KEDUA PULUH TUJUH

17 10 5
                                    


"Bukannya cinta tanpa alasan?"

Oh tidaaaak! Harus ku sebut apa ini? Pernyataan atau pertanyaan? Dalam satu kalimat saja Kak Rendy berhasil menghancurkan pertahanan ku, wajah ku kini sudah tak sanggup untuk menahan semburat kemerahan. Bibir ku tak lagi dapat bicara untuk menjawab nya.

"Kenapa?" Kak Rendy melambaikan tangan nya didepan wajah ku.

"Hah?" Aku mengerjapkan mata ku berkali-kali mencoba mengembalikan kesadaran ku kembali.

Apa yang baru saja aku dengar?

"Kenapa bengong? Bukan nya lo tadi nanya?"

"Hah, apa?" Ternyata aku masih saja tak bisa mencerna yang dikatakan Kak Rendy.

"Lo gak denger?" Tanya Kak Rendy kesal.

Tapi respon ku hanya membulatkan mata dengan mulut menganga. Aku benar-benar tak bisa berpikir apa-apa sejak jawaban dari Kak Rendy terlontar begitu saja tanpa ragu.

"Dasar!" Desis nya jutek.

"Eh, kenapa Kak?" Dengan sigap aku mengatupkan bibir ku dan melontarkan pertanyaan.

"Gak," Ujar nya tanpa minat.

"Em.. aku mau ke kelas lagi aja deh."

"Siapa yang nyuruh lo pergi?" Baru saja aku membalikan badan untuk membelakanginya, aku tersentak akan ucapannya.

"Aku udah dapat jawaban nya, dan bukan nya ini kemauan Kak Rendy? Aku pergi kan?" Tutur ku sambil mengatur nafas.

"Segampang itu?" Alis nya ia angkat dan saling bertautan.

"Maksud Kakak?"

"Lo udah ganggu gue, lo harus dihukum!" Ucapnya tegas.

"Hah? Dihukum? Hukum apa Kak?" Jawab ku kaget.

"Lo temenin gue sampai selesai!" Celetuk nya enteng.

"Lho kok? Tadi Kakak sendiri yang ngusir aku, kok sekarang malah nahan aku."

"Karena lo udah ganggu gue, dan ini hukuman nya."

Ia berbalik dan berjalan mendekati piano kemudian duduk, satu kaki nya ia angkat dan ditenggerkan di kaki yang lain nya. Dengan begitu ia bebas menatap ku menggunakan mata tajam nya yang selalu mematikan.

"Apa di sini aku gak akan ganggu Kakak?" Tanya ku to the point.

Dia hanya mengangkat bahu nya tanda tak peduli. Menyebalkan! Tadi ngusir aku, sekarang malah nahan aku.

"Kakak beres latihan nya sampai jam berapa?"

"Sore."

"Jam?"

"Empat."

"Lah, aku kan pulang nya juga jam dua. Dan sekarang udah mau masuk jam pelajaran kedua, masak aku harus nemenin Kakak?" Aku merajuk, walau sebenarnya tak masalah bagi ku berlama-lama dengan nya di sini lagipula aku menginginkan nya.

"Terus?"

"Ya aku harus masuk kelas dong, masak aku harus ninggalin kelas demi nemenin Kakak sampai sore. Nanti aku kena marah sama guru." Kali ini aku sangat berhati-hati saat kata demi ku ucapkan. Tak ada hal lain lagi untuk menolak nya, dan tak lebih dari keingintahuan ku untuk mendapat respon nya.

"Lo juga ganggu tidur gue, dan gue harus bangun untuk jawab pertanyaan sepele dari lo," Dan ya, dapat ku dengar nada saat ia mengucapkan kata sepele seperti ragu untuk dilontarkan nya. Lalu apa artinya itu semua?

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang