KEDUA PULUH

28 11 23
                                    

Happy reading{}
.
.
.

Aku sudah menduga ini semua akan terjadi lagi, dan mengapa harus kak Radit yang menjadi penghalang dari hubungan baik ku dengan kak Rendy? Aku tidak menolak maupun menerima kehadiran kak Radit, hanya saja aku selalu menyayangkan waktu yang tak pernah sekali saja mengerti.

"Rani, ayo!" Kak Radit membukakan pintu untuk ku

Aku masuk dengan keadaan yang lesu tak berenergi. Sepanjang perjalanan menuju rumah baik aku maupun kak Radit tak ada yang bersuara. Kami hanyut dalam pikiran masing-masing

"Makasih kak." Ucapku pada kak Radit yang lagi-lagi dengan senang hati memperlakukan ku layak nya seorang putri dengan membukakan pintu mobil nya

"Gue balik ya, bye." Ucapnya lembut dengan senyum tulus nya

Sebenarnya kak Radit jauh lebih romantis dari kak Rendy yang di bilang romantis saja mungkin hanya dapat -0,009%. Namun hari itu, hari yang di guyur hujan sangat deras, hujan deras yang menjadi saksi bisu, saksi bisu akan pernyataan kak Rendy yang menuntut ku untuk menjadi pacarnya saat itu juga. Apa daya ku yang hanyut akan pesona nya, sisi romantis nya tak bisa dengan gamblang ia perlihatkan. Sisi seperti itulah yang aku sukai dari seorang Rendy Alfiano.

****

Hari minggu bagiku nothing special. Tak ku pungkiri sesekali aku memang selalu keluar untuk menghilangkan rasa penat ku, entah itu untuk berolahraga pagi atau jalan-jalan ke mall dengan Chika pada siang hari nya. Tapi sekarang aku malas sekali untuk melakukan apa-apa. Kasur ku tak membiarkan ku beranjak darinya. Padahal weekend kali ini yang sempat tak aku percayai sangat cerah sekali.

Sial! Aku malas keluar cuaca sangat menantang. Aku pergi jalan-jalan hujan tak henti berdatangan!

Satu yang aku mainkan di tengah kemalasan ku, handphone! Bahkan jika kalian harus tau, tak pernah ada notif satu kali pun dari pacarku. Ya, Rendy Alfiano!

Karena apa? Percayalah, aku tak punya nomor WhatsApp nya atau ID Line nya bahkan nomor telfon nya, instagram ku saja belum dia follback sama sekali saat aku follow dia waktu aku memasuki masa SMA. Jual mahal sekali pacar ku itu, apa dia memang tak punya kuota untuk online di sosmed nya? Yang benar saja!

Lalu sekarang apa yang harus aku lalukan? Aku rindu pada manusia es itu! Bagaimana bisa aku tak menghubungi nya sama sekali, dan apakah dia tak ada niatan untuk menghubungi ku walau hanya untuk sekali? Aku jadi ragu akan cintanya!

Sudahlah, masih pagi tapi mood ku sudah tak baik. Lagipula ini hari minggu, orang bebas melakukan apa saja hari ini dan lebih baik aku tidur lagi. Semoga saat bangun nanti mood ku sudah kembali membaik.

Namun belum sempat aku mendaratkan kepala di bantal doraemon ku, ada suara yang gaduh sekali. Sangat menggangu telinga ku!

Dak..dakk...dakk

Siapa yang dengan berani nya menggangu waktu tidur panjang ku pagi-pagi ini? Saat dia masuk ke kamar ku, lihat saja tak kan ku biarkan guling di sebelah ku menganggur!

"Raniiiiii."

Plak!!!

Aku tak main-main dengan ucapan ku. Bawaan mood yang jelek, aku memang selalu bersikap seenaknya!

"Ih monyet, sakit tau!" Ternyata guling ku bertuan pada muka segar nya Chika.

"Ayo bangun Raniiii!!" Chika menghampiri tepi ranjang ku lalu menarik selimut yang sudah aku pakai sejak muka Chika mendapat sarapan lezat dari ku.

"Ogah!" Tolak ku mempertahan kan selimut yang ditarik-tarik oleh teman sialan ku ini

"Cantik-cantik kebo lo!" Sindirnya

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang