AU(43)- Kebenaran

121 12 5
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Dona sangat senang melihat teman-teman Alishka datang untuk melihat keadaan gadis itu. Ia menyiapkan kue kering saat Raka memberitahukan kedatangan mereka. Walaupun Rama sudah pergi, Dona merasa kehidupannya berubah karena seperti memiliki anak perempuan.

"Tante, ini buahnya udah dikupas," ucap Lyra menyodorkan buah apel yang sudah bersih.

"Makasih ya. Kasih ke teman-teman kamu gih."

Lyra menganggukkan kepala sebagai jawaban. Ia membawa sepiring potongan apel itu menuju Karrel dan Ryan yang duduk bersebelahan di sofa. Mereka seperti dua saudara, namun nyatanya berbeda orang tua.

Tanpa kata-kata, Lyra langsung meletakkan piring itu ke hadapan keduanya. Ryan hanya menahan tawanya yang ingin meledak saat melihat ekspresi menjijikkan dari Karrel.

"Raka ke mana, ya?" tanya Dona bermonolog membuat ketiganya menoleh.

Lyra mendekat. "Mungkin lagi cari angin, Tante."

Dona hanya tersenyum saat mendengar jawaban Lyra. Saat hendak membuka toples kue, gerakan Dona terhenti karena pintu yang ikut terbuka.

"Permisi."

Lyra mengernyit. "Chinta?"

Chinta hanya terkekeh pelan, lalu masuk sembari berjongkok. Napasnya yang tak keruan menandakan gadis itu habis berlari untuk mendapatkan ruangan inap Alishka.

"Lo nyasar?" tanya Karrel dengan mulut yang memakan apel.

Chinta menggeleng. "Cuma salah ruangan aja," balasnya dengan suara lirih.

Mendengar Karrel yang terkikik, Chinta langsung bangkit dan membersihkan roknya. Tak ada gunanya bila ia menghakimi Karrel. Gadis ber-hoodie merah muda itu menatap Alishka yang masih terbaring lemah.

"Lishka belum siuman?" tanya Chinta entah pada siapa.

Matanya memerah, air mata sudah bergelinang di pelupuk matanya. Chinta perlahan mendekat ke arah Alishka sembari menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Lish, lo kapan bangun? Lo nggak mau marahin gue karena terlalu sering ke sini? Lo nggak kangen sama gue?"

Semua yang ada di ruangan itu terdiam melihat kerapuhan Chinta. Gadis yang terkenal periang sekarang sangat terlihat menyedihkan. Lyra yang memang berada dekat dengan Chinta langsung menghampirinya.

"Sabar, Ta. Dokter udah bilang kalau Alishka sebentar lagi siuman, lo yang tenang," ujar Lyra.

Chinta hanya mengangguk singkat. Dona hanya bisa tersenyum dengan ketulusan Chinta pada Alishka.

"Ma,  Raka mau---"

Langkah Raka terhenti di ambang pintu saat semua tatapan padanya. Dia seperti maling yang tertangkap basah.

"Mau apa?" tanya Dona menahan tawa dengan ekspresi Raka yang terkejut.

"Enggak."

Raka memasuki ruangan itu dan duduk di sebelah Ryan. Tidak ada pembicaraan yang terdengar di antara mereka. Hanya terdengar suara tangis Chinta yang masih meratapi nasib sahabatnya.

"Gue ke toilet bentar," ucap Ryan dan hanya diangguki oleh Karrel di sebelah kirinya.

Selepas Ryan yang keluar, Karrel tidak ingin mencari topik pembicaraan karena fokus dengan handphone di tangannya. Sebuah notifikasi berisi pesan singkat yang membuat dendam berkepanjangan.

Satrya:
Ryan di tangan gue.

Terdengar suara meja tergeser karena Karrel berdiri yang membuat memancing perhatian semua pasang mata.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang