Happy reading temen-temen 💕
Hanya perlu beberapa detik untuk bisa mencintaimu
—About Us—Sesuai ucapannya tadi malam, pagi-pagi buta Ryan sudah nangkring di depan rumah Alishka dengan sebatang rokok di ujung jarinya. Baju yang dikeluarkan, dasi terpasang namun tak rapi, serta sepatu berwarna biru sangat menandakan bahwa dia bukan siswa teladan.
Beberapa tetangga Alishka yang sudah beraktivitas di pagi hari melihat dirinya dengan tatapan aneh. Sedangkan orang yang ia tunggu sedari tadi tidak keluar dari rumah. Setelah rokoknya habis, Ryan menggambil sebotol minyak wangi dari dalam tasnya dan menyemprotkan ke seluruh tubuh. Setelah bau rokok benar-benar hilang , barulah ia menuju daun pintu rumah Alishka dan mengetuk benda berbahan dasar kayu itu.
"Iya, sebentar. Siapa?" Terdengar balasan dari dalam rumah setelah ia mengetuk pintu beberapa kali.
"Cari sia--pa?" Alishka langsung terpaku ketika melihat kedatangan Ryan ke rumahnya sepagi imi. Bahkan ia baru selesai memasang kaus kaki dan hendak sarapan.
"Lama banget sih lo! Lumutan gue nunggu," ucap Ryan tak bersahabat dan langsung duduk di kursi teras.
"Lo, lo ngapain ke sini?" tanya Alishka tak menggubris gerutuan Ryan dan menutup pintu karena takut Taizo tau kedatangan Ryan dengan penampilan layaknya preman itu.
"Jemput lo, nggak inget yang gue bilang semalem?" balas Ryan membenarkan kerah bajunya dan merapikan dasi.
"Maksud gue buat apa?"
Ryan menoleh. "Lama lo, lebih baik lo sarapan terus ikut gue ke sekolah. Enggak usah banyak nanya, pusing gue jawabnya."
Tanpa disuruh pun Alishka memasuki rumahnya dan bersikap seolah tak ada siapa-siapa di luar rumah. Ia menikmati sarapannya bersama Taizo serta Haikal dengan nasi goreng yang dibuat spesial oleh ayahnya. Sepuluh menit berlalu, akhirnya mereka selesai sarapan dan bersiap berangkat ke kegiatan masing-masing.
"Yah, aku duluan berangkatnya. Haikal aja ikut Ayah, Alishka naik bis nanti," ucap Alishka.
"Yaudah, hati-hati di jalan ya."
Alishka menganggukkan kepalanya dan mencium tangan ayahnya. Melihat ayah dan adiknya yang masih sibuk di dalam kamar, Alishka langsung keluar rumah dan menarik Ryan menjauh dari rumahnya.
"Udah, kan?" tanya Ryan dan berjalan mendahului Alishka menuju motornya yang sudah ia pindahkan ke depan rumah tetangga Alishka.
"Udah. Sekarang lo bisa pergi," jawab gadis itu lantang membuat Ryan menoleh tak percaya padanya.
"Lo nyuruh gue pergi setelah gue nunggu berjam-jam? Enggak bakal, lo ikut gue!"
Tangan Alishka langsung ditarik mendekat ke arah cowok itu, hingga jarak mereka terhapuskan.
"Atau gue yang paksa," bisik Ryan pelan membuat Alishka menjauhkan diri dari cowok itu.
"Gue bisa pergi sendiri, gue nunggu bis lewat," ujar Alishka tetap dengan pendiriannya dan berjalan meninggalkan Ryan yang sudah duduk manis di atas motornya.
Bukan Ryan namanya bila tidak keras kepala dan tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia menghidupkan mesin motornya dan menyusul Alishka.
"Bisa nggak lo sekali aja nurut sama gue. Lama-lama gue tabrak lo. Gue rela bangun pagi-pagi demi ngejemput lo, tapi taunya lo mau naik bis," ucap Ryan membuat langkah Alishka berhenti mendadak.
Ada desiran aneh di sekitar dadanya yang merambat ke hati dan akhirnya membuat pipinya memanas. Alishka merasakan darahnya berjalan lancar tanpa penghambat apa pun yang membuatnya tersenyum. Namun, itu hanya berlangsung beberapa detik. Gadis itu membalikkan badannya dan menatap Ryan dengan pandangan yang sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...