KETUJUH

41 12 40
                                    

"Ran gue mau ngomong sesuatu.."

Lagi-lagi Kak Radit membuat ku tak nyaman ditempat. Apalagi yang akan dia lakukan sekarang? Apa yang tidak dia katakan pun mampu buat aku meleleh, terus sekarang?

"Ngomong apa Kak?"

"Kita pulang duluan aja ya? Diaz harus nemenin dulu Aurel sekarang, dan pastinya bakal lama. Besok sekolah, jangan sampai Lo kecapean." Dia lalu bangkit dalam keadaan masih menggenggam tangan ku. Lalu Kak Radit izin pulang pada Aurel dan Bang Diaz dan dibalas anggukan oleh mereka berdua.

"Kita mau langsung pulang?" Aku angkat bicara pada saat kami sudah keluar dari ruangan

"Maunya sih jalan-jalan dulu, cuman udah mau malem juga. Lo masih anak sekolah, jangan maen sampe malem.." Jawabnya

"Kakak juga kan masih sekolah, nanti kesiangan lagi gimana? Mau dihukum lagi?" Tanyaku buru-buru

"Selama dihukum nya sama Lo, gue terima.." Dia berhenti sejenak dari langkahnya, lalu menatapku dan mengacak-ngacak rambut dipuncak kepala ku dengan gemas

Oh my God😮

"Pulang aja yaa? Kapan-kapan kita jalan lagi berdua.." Lalu kami berjalan lagi

Berdua?

"Ran? Kenapa?" Kak Radit menoleh, dia menyadari bahwa sedari tadi aku hanya melamun. Dan pastinya aku melamunkan tentang ucapan yang barusan tertangkap oleh telinga ku.

"Nggak,"

Dan ada satu hal yang membuat ku baru menyadari sesuatu

"Eh kok tumben pake motor?" Ya, saat kami tiba diparkiran ternyata yang dikendarai oleh Kak Radit adalah motor. Selama seminggu ini yang sering aku tumpangi adalah mobil pribadinya

"Iya, tadi Aurel pengen jalan pake motor.." Jawabnya yang sekarang sudah ada didepanku dan sudah menumpangi sepeda motor nya.

Aurel? Kok, dia lagi sih? Sedekat itukah Kak Radit sama mantan?

"Rani, ayok!!" Kak Radit membuyarkan lamunan ku

"Eh, iya."

Selama diperjalanan diantara kami tak ada yang angkat bicara. Pikiran ku teralihkan pada wanita yang sejak tadi membuat aku cemburu dengan sangat. Aurel, ya Aurel. Siapa sih dia? Mantan nya Kak Radit sama Bang Diaz? Masa sih mereka pernah macarin cewek yang sama? Aku ingin sekali menanyakan pada Kak Radit perihal hal itu, tapi mulai darimana?

"Lho, kok berhenti?" Kak Radit berhenti tanpa kuduga. Karena dia berhenti hanya di sisi jalan raya saja, ku kira ada sesuatu yang mengharuskan dia berhenti entah itu panggilan masuk atau membenarkan sesuatu yang memang mengganggu. "Ada apa?" Lalu dia menoleh kebelakang, kearah ku

"Nih pake jaket gue,"

"Aku kan pake jaket kak, masa double.." Jawabku sedikit bingung

"Yaudah, kalo gitu peluk gue.." Suruhnya sambil menyalakan motor nya lagi. Lalu dari depan, tangan nya menyusup kebelakang. Menuntun kedua tangan ku agar dapat memeluknya. Dia arahkan telapak tangan ku agar berada disaku jaketnya.

Apalagi ini? Selalu ada hal tak terduga darinya yang membuat jantungku berdetak tak berirama. Perlakuan nya yang tak bisa aku prediksi selalu membuat aku merasa diterbangkan melampaui exspetasi.

"Jangan lepas pelukan nya, dingin." Aku yang hanya bisa menerima perlakuan nya, hanya menggoreskan senyum kebahagiaan, ya walaupun aku tak tau Kak Radit melihat nya atau tidak.

Aku letakan dagu ku dibahu kirinya, kini aku memeluk dia sepenuhnya. Aroma badan nya yang semakin membuat aku nyaman berlama-lama. Dan semilir angin malam yang sepertinya dengan sengaja menambah nuansa dingin yang membuatku mengeratkan pelukan.

