KETIGA PULUH ENAM

28 4 15
                                    

Hari ini, dunia ku hancur sekali. Sosok laki-laki yang paling ku cintai menjadi alasan dari semua segala kehancuran ku. Apa hati ku telah mengambil langkah yang salah? Atau aku saja yang terlalu cepat menjatuhkan hati pada orang yang salah?

Kini tak ada yang menginginkan ku lagi, bang Diaz dan ayah lah yang ku miliki sekarang. Ya, setidaknya masih ada dua orang yang akan melebarkan pelukannya. Dan ku harap bertambah satu, yaitu mama.

Mama, sejauh aku mengambil nafas hingga detik ini tak pernah kurasakan lembutnya belai tangan mu. Bahkan senyum mu tak bisa ku dapat walau kita satu atap. Pekerjaan mengharuskan mu tak menemui ku, jika bukan karena ayah yang menenangkan bahwa mama juga merindukan anak perempuan nya ini, rasanya aku ingin ikut bekerja saja dengan nya. Untuk apa ayah bekerja, jika mama saja ikut seperti dia juga.

Sepanjang perjalanan pulang otak ku terus saja mengulang setiap kalimat yang beberapa jam lalu tertangkap telinga ku. Apa sebenarnya yang tidak aku ketahui?

Cha.

Aurel.

Bella.

Lalu, Bang Diaz.

Keempat orang itu mengapa ikut terlibat dalam masalah ku dan Kak Rendy? Perihal sosok dibalik panggilan 'Cha' ku yakin itu adalah Aurel. Lalu Bella, siapa dia? Nama Bang Diaz pun turut hadir di dalamnya.

Semua bagaikan kaset rusak yang terus berputar di kepala ku. Siapapun tolong jelaskan, hidup seperti apa yang sedang ku jalani kini?

Ya, Bang Diaz lah yang mendekati mungkin akan bisa menjelaskan semuanya. Kini kaki ku punya tujuan kemana ia akan melangkah. Aku sangat menantikan jawaban atas semua pertanyaan. Tak peduli dengan orang-orang yang memandang dengan aneh karena keadaan ku yang sudah berantakan ini, aku terus melanjutkan perjalanan untuk segera menemui Bang Diaz.

"Mas, aku capek!"

Mama? Itu suara mama?

"Mas selalu bawa aku pergi dari rumah ini saat anak itu belum bangun, dan Mas bawa aku pulang saat anak Mas itu udah tidur!" Teriaknya pada seseorang yang berdialog dengan nya kini, yang tak lain adalah ayah.

"Aku capek, Mas," Ada nada kekesalan dalam perkataan nya.

"Dia anak ku, Si," Bentak ayah di dalam sana.

"Tapi dia bukan darah daging aku."

Siapa yang sedang mereka bicarakan kini?

"Cukup, Si. Saya tahu apa yang akan kamu lakukan jika kamu sampai ketemu sama dia!" Susul ayah merendahkan suara nya, namun masih bisa tertangkap oleh indera pendengaran ku.

"Mas tahu kalau aku gak suka sama dia, tapi Mas bersikukuh bawa dia kesini!"

"Dia juga butuh kasih sayang seorang ibu, Si. Apalagi dia baru bangun dari sakitnya. Dia butuh kamu ...."

Apa mereka sedang membicarakan aku?

"Aku bukan ibu dia, Mas," Teriak mama frustasi.

Kenyataan pahit apalagi ini Tuhan?

"Udah saya bilang jangan selalu berkata seperti itu! Kamu emang bukan ibu yang melahirkan dia, tapi kamu nikah sama saya kan? Apapun yang saya miliki harus kamu terima!"

"Tapi aku gak mau tinggal sama anak sialan itu!"

Plak!!!

Begitu keras nya tamparan yang di berikan ayah pada mama hingga sakitnya pun dapat aku rasa. Bibir mama pun terbungkam dan menangkup pipi yang mendapat tamparan panas dari ayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang