AU(5)- Penasaran

523 86 51
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Rama berjalan menuruni tangga melingkar di rumahnya yang bisa dikatakan istana itu. Ia menemui mamanya yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka. Cowok itu menduduki salah satu kursi makan lalu melahap roti tawar yang dioles selai nanas dengan lahap.

"Rama, hati-hati makannya, berantakan banget, sih," ucap Dona -mamanya- kesal karena melihat Rama yang menghabiskan tiga lembar roti sekaligus.

Rama hanya menyengir lebar sembari menghabiskan rotinya. Tak lama sang kakak -Raka- datang dengan setelan ala anak kuliahan yang terlihat simple dan rapi.

"Rama, bagaimana sekolahmu?" tanya Dona memulai percakapan mereka.

"Semuanya baik, Ma. Tapi terkadang pusing juga mikirin proposal dari Pak Hasyim," jawabnya lalu meminum susu yang disiapkan oleh Dona.

Dona hanya mengangguk dan menyantap sarapannya dengan tenang. Begitupun dengan Raka yang sedari tadi tak berkutik sedikit pun.

"Ma, Bang, Rama berangkat ya."

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, kalau nyebrang liat kiri kanan, jangan suka ikut-ikutan temen yang enggak baik dan jangan lupa kasih seny-"

"Jangan lupa kasih senyuman pada semua orang karena itu adalah ibadah," potong Rama membuat Rama tertawa sedangkan Dona hanya merengut kesal.

"Mama sih, udah tau Rama udah gede masih aja dikasih arahan kayak gitu," canda Raka masih dengan tertawa kecil. "Dia itu udah ngerti, Ma."

Rama ikut tertawa. Ia berpamitan lalu mengeluarkan mobil miliknya yang merupakan hadiah dari kedua orang tuanya saat berusia genap 16 tahun. Pergerakan mobilnya terhenti mendadak karena seseorang menghalangi jalannya untuk keluar dari gerbang yang tingginya mencapai lima meter itu.

"Lo mau mati, Bang?" tanya Rama tenang namun berisi sindiran keras untuk lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

"Kagak. Kalau gue mati, yang ngurusin adek imut Abang ini siapa?"

Raka, lelaki itu memasuki mobil Rama dengan santai membuat sang empu menggeram kesal.

"Antar gue ke kampus, motor gue mogok. Nanti gue jajanin cilok Kang Yudi!" serunya heboh.

Raka Gean Mallory, kakak dari Rama yang sekarang duduk di bangku kuliah semester 8 di jurusan Hukum. Dan dalam jangka tak lama lagi dia akan wisuda.

Rama mulai menancap gas. Raka yang melihat ekspresi adiknya yang kesal itu semakin senang mengerjainya. Itulah hobinya yang sangat dibenci oleh Rama.

"Ngapain ke kampus? Biasanya molor lo jam segini!"

Raka melirik adiknya dengan tatapan tajam. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir lebar sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf 'v'. Raka memutar radio yang ada di mobil mewah itu lalu mencari lagu yang cocok untuknya.

Kini kutahu bila cinta tak bertumpu pada status
Semua orang tahu kita sepasang kekasih namun status tak menjamin cinta
~Untuk apa

Lagu dari Maudy Ayunda itu membuat Raka menghentikan gerakan tangannya yang mengutak-atik radio itu.

"Kenapa lo, Bang?" tanya Rama menoleh pada kakaknya sebentar lalu kembali fokus dengan jalanan kota.

Raka hanya menggeleng membiarkan lagu itu mengalun merdu di dalam mobil. Ia menyandarkan kepalanya di bantalan kursi dan pandangan ke depan.

"Galau lagi?" tanya Rama terkekeh karena sudah biasa dengan sikap kakaknya yang selalu uring-uringan bila sudah menyangkut masalah hati.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang