AU(22)-Lomba

268 20 7
                                    

Happy reading temen-temen💕

Hidup adalah sebuah hal yang tidak akan terlepas dari simbiosis mutualisme.
About Us

Alishka terdiam di ruangan Pak Hasyim. Menunggu memang hal yang membosankan, menurutnya. Sudah satu jam lebih ia menunggu guru yang satu itu. Sesekali pandangan gadis itu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan angka empat.

"Duh, ini Pak Hasyim kemana sih? Katanya sebentar, ini udah lama banget," gerutu Alishka lalu berdiri berniat meninggalkan ruangan itu.

"Alishka, kamu masih nunggu? Maaf, tadi urusan pembuatan kantin baru. Saya lupa kalau kamu menunggu di sini," ucap Pak Hasyim membuat Alishka berhenti mendadak.

"Sekarang duduk dulu. Untuk persiapan besok, kamu hanya perlu membawa beberapa baju karena kamu akan menginap dan juga barang-barang yang menurut kamu itu perlu di sana," lanjut Pak Hasyim sembari membuka satu persatu laci di meja kerjanya.

Alishka yang duduk di hadapan Pak Hasyim hanya mengangguk. Biasanya ia akan senang bila mengikuti sebuah lomba seperti ini, tapi entah kenapa perasaannya kali ini berbeda. Ia merasa tidak pantas untuk mengikuti lomba tingkat nasional itu. Saat Pak Hasyim mengoceh ria, Alishka tiba-tiba berdiri dan membuat Pak Hasyim berhenti berbicara.

"Pak, saya ingin mengundurkan diri," ucap Alishka spontan dan langsung membuat Pak Hasyim terkejut bukan main.

"Kenapa? Kita sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Ini lomba bergengsi, Alishka. Ini juga bisa memudahkan kamu untuk diterima di universitas impian kamu," tukas Pak Hasyim memutari meja kerjanya.

Alishka hanya menggeleng sembari menahan perih akibat luka di kepalanya yang sudah tidak diperban.

"Saya merasa tidak pantas, Pak. Biar Lyra yang menggantikan saya," ucap Alishka pelan dan tertunduk.

Pak Hasyim memegang pundak gadis itu dan tersenyum. "Lishka, Bapak sudah lama kenal kamu. Jangan khawatir, Bapak yakin kamu bisa," ucapnya tulus membuat Alishka mendongak.

Tatapan Alishka menjelaskan bahwa ia masih tak mampu. Akan tetapi, Pak Hasyim hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Ia kembali ke kursinya dan memberikan sebuah paperbag pada Alishka.

"Tunjukkan kalau kamu itu hebat. Bintang akan tetap bersinar karena dia berada di langit yang gelap," ucap Pak Hasyim membuat Alishka tersenyum sembari mengambil paperbag berwarna cokelat yang sudah pasti isinya adalah jas almamater tanda dari sekolahnya.

'Ma,Pa, di mana pun kalian berada, Lishka minta restu. Semoga Lishka menang dan bisa ketemu sama kalian,' ucap Alishka membatin.

Alishka berpamitan dengan Pak Hasyim dan keluar dari ruangan itu. Waktu sudah menunjukkan hampil pukul lima sore. Dan artinya ia sudah ketinggalan angkot untuk pulang ke rumah. Alishka mempercepat langkahnya menuju gerbang yang masih terbuka lebar. Di pos keamanan terdapat satpam yang tengah tertidur pulas dengan posisi duduk.

"Gimana mau maju, disuruh kerja malah tidur," sindir Alishka pelan dan melanjutkan langkahnya.

****

Sebuah warung makan dengan halaman lumayan luas diramaikan oleh segerombolan anak remaja yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing.  Seragam jaket cokelat itu pertanda sebuah ikatan keluarga tak sedarah di antara mereka. Satu yang menonjol di antara mereka adalah Ryan karena tak memakai jaketnya.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang