Happy reading temen-temen 💕
"Gue pembawa sial banget ya. Semua orang yang deket sama gue pasti bakal susah. Ayah, Chinta, Lyra, Ryan, termasuk lo, Ram. Lo mungkin udah tenang di sana, tapi gue? Lo nggak mikirin gue di sini. Gue yang sekarang masih ada tanpa dosa memakai jantung lo. Gue jahat ya?"
Alishka mengantungkan kalimatnya sebelum air matanya turun. Setelah menyeka buliran air yang akan turun, ia menghela napas.
Semuanya telah terkuak. Setelah Ryan, Lyra, dan Chinta memberikan semua pemberian dari Rama, Alishka merasa menjadi manusia paling jahat di dunia yang ia pijak sekarang.
"Harusnya gue yang ada di sini, bukan lo. Gue yang harusnya hilang dari dunia ini, bukan lo. Nama gue yang mestinya tertulis di nisan ini, bukan lo," lanjutnya menurunkan nada bicara sembari membaca nama di nisan itu.
"Kenapa lo rela buang semua ini buat gue?" Alishka bermonolog.
Ryan yang sedari tadi ada di belakang gadis itu hanya bisa diam. Alishka tak akan mendengarkan ucapannya sekarang. Mungkin menjadi pendengar yang baik akan membuat gadis itu puas.
"Apa gue harus nyusul lo ke sana?"
Pertanyaan itu sukses membuat Ryan menoleh cepat. "Lish, udah ya," bujuknya.
Alishka menoleh. "Gue udah jahat sama Rama. Takdir gue bukan ini."
Ryan memegang bahu kanan Alishka, memberikan sedikit kehangatan sampai gadis itu benar-benar sadar.
"Ini takdir lo, jangan nyalahin diri sendiri. Lagipula lo nggak salah sama sekali. Rama yang buat keputusan ini sendiri," ucap Ryan menyakinkan Alishka.
"Tapi---"
Ryan langsung menggelengkan kepala saat Alishka hendak mengeluarkan suaranya. Gadis itu bungkam sembari mengelus nisan bertuliskan nama Rama.
"Kita pulang ya," ajak Ryan dan diangguki oleh Alishka.
"Ram, gue pulang ya. Besok-besok gue ke sini lagi kok. Lo jangan sedih dan maaf juga. Gue bakal jaga apa yang lo kasih sama gue," ucap Alishka sebelum dirinya berdiri.
Ryan ikut berdiri dan membantu Alishka untuk duduk di kursi roda. Alishka sempat menoleh ke belakang setelah Ryan mendorongnya.
'Gue bakal jaga Alishka sebisa gue, Ram. Thank's buat perjuangan lo'.
***
Pintu kamar rawat inap Alishka terbuka lebar dan menampilkan dua sosok manusia di baliknya. Mereka berjalan beriringan menuju sofa dan meletakkan semua barang bawaan.
"Tumben banget pagi-pagi udah ke sini," sindir Ryan yang tengah membuat teh hangat.
"Masalah buat lo?" Chinta mengibaskan rambut panjangnya, berlagak sok angkuh.
Ryan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Chinta yang semakin hari semakin tak jelas. Gadis rambut panjang itu membawa satu paperbag menuju ranjang Alishka.
"Lishka ke mana?" tanyanya saat melihat tidak ada orang yang ingin ia temui.
Ryan menunjukan kamar mandi dengan bahasa isyaratnya. Chinta yang langsung paham mengangguk dan duduk di sebelah Adam yang sedari tadi hanya diam.
"Kenapa?" tanya Chinta yang merasakan kecanggungan dari sang pacar.
"Bukan apa-apa. Kamu yang kenapa?" Chinta hanya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT US || COMPLETED
Teen FictionBermula dari sebuah pertemuan tak sengaja, membuat dunia terlihat berubah. Bersamaan dengan hadirnya seseorang yang menjadi sekat untuk mereka. Ketika semuanya hampir terucap, sebuah rahasia yang selama ini tertutupi terbongkar. Tentang rasa, hati...