Happy reading temen-temen 💕
"Ra!" Suara langkah kaki berhenti saat seseorang menjerit, bahkan sedikit menggema.
"Kamu mau ke mana?" Karrel tetap berusaha untuk mendapatkan hati Lyra kembali, walau itu tak semudah membalikkan telapak tangan.
"Perpustakaan."
Karrel mengangguk pelan. Lyra kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti hanya karena panggilan Karrel, sang mantan.
Retina Lyra menangkap sosok yang ia kenal dari ujung koridor. Ia mendekat dengan senyum merekahnya. Karrel yang melihat itu hanya mengernyit heran, namun tetap mengikuti.
"Hai, Ram," sapa Lyra ramah.
Rama menoleh. "Eh hai, Ra, Rel."
Lyra menoleh ke samping. Ternyata Karrel masih mengikutinya sampai ia bertemu dengan Rama. Karrel hanya membalas dengan gumaman pelan yang tak jelas.
"Lo ujian sesi berapa, Ram?" tanya Lyra tak menghiraukan keberadaan Karrel.
"Sesi dua, tapi hari terakhir sesi pertama," jawab Rama tetap pada posisi awal.
"Sama dong. Kalau Novan?" Rama terlihat memikirkan sesuatu.
"Gue lupa. Sesi terakhir mungkin."
"Lyra ngapain sih sok akrab banget sama Rama," kata Karrel dalam hatinya.
"Ra, katanya kamu mau ke perpustakaan," cetus Karrel membuat Lyra tersadar.
"Oh iya, gue lupa. Ram, gue duluan ya."
Rama hanya mengangguk singkat. Lyra melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan, jangan lupakan Karrel yang masih setia berada di belakang gadis itu.
"Rel, kalau lo nggak punya kerjaan, lebih baik lo kumpul sama teman-teman lo yang abstrak itu. Gue pusing ngeliat lo daritadi ngikuti mulu!" seru Lyra memegang kepalanya.
"Bukannya nggak ada kerjaan, tapi suka aja ngikutin kamu," balas Karrel tak ingin ambil pusing.
Lyra tak ingin membuat mood hari ini hancur begitu saja hanya karena sesosok manusia seperti Karrel. Ia melepaskan sepatu putihnya sebelum memasuki ruang rapi berisi buku yang mereka sebut, perpustakaan.
Namun saat ingin meletakkan sepatu itu di rak yang tersedia, Lyra melihat dua remaja tengah bergurau di bawah pohon yang tak jauh dari area perpustakaan. Lyra merasa mengenal dua remaja itu, mungkin.
"Itu si Ryan sama Alishka ngapain?" Suara Karrel yang secara tiba-tiba membuat Lyra refleks menoleh ke arahnya.
"Ryan sama Alishka?" gumam Lyra, lalu mengalihkan pandangan ke arah Rama.
Tepat. Cowok itu memandangi dua remaja yang mereka maksud dari area koridor kelas 11. Lyra tersenyum kecut, harapannya mungkin akan pupus perlahan.
Terlihat Rama yang berbalik badan dan menjauh dari tempatnya berdiri. Lyra kehilangan bayangan Rama yang sudah berbelok menuju toilet laki-laki. Kenapa rasanya begitu sesak?
"Ra, kamu kenapa?" tanya Karrel menyentuh pundaknya.
"Gue mau sendiri. Lebih baik lo pergi sebelum kesabaran gue habis."
Kalimat itu terdengar sangat halus, namun mampu membuat Karrel tak berkutik.
"Oke, aku pergi."
Lyra sangat bersyukur ia melepaskan diri dari jeratan Karrel yang kapan saja bisa menjerumuskan siapa saja yang ia mau. Sekarang perpustakaan mungkin bisa menjadi dunia keduanya untuk bisa mengubur rasa sesak di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...