"Kak Radit,"

"Hmm," Jawabannya seakan seperti gumaman

"Aurel siapa? Kok deket banget?" Aku tak tau angin apa yang mendorongku untuk menanyakan hal ini. Dengan mudahnya aku bertanya seperti itu

"Kenapa emangnya?" Dia malah bertanya saat aku inginkan jawaban

"Enggak, nanya aja.." Jawabku malas,  tapi entah mengapa aku enggan melepas pelukan ku

"Kita temenan.." Susulnya saat merasakan pegangan ku pada tubuhnya sedikit mengendor. Lalu saat satu tangan ku aku lepaskan, tangan nya yang lain menarik kembali tangan ku pada tempat yang sama. Seakan melarang tangan ku untuk tidak beranjak. "Kita temenan"

Kak Radit mengulangi jawaban nya, dengan sedikit diperbesar volume suara nya. Hatiku lega saat mendengar bahwa mereka hanya berteman. Namun tetap saja aku masih kesal pada sikapnya yang seolah-olah mereka pacaran. Apalagi tadi Kak Radit tidak membantah bahwa Aurel telah menyebutnya sebagai mantan Kak Radit

Kini pelukan ku semakin ku pererat. Kapan lagi coba aku bisa meluk Kak Radit? Apalagi dia sendiri yang nyuruh. Dalam perjalanan pulang rasanya aku tertidur karena saat ku membuka mata ternyata kami sudah sampai dirumah ku. Ralat--- rumah orang tua ku.

"Ran, lo ketiduran ya? Udah nyampe nih.." Dari depan dan masih diatas jok motor, Kak Radit menanyai ku. "Hmmmm.." Jawabku agak sedikit membuka mata

"Apa badan gue terlalu nyaman sampe ketiduran kek gitu?"

Aku sepenuhnya membuka mata. Dan ternyata memang kami sudah sampai. Aku masih berada di tempat yang sama dengan Kak Radit, jok motor. Namun kali ini aku sudah tak memeluknya lagi

"Ngantuk yaa?" Kak Radit menoleh ke belakang. "Ayo gue gendong sampe depan rumah."  Tawarnya

Kak Radit lalu turun, aku tetap tinggal. Lalu dia menurunkan ku selayaknya anak kecil. Tapi anehnya terangkat juga badanku olehnya. Dan benar saja aku digendong Kak Radit dengan gaya bride style gitu.

Oh tidaaaaaaak, aku bahkan sekarang terbangun dari mimpi ku. Tunggu, ini mimpi atau memang kenyataan? Bahkan wajah Kak Radit sangat jelas untuk ku pandang. Namun pandangan nya fokus kedepan.

"Lho kok melek? Bukan nya lo ngantuk, tadi lo tidur.." Tanpa kuduga Kak Radit melihatku sambil tetap berjalan

DEG! Aku ketahuan lagi mandangin dia😐

"Jangan liatin gue kek gitu! Malu gue diliatin sama Putri." Susulnya dengan seulas senyuman

"Putri?"

Apa maksudnya? Aku bidadari gitu?

"Maharani Putri kan?" Kak Radit menurunkan ku didepan pintu

Hm, ternyata aku tak menyadari namaku yang berakhiran Putri.

"Ohh.."

"Selamat malam putri, tidur nyenyak yaa.." Kak Radit mengacak ngacak rambut ku lagi

"Rani aja panggil nya, jangan putri!" Jawabku agak sedikit cemberut sambil membenarkan rambut ku

"Hahaha Rani baper.." Tawanya mulai terdengar, cemberut ku luluh akan tawanya. Namun aku tak menunjukan bahwa aku telah luluh karena tawanya

"Yeee, jangan ngambek dong putri. Malem-malem gini gak baik ngambek.." Dia tetap saja menggoda ku

"Bodo.." Jawabku acuh

"Mau didatengin tuyul hm?" Dan kini Kak Radit malah menakuti ku

"Apa urusan nya ngambek sama tuyul," Aku tetap bersikap jutek kepadanya

"Gak ada urusannya sih. Yang ada urusan tuh antara Putra sama Putri." Dia tampilkan senyuman terbaiknya. Ah ini sungguh makan malam yang sangat manis

"Receh!!" Aku sok jual mahal padanya. Sengaja, aku suka saja wkwk.

"Hm, yaudah deh gue balik ya? Tidur nyenyak put. Bye..."

Yah, aku merasa kesepian setelah punggung Kak Radit hilang dari pandangan. Aku sangat merindukan nya. Ah, padahal 5 detik yang lalu aku baru saja berbicara dengan nya. Tapi kenapa rindu ini memaksa ku untuk menemui nya?

Rindu memang tak tau waktu



Gimana? Garing kan?_- Wkwk ini sengaja sih digantung gantung ceritanya biar ada yg minta next gitu huhu:'V Aku UP 2 kali dalam satu minggu deh kalo emang bener suka😂😃

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang