Happy reading temen-temen 💕
Tak semua penantian itu berujung indah. Bisa saja saat kita menanti, ada orang yang menghampiri lebih dulu dan mengajak untuk berlari bersama tanpa menunggu untuk kesekian kalinya
—About Us—"Mau mampir?" tanya Alishka sembari memperbaiki letak tas ranselnya.
"Enggak usah. Gue mau nyusun proposal, lain kali aja."
Rama meninggalkan Alishka yang masih terdiam di depan pekarangan rumahnya. Setelah bayangan mobil Rama sudah menghilang di pertigaan, Alishka memasuki rumah dan menemukan adiknya yang tengah mengerjakan tugas sekolah.
"Dek, Ayah belum pulang?" tanya Alishka melepas sepatunya.
"Belum, Kak. Oh ya, Kak, Kakak bisa dateng ke sekolah Haikal besok?"
Alishka mengernyit bingung. "Ngapain? Jangan bilang kamu buat kesalahan, jadi Kakak harus ke sekolah?" ucap Alishka dengan nada mengintrogasi.
Haikal seketika tertawa dengan sifat kakaknya yang terlalu berpikiran yang tidak-tidak.
"Enggak lah, Kak. Haikal bakal jadi perwakilan sekolah untuk lomba cerdas cermat, jadi kepala sekolah mau minta izin dulu. Aku takut ganggu kerjaan Ayah, jadi minta tolong sama Kakak aja," jelas Haikal.
Alishka tak menyangka dengan tuturan sang adik. "Kakak bangga sama kamu. Kakak yakin kamu nanti pasti bisa jadi lebih dari Kakak," ucapnya memeluk Haikal.
Haikal hanya mengangguk. "Sekarang Kakak makan malam dulu. Tadi Ayah cuma beli mi instan, gapapa ya, Kak?"
Alishka mengangguk lalu memasuki kamar minimalistnya dan mengganti seragam sekolah. Seketika bayangan Dona membuatnya tersenyum tak terhenti. Wanita itu sangat baik, padahal baru kenal beberapa menit. Rama sangat beruntung memiliki seorang ibu seperti Dona. Begitulah pandangan Alishka.
Tok... Tok... Tok...
Ketukan pintu kayu itu membuat pikiran Alishka buyar seketika. Ia mendengar pintu dibuka oleh Haikal dan memilih untuk membersihkan badannya yang terasa lengket tanpa melihat siapa yang datang ke rumahnya.
Sepuluh menit berlalu, Alishka keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritualnya. Ia menghadap ke cermin dan menyisir rambutnya yang masih setengah basah.
"Alishka! Udah belum mandinya? Lama banget sih!"
Alishka terlonjak kaget dengan teriakan itu. Ia mengenali pemilik suara cempreng khas itu, Chinta. Segera Alishka keluar dari kamar dan menemukan sahabatnya yang tengah duduk bersama Haikal dengan beberapa kotak makanan di hadapan mereka.
"Kenapa?" tanya Alishka singkat. Chinta dan Haikal menoleh ke arah pintu kamar, tempat Alishka berdiri.
"Akhirnya selesai juga lo mandi. Yuk, makan," ucap Chinta bersemangat dan menarik Alishka untuk duduk di sampingnya.
"Dalam rangka apa lo bawa makanan sebanyak ini ke rumah gue?" Alishka mengambil sepotong kue dan memasukkannya ke dalam mulut.
Chinta tak menjawab. Ia hanya senyum-senyum sendiri sembari menggambilkan Haikal makanan.
"Haikal mau kue cokelat atau keju?" tanyanya mengalihkan pertanyaan Alishka.
"Dua-duanya!" seru Haikal dan segera diangguki oleh Chinta.
"Lish, besok pengarahan UN, kan?" tanya Chinta setelah ia selesai mengambilkan Haikal kue.
"Iya. Tapi kayaknya gue dateng agak siang," jawab Alishka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...