AU(36) - Juga?

186 13 6
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Tidak ada hal yang abadi di dunia ini, termasuk kita.
-About Us-

Alishka membenamkan wajah di antara kedua kakinya yang ditekuk. Ia bersandar di dinding kamarnya dengan jendela yang selalu terbuka. Itu menjadi kebiasaan saat ia pindah ke rumah itu.

Sekarang otaknya seakan hendak meledak akhir-akhir ini. Masalah masa lalunya, masalah Ryan, sekarang tentang Rama. Bisa-bisanya cowok itu menyukainya.

"Lish, Ayah pulang."

Suara Taizo membuat Alishka mendongak dan keluar dari kamar. Alishka menyambut kedatangan ayahnya dengan ekspresi gembira, walau hatinya tidak.

"Haikal di mana?" tanya Taizo melepaskan penat dengan duduk di atas kursi.

"Barusan tidur, Yah. Katanya capek belajar terus," jawab Alishka sembari memasuki area dapur.

Alishka membawa secangkir teh hangat untuk sang ayah tercinta. Taizo segera menyesap teh itu dan tersenyum singkat.

"Besok kita ke rumah sakit, ya," ucap Taizo tiba-tiba.

"Rumah sakit?" Alishka membeo.

Setelah meletakkan cangkir teh yang berada di tangannya, Taizo memundurkan punggungnya dengan raut wajah khawatir.

"Kakakmu ingin kamu segera mendapatkan pengobatan intensif. Mungkin setelah itu, tugas Ayah akan selesai dan kamu bisa kembali bersama Fajar."

Alishka sama sekali tak bisa mengingat masa lalunya bersama Fajar. Yang ia tahu, dirinya adalah anak yang mengalami kecelakaan saat dirinya masih kecil.

"Tapi, Yah---"

"Semakin kamu menahannya, semakin kamu terbiasa. Ayah mohon, ini untuk kebaikan kamu," ujar Taizo menyela balasan Alishka.

Tok... Tok....

Keduanya menoleh. Alishka berdiri untuk membuka pintu rumahnya, sementara Taizo pergi untuk membersihkan diri.

Alishka terkejut bukan main melihat siapa tamu yang tak diundang itu. Siapa lagi kalau bukan pengacau baru dalam hidupnya, Ryan.

"Kena---"

"Kenapa lo pulang lebih dulu dari gue?"

Ryan benar-benar membuatnya kesal. Alishka tak menjawab, melainkan keluar rumah setelah menutup pintu rumahnya.

"Emangnya kenapa?" tanya Alishka mencoba membuat Ryan kesal.

"Udahlah, jangan ngajak gue debat. Gue ke sini cuma mau minta lanjutin materi yang tadi," ungkap Ryan meletakkan bukunya di atas meja.

Alishka hanya bisa pasrah. Sekuat apa pun ia mengusir Ryan, cowok itu tidak akan pergi sesuai dengan kemauannya sendiri. Melihat Ryan, seketika otaknya kembali pada saat Rama mengungkapkan perasaannya tadi sore. Apa ia bersalah?

"Jangan melamun," ucap Ryan menjentikkan jarinya di hadapan Alishka.

"Materi mana yang belum ngerti?" tanya Alishka segera.

Ryan memberikan bagian yang ia maksud. Alishka dengan mudah menuliskan rumus di atas kertas, lalu memberikannya pada Ryan agar mudah dipahami.

Melihat rumus yang sudah diberikan oleh Alishka, Ryan segera mengerjakan tugasnya sesuai dengan rumus yang ada. Alishka tersadar bila cowok itu sebenarnya pintar, hanya saja ia malas dan menganggap semua enteng.

"Nih, gimana?" tanya Ryan menyodorkan jawaban pada Alishka.

"Bener, gue jadi heran kenapa bukan lo yang jadi anak pinter di sekolah," jawab Alishka, tak tersadar bila dirinya tersenyum lebar.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang