KEDUA PULUH TIGA

15 8 0
                                    

Happy reading{}

"Gue ajarin." Ujar kak Rendy lembut.

"Dan alasan gue ngajak lo kesini, gue mau lo temenin gue latihan." Susul kak Rendy lalu tangan nya yang lain menepuk bahu ku dan membalikan nya agar berhadapan langsung dengan kak Rendy.

Mata cokelat terang yang meneduhkan kini kembali ku tatap lagi sedekat ini. Kedua tangan nya mulai menggenggam ku lalu membimbing ku kearah dimana piano berada.

Aku mengikuti langkah nya yang membimbing ku. Dia membawa satu kursi untuk aku duduki, lalu dia duduk disamping ku tanpa berkata apapun.

Hening. 5 menit berlalu hanya ada keheningan dan deru nafas yang saling berhembusan.

"Ekhem."

Aku dan kak Rendy saling berdeham, membuat canggung diantara kami semakin kentara saja.

"Emm."

Lagi-lagi aku dan kak Rendy ingin berucap diwaktu yang bersamaan.

"Kak?" Aku menghilangkan kecanggungan ini setelah tak ada lagi yang terjadi sejak ucapan kami yang belum sempat tersampaikan.

"Hmm."

"Ajarin.." Aku kembali mengingatkan.

"Gak bisa belajar sendiri?" Ucap nya tanpa ada keinginan melihat ku.

"Gak!"

"Belajar sendiri!" Ujar nya ketus.

"Katanya tadi mau ngajarin!"

Skak! Sekarang kak Rendy menoleh, walaupun enggan tapi dia akhirnya mencoba mengajari ku.

"Apa yang lo gak tau?"

"Semuanya." Ucap ku enteng.

"Hah?" Tanya nya membulatkan mata tak percaya. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala untuk menjawab nya.

"Not do-re-mi lo gak tau?" Tanya nya memastikan.

Aku menggelengkan kepala ku lagi.

"Ngerepotin banget sih!" Desis nya sebal yang masih tertangkap oleh indera pendengaran ku.

"Jadi kan ngajarin?"

"Gak!" Ucap nya tanpa ragu.

"Ih kak Rendy nyebelin!" Aku menyilangkan kedua tangan ku di depan dada, jika marah memang seperti itulah aku dengan bibir yang senantiasa aku kerucutkan.

"Bodo!"

"Kak Rendy ih!" Rajuk ku mengguncang lengan kiri nya.

"Apa sih?" Kak Rendy menepis pegangan ku.

"Kakak tuh jahat tau, egois!" Sungut ku berdecak sebal kepadanya.

"Terus?"

"Aku benci! Aku gak suka!" Aku mengembalikan lagi tangan ku untuk saling bersilang.

"Tapi kok mau jadi pacar gue?" Jawab nya santai dengan nada yang membuat ku membelalakan mata.

"A..a..aku..aku.."

Ya, kak Rendy berhasil menghempaskan kalimat yang siap terlontar kapan pun untuk nya. Dan sial nya lagi kak Rendy malah memeragakan bibir ku yang menganga akibat kata-kata yang tak kunjung keluar juga.

"A..a..aaa.." Kak Rendy semakin menggoda ku dengan cara seperti itu.

"A..a..apa sih kak Rendy ih, gak jelas banget!"

Ya hanya itulah yang dapat aku ucapkan, pengelakan!

"Lo yang gak jelas!" Bantah nya

Aku mengibas-ngibaskan tangan ke seluruh wajah ku, pipi ku semakin memanas saja saat sudut bibir kak Rendy terangkat seketika. Entah senyuman meledek atau apa, tapi percayalah itu terlihat sangat manis.

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang