AU(12)-Mantan

363 44 26
                                    

Happy reading teman-teman 💕

Masa lalu itu tidak salah untuk diungkit, yang salah itu bagaimana kita melewati masa itu
About Us


Mata Alishka tak luput dari sosok cowok yang duduk membelakanginya. Menunggu adalah hal yang sungguh membosankan menurut Alishka, apalagi menunggu Chinta yang makan seperti siput menyeberangi jembatan Ampera. Sangat lambat.

"Ta, cepetan dikit kek makannya. Udah mau masuk nih," keluh Alishka mulai kesal.

"Bentar lagi. Perut gue masih demo," balas Chinta sambil memainkan handphone.

Dari sana terdengar suara gelak tawa dari kursi rombongan orang yang sedari tadi diperhatikan oleh Alishka. Ikat kepala yang bertengger manis menjadi lambang dari keanggotaan basket di sekolahnya. Itulah yang Alishka tahu.

Alishka mengingat tentang bagaimana ayahnya menerima kedatangan Rama. Karena memang ia belum pernah mengajak teman sekolahnya ke rumah kecuali Chinta.

Gadis itu tidak diajak ke rumahnya saja masih datang tanpa diundang. Kedatangan Rama ke rumahnya membuat Alishka ragu untuk melihat Rama lagi karena memang ia terlalu malu terhadap orang lain.

Chinta mengelap bibirnya dengan tisu dan menoleh ke arah pintu kantin. Terlihat Dera  yang memasuki kantin sembari membawa lembaran kertas di tangan gadis itu.

"Dera!" teriak Chinta membuat gadis itu menoleh dan mendekati meja mereka.

"Chin, Lish, udah makan?" tanya Dera.

Chinta hanya mengangguk sembari tersenyum pada Dera. Lyra hanya diam sedari sambil menatap seseorang di belakangnya.

"Ra, lo ngapain?" tanya Alishka menepuk pundak gadis itu.

Lyra langsung terkejut karena tepukan di pundaknya. Alishka menautkan kedua alisnya binggung karena melihat ekspresi Lyra seperti orang yang baru saja mencuri. Lyra hanya menggeleng dan tersenyum singkat.

Sedangkan Dera dan Chinta sibuk membagikan kertas untuk pengarahan tentang UN. Pengarahan itu diikuti oleh seluruh siswa karena mengingat tentang ujian kelas 12 yang sebentar lagi akan diadakan. Dera yang sibuk menggoda para cowok membuat Chinta geram dan menarik gadis itu untuk membuntutinya.

"Lo OSIS, kan? Kenapa nggak ikut bagiin brosur itu?" tanya Alishka tanpa menoleh pada Lyra.

"Tadi waktu rapat yang disuruh cuma beberapa orang aja."

"Lo udah lama jadi anggota OSIS?" tanya Alishka dan kali ini menoleh pada gadis itu.

"Dari kelas 10. Sebenernya sih gue mau jadi ketuanya, tapi gue yakin gue bakal kalah saing sama kandidat yang lain," jawab Lyra sambil tersenyum.

Dera dan Chinta kembali dengan tangan kosong. Semua undangan sudah dibagikan pada warga sekolah kelas 12 yang ada di kantin.

"Ra, tadi lo ditanyain sama anggota OSIS. Katanya lo harus ikut rapat hari ini, pulang sekolah," ucap Dera menarik kursi untuk dirinya duduk.

"Harus?" tanya Lyra menyakinkan.

Dera menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan alat make up dari sakunya. Ia memasang bedak dan lipstick merah muda di bibir tipisnya. Melihat itu membuat Chinta merasa bersalah karena ucapannya pagi tadi. Benar, semua orang memiliki kepribadian masing-masing. Orang lain tidak dapat mengatur karena nyaman diri sendiri belum tentu nyaman pada orang lain.

Tiba-tiba terdengar notifikasi dari handphone Dera yang membuat sang empu langsung membuka benda pipih berwarna merah itu. Tak sampai sepuluh detik, ia langsung memasukkan benda itu ke saku roknya dan berdiri. Alishka, Chintya, dan Lyra mengernyit binggung melihat reaksi Dera.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang