Happy reading temen-temen 💕
Alishka berdiri di depan cermin kecil yang tertempel di dinding lengkap dengan seragamnya, lalu menuju ke meja makan. Di sana sudah ada ayah dan adiknya yang tengah menyantap sarapan yang telah dibuat oleh sang ayah.
"Pagi, Kak," sapa Haikal.
Alishka hanya tersenyum tipis membalas sapaan Haikal. Gadis itu langsung menyantap sarapannya dengan cepat mengingat waktu yang semakin berjalan.
"Kak, hari ini jadikan ke sekolah Haikal?" tanya Haikal setelah selesai sarapan.
"Iya, kita berangkatnya naik angkot aja ya, biar Ayah bisa langsung kerja, " ucap Alishka memasang almamater sekolahnya.
Taizo tersenyum. "Nanti di jalan hati-hati ya, kalau perlu apa-apa telepon langsung telepon Ayah."
Alishka dan Haikal hanya mengangguk. Mereka pun berpamitan pada Taizo, lalu mulai berangkat mencari kendaraan umum untuk mengantar mereka menuju sekolah Haikal.
****
Rama berjalan santai di koridor sekolahnya. Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi, padahal kelas 12 disuruh datang jam 8. Itu semua karena pertengkaran singkat di rumahnya bersama sang kakak, Raka, yang menyuruhnya berangkat ke sekolah lebih awal.
"Woy, bro!"
Sebuah tepukan lumayan keras meluncur di bahu kanannya dan membuatnya menoleh pada pelaku. Rama mendelik kesal namun tak menghentikan langkahnya.
"Muka lo napa? Kusut amat kek kertas contekan gue," tanya lawan bicaranya.
"Kesel gue," ucap Rama menendang sebuah kaleng kosong dan membuatnya terpental lumayan jauh.
Novan menghentikan langkah Rama dan menatap Rama dengan tatapan tajam. Ia melihat sekitarnya yang masih sepi karena memang area kelas 12 belum terlalu ramai. Ia mengeluarkan sesuatu di balik jaketnya dan menunjukkan benda itu pada Rama. Rama mengernyit bingung dengan Novan yang tiba-tiba menjadi seperti detektif.
"Lo kenapa sih?" tanya Rama tak sabar.
"Gue ada kabar besar."
"Apaan?" Novan mengotak-atik HPnya dan menunjukkan sebuah foto pada Rama.
"Nih, gue liat Ryan sama gengnya mau tawuran lagi. Katanya sih karena musuhnya kalah taruhan," ucap Novan dengan nada berbisik.Rama mengembuskan napas panjangnya lalu duduk di kursi yang tak sengaja ada di dekat mereka.
"Maksud lo buat laporan sama gue apaan? Lo salah orang, harusnya lo laporan sama Zean, bukan gue."
Novan ikut duduk setelah menyimpan HPnya kembali. "Lo sama Zean kan sama aja."
Baru saja ingin membalas ucapan Novan, tiba-tiba Hp Rama bergetar. Ia melihat siapa yang menelponnya. Nomer tak dikenal. Novan hanya menggendikkan bahu dan memainkan rubik yang ia bawa. Karena merasa tak penting, Rama menolak panggilan itu dan memperhatikan sahabatnya yang tengah memainkan rubik.
Drtt... Drtt....
Lagi-lagi dari nomer yang sama kembali menelponnya. Rama menggeser tombol hijau dengan tak sabar dan menunggu sang empu berbicara. Padahal ia tak tahu siapa yang menelponnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...