KESEBELAS

28 11 15
                                    

"Lho Chik, ada apa?" Tanyaku saat melihat Chika turun kebawah setelah mengantar makanan pada abang ku. Jelas saja aku menanyakan itu karena Chika terburu-buru dan wajahnya merah sekali

"Rani gue mau pulang. Temu besok disekolah. Bye!" Jawabnya terengah-engah lalu berlari pergi dari rumah ku. Wah, ada yang gak beres nih. Aku lalu naik ke lantai atas untuk memastikan ada apa sebenarnya

"Bang Diaz..." Teriak ku dari luar kamar bang Diaz

"Siapa lagi hah?" Jawabnya ketus dan terdengar membentak

"Ini gue adek lo, ada apaan sih?" Jawabku sedikit kaget dengan bentakan nya

"Yang tadi siapa?" Kini bang Diaz membukakan pintu, dia terlihat sedang kesal. Aku jadi teringat dengan Chika, apa bang Diaz kesal karena Chika?

"Chika bang, temen gue.. " Jawabku perlahan takut membuatnya semakin kesal. "Kenapa emang nya?"

"Lo yang nyuruh dia kesini?" Tanyanya yang masih berdiri diambang pintu seakan tak seorang pun yang boleh masuk kesana

"Enggak, kok. Kenapa sih?"

"Dia masuk seenaknya, disaat gue gak pake baju.." Jawabnya cemberut dan melipatkan kedua tanganya

"Hah lo gak pake baju?" Tanya ku kaget, masa iya bang Diaz gak pake baju

"Ya kalo kebawahnya gue pake boxer doang, atasnya free.." Matanya masih memancarkan kekesalan

"Hahaha, sok sok'an minta dianterin kekamar. Giliran tubuh ke exposs lo malu.."

"Mana gue tau dia mau ke kamar gue, nyelonong masuk aja tu cewek.." Bibirnya ia manyunkan saat menjawab perkataan ku, sumpah aku baru liat bang Diaz kayak bocah banget

"Yaudah deh atas nama temen gue, gue minta maaf.." Jawabku menahan tawa yang sedikit lagi akan meledak

"Apa lo? Mau ngetawain gue! Sana pergi! Unmood gue!" Ucapnya lalu membanting pintu. Sontak saja tawa ku meledak, aku tak bisa menahannya lagi sekarang. Ada-ada aja si Chika dia sukses buat dua orang adik kakak unmood dihari yang sama. Namun tawa ku terhenti saat objek yang aku tertawakan keluar dan membawa bantal guling. Melihat hal itu refleks kaki ku berlari menghindari serangan dari abang ku itu.

"Sialan lo malah ngetawain gue, renyah banget lagi tawa lo!" Tukas nya dibelakang menyusul ku berlari

"Haha, sumpah bang enak banget nih gue ketawa.." Sambil berlari aku pegang perutku yang sudah mengalami keram karena kenyang menertawakan bang Diaz.

Plak!!

Bantal gulingnya mengenai wajahku, makin merah saja wajahku setelah tertawa karena tingkahnya bang Diaz ditambah tamparan tak terduga dari bantal guling nya juga.

"Aw.." Aku mengaduh kesakitan, lemparannya tepat diwajahku. Dipermukaan wajahku.

"Rasain!"

"Gila lo bang, sama adik sendiri juga. Lagian kan gue udah minta maaf.." Jawabku sedikit memelas

"Siapa suruh ngetawain gue!" Ucapnya acuh sambil berlalu

"Huh dasar bocah!" Ujarku saat kehadirannya kini semakin jauh dari tempat ku berdiri

*****

"Udah deh Ran ih jangan mojokin gue mulu!" Chika kesal karena ku yang daritadi menertawakan nya perihal kejadian kemarin. Ya walaupun aku belum tau seluk beluk cerita nya gimana, tapi pas ketemu disekolah Chika memalingkan wajah nya dariku. Seakan tak ingin memperlihatkan keadaan wajahnya, saat ku tanyai apa penyebabnya ternyata dia malu, dia mengira aku telah mengetahui kejadian detail nya dari bang Diaz

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang