdengar bel masuk telah berbunyi dan membuat Karrel menggandeng mesrah pundak Lyra dan langsung mendapat penolakan keras oleh sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...