Happy reading temen-temen 💕
Pandangan Alishka tak luput dari seseorang yang tengah memainkan bola berwarna jingga di tengah lapangan indoor. Dia memang sendirian, tapi itu tak membuatnya bosan memasukkan bola ke dalam ring basket.
Alishka duduk di tribun paling atas dengan dua buku yang ia bawa setelah latihan soal bersama Pak Hasyim. Ia yakin orang yang sedari tadi ia perhatikan tidak menyadari kehadirannya di atas sana.
"Hey," panggil seseorang yang baru saja datang.
Alishka menoleh dan mengernyitkan keningnya. Pria ini lagi.
"Itu, luka karena apa?" tanya sembari menunjuk keningnya sendiri.
"Bukan apa-apa," jawab Alishka singkat.
Fajar, pria itu memberikan sebotol minuman coklat pada Alishka. Gadis itu cukup terkejut, namun mau tak mau ia menerima minuman itu dan meletakkannya ke dalam tas.
"Kamu anak tunggal?" tanya Fajar setelah meneguk minuman miliknya.
"Entah." Fajar tertawa pelan, sedangkan Alishka mulai tak nyaman.
Saat hendak beranjak, Fajar lebih dulu berdiri. "Saya saja yang pergi, selesaikan urusan kamu di sini."
Pria itu berjalan keluar dari area tribun. Ia masih menggunakan jas putih miliknya dan juga kemeja rapi yang selalu ia kenakan.
Tak sengaja bola basket yang dimainkan Rama memantul ke arah Fajar sebelum ia benar-benar menghilang dari pandangan.
"Maaf, Dok." Rama mengambil bolanya dan berhenti sejenak.
"Kamu Rama?" Alishka menatap orang itu dengan tatapan heran.
"Iya. Dokter Fajar, kan?"
Dokter Fajar hanya terkekeh lalu menganggukkan kepala. "Lanjutin gih. Saya duluan."
Alishka melihat bayangan pria itu semakin menjauh dan menghilang setelah keluar dari area lapangan.
"Lish, kok lo di sini? Bukannya kata lo latihan sama Pak Hasyim?" tanyanya setelah hanya tersisa mereka berdua.
"Iya, tapi udahan." Alishka bingung akan menjawab apa, jadi ia hanya menjawab perihal latihan lombanya.
"Terus sekarang kenapa di sini?"
Ia juga heran mengapa dirinya bisa sampai di sini. Yang ia ingat, setelah keluar dari ruangan Pak Hasyim, ia ingin menuju kamar mandi tapi ternyata malah area lapangan.
"Gue tadi nggak sengaja lewat," jawabnya pelan.
"Oh gitu. Eh, ini kan masih agak siang, gimana kalau lo ke rumah gue? Mama pasti seneng banget."
Alishka melihat jam dinding yang ada di sana dan menunjukkan jam empat sore. Itu tandanya sebentar lagi ayahnya akan pulang dari bekerja. Sebenarnya ia juga sangat ingin menemui mama Rama, tapi ia juga tak ingin membuat ayahnya khawatir di rumah.
"Tapi jangan pulang malem ya?" pinta Alishka berdiri.
Rama mengangguk dan mulai menuruni tribun. Ia menggembalikan bola basket ke tempatnya dan menunggu Alishka yang turun sambil menggambil tas serta jaketnya.
"Lish, gue mau ganti baju bentar. Lo langsung ke parkiran aja," ucap Rama dan dibalas anggukan kecil dari Alishka.
Alishka berjalan keluar dari ruang olahraga menuju parkiran. Ia memperhatikan keadaan sekolahnya yang sudah sepi, hanya tertinggal beberapa pengawas sekolah dan juga anak-anak yang berkepentingan seperti dirinya. Alishka semakin bingung dengan dirinya sendiri. Baru pertama kali ia mengenal mama Rama, tapi ia sudah merasa nyaman dengan wanita satu itu sampai-sampai sangat antusias untuk bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...