AU(42)- Kembali

101 11 0
                                    

Happy reading temen-temen  💕

Tiga remaja yang duduk di lobby rumah sakit jiwa itu sedikit canggung. Suasana tidak ramai, namun ketiganya merasa semua orang memperhatikan mereka.

"Siapa yang mau ngomong duluan?"

Bukannya menjawab, Ryan dan Karrel malah saling menatap. Lyra tampak kesal dengan itu, baiklah dia akan mengalah untuk ini.

"Rama udah tenang, sementara Alishka belum sadar sampai sekarang. Kalian mau jelasin apa lagi?" gertak Lyra menahan amarahnya.

Ryan masih enggan mengeluarkan suara. Melihat itu, Karrel juga ikut bingung karena tak tau akan menjawab apa pada sang mantan, ralat pacar.

"Apa yang terjadi? Otak gue masih belum sepenuhnya ngerti," lanjut Lyra menurunkan nada bicaranya.

"Seperti yang lo paham sejauh ini," balas Ryan cepat, bersiap berdiri.

Tidak ada sahutan. Lyra membiarkan Ryan berdiri, bersama dengan tatapan dingin yang saling melirik.

"Parcell di mana?" tanya Karrel menyela dua orang yang tengah perang dingin itu.

"Dia depresi, sekarang udah diurus sama tantenya."

Kembali hening. Lyra memainkan ujung jari dengan kondisi seperti sekarang. Ia seolah kehilangan kata-kata untuk meluapkan emosi seperti yang sudah direncanakan beberapa saat yang lalu.

"Ryan," panggil seseorang yang membuat ketiganya menoleh.

Tiara tersenyum hangat pada ketiganya. Ryan yang mengetahui kedatangan Tiara langsung mendekat, walau Lyra dan Karrel masih bingung dengan wanita berparas gadis itu.

"Parcell sudah ditangani pihak rumah sakit ini, untuk jalur hukum nanti Tante akan bicara dengan keluarga---"

"Alishka."

Tiara lagi-lagi tersenyum canggung, lalu mengangguk. Pandangannya beralih pada Karrel dan Lyra yang tak merespon.

"Saya Tiara, Tante Parcell. Kalian teman sekolah Parcell juga?" tanyanya dan dijawab anggukan oleh Karrel, minus Lyra.

"Untuk masalah ini Tante harap kalian semua bisa memaafkan ulah Parcell. Mungkin ini kesalahan Tante yang membebaskannya untuk bersekolah di lingkungan formal," ujar Tiara sembari memudarkan senyum indahnya.

"Ah iya, Tante akan ke rumah sakit tempat Alishka dirawat. Tante duluan," lanjutnya mengusap air mata yang hampir terjatuh.

Ryan memperhatikan gerak-gerik Tiara yang memasuki mobil berwarna hitam, kemudian meninggalkan area rumah sakit.

"Orang tua Parcell ke mana?" tanya Lyra setelah bayangan mobil Tiara sudah menghilang.

"Meninggal."

"Meninggal?" Lyra membeo.

Karrel yang biasanya paling sering bersuara, sekarang hanya mendengarkan dengan cermat agar otaknya bisa menangkap sempurna. Terkadang dia butuh sedikit konsentrasi untuk memahami sesuatu, seperti perasaannya pada Lyra mungkin.

"Udahlah, ini masalah pribadi mereka. Kalian kenapa nyusul ke sini?" Ryan mengeluarkan kunci motor dari saku jaket birunya.

"Nih."

Sebuah amplop mini dengan warna biru yang mendominasi. Tangan Ryan menerima amplop dari tangan Lyra dengan sedikit rasa penasaran. Perlahan amplop itu terbuka dan menampilkan kertas di dalamnya.

"Ini gue dapat dari Novan tadi pagi. Gue sama Karrel duluan."

Belum sempat membalas ucapan Lyra, Karrel sudah ditarik duluan oleh gadis itu. Ryan tak peduli dengan Karrel, namun sangat tidak sabar untuk membaca isi surat itu.

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang