Happy reading teman-temen 💕
Banyak yang bertemu, namun belum tentu bersatu.
Setelah kejadian kotak misterius itu, Chinta lebih banyak diam. Ia hanya berbicara seperlunya dan tak ingin terlalu berharap dengan perasaannya. Alishka dan Dera memaklumkan itu, walau mereka sedikit aneh dengan perubahan sifat Chinta.
Seperti hari ini, kelas mereka tengah mengadakan olahraga di lapangan basket. Tentunya yang dipelajari adalah seputar basket, bola berwarna orange yang materinya tak berubah-ubah. Alishka, Chinta, dan Dera tengah memperhatikan guru olahraga yang tengah memberikan penjelasan serta mempraktikkan cara bermain yang benar.
Alishka merasakan matahari di atas kepala semakin dekat dengannya. Bahkan ia juga terkejut melihat tetesan darah dari hidungnya walaupun tidak deras. Akhirnya, ia memilih pergi membersihkan hidungnya dahulu.
Chinta dan Dera tetap di tempat mereka, mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut guru itu. Alishka yang tahu mereka tak sadar, langsung pergi ke toilet perempuan yang letaknya tak jauh dari lapangan outdoor.
"Kenapa bisa berdarah lagi sih?" Alishka mulai mengambil tisu yang disediakan, lalu membersihkan hidungnya perlahan.
Setelah benar-benar bersih, gadis itu menatap wajahnya dari cermin lebar yang tersedia. Alishka melihat sosok gadis yang tersenyum riang tanpa ada beban di cermin itu. Gadis itu melambaikan tangan sembari menarik ujung bibirnya lebih lebar. Alishka menepuk pipinya, itu dirinya. Gadis itu dirinya, namun mengapa ia tersenyum?
"Pa, Ma, waktu semakin berlalu. Kapan kita bertemu? Bahkan aku selalu mimpi kalian," gumam Alishka menggenggam erat wastafel dengan air yang masih mengalir.
Alishka menatap pantulan cermin besar itu yang masih menampilkan sosok gadis yang tersenyum lebar. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu kembali menatap pantulan cermin itu. Perlahan pantulan sosok gadis itu menghilang dan tersisa gambaran dirinya yang tengah murung. Alishka pun menghentikan air yang mengalir.
Baru saja air matanya ingin menerobos keluar, pintu toilet itu terbuka dan menampilkan salah seorang adik tingkatnya. Alishka tak peduli dengan itu, ia langsung keluar dan kembali ke lapangan. Dari kejauhan ia melihat Chinta dan Agus yang tengah mendrible bola secara bergantian. Saat langkahnya berbelok di koridor kelas, tiba-tiba lengannya ditarik oleh seseorang yang langsung menutup mulutnya.
"Diem!" Alishka mendengar desisan orang itu yang langsung membawanya ke taman belakang sekolah.
Alishka mengenal parfum yang digunakan orang ini. Entah orang yang sama atau bukan, yang pasti Alishka pernah mengenal wangi itu. Setelah mulutnya dibuka, Alishka menoleh pada orang yang sudah membawanya secara paksa ke tempat ini. Ternyata benar, dugaannya tak pernah meleset.
"Lo ngapain nyeret gue ke sini? Lebih baik lo masuk kelas sana, gue mau ngambil nilai," ucap Alishka tanpa basa-basi.
Orang itu tersenyum miring. "Seberapa penting nilai?"
Alishka terdiam. Ia sangat malas bermain-main bersama lawan bicaranya sekarang. Saat langkahnya hampir beranjak, cekalan lumayan kuat hinggap di pergelangan tangan yang membuatnya berhenti.
"Gue belum selesai ngomong. Gimana kesehatan lo?"
"Gue baik. Enggak usah basa-basi, gue lagi males ngeladeni bahasan lo, " jawab Alishka santai sembari melepas cekalan di tangannya.
"Gue juga nggak lagi basa-basi, gue emang nanya gimana kabar lo. Alamat lo udah pindah?"
Alishka mendongak. Ia menatap manik milik lawan bicaranya dan tak berani menjawab apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Novela JuvenilBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...