KESEMBILAN BELAS

26 11 14
                                    

Happy reading{}
.
.
.

Hah apa katanya? Cemburu? Haha kak Rendy ini lucu juga ternyata. Kini aku tak lagi tak enak hati padanya karena sikap kak Radit tadi, karena ternyata kak Rendy mengeluarkan emosi cemburu nya padaku. Itu berarti memang dia mencintaiku. Tunggu, apa aku sudah menerima dia sepenuhnya? Jujur, aku masih merasa ada gejolak aneh bila dekat dengan kak Radit. Mereka berdua memang punya sensasi dan pesona masing-masing bagiku, dan itu membuat ku pusing memikirkan nya.

Daritadi aku hanya senyum-senyum sendiri dengan tingkah nya kak Rendy ini, aku sampai geleng-geleng kepala dibuatnya. Sudahlah, lebih baik aku ke kelas lagi.

Baru tiga langkah dari pintu, langkah ku terhenti. "Pulang bareng gue!"

Saat ku menoleh ke sumber suara, sang pembicara sudah menjauhkan dirinya ke arah lain. Hm, jadi kak Rendy daritadi berdiri di depan pintu menunggu ku keluar ternyata. Bibir ku semakin terangkat melihat perlakuan kak Rendy ini, sungguh menggemaskan.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Chika melempari ku tatapan curiga

"Kepo lu!" Jawab ku yang tak pernah berhenti tersenyum

"Rani?" Tanya Chika men-drama, mata nya yang hitam lekat itu seakan akan ingin keluar dari wadahnya.

"Apaan sih?" Tanya ku risih

"Lo gak dari kantin kan?"

"Gak!"

"Lo gak dari toilet kan?"

"Gak!"

"Masa?" Tanya nya buru-buru

"Hm!"

"Beneran lo gak abis dari sana?" Tanya nya lagi meyakinkan

"Emg apa sih Chik, ikut penasaran gue." Aurel menimpali

"Gue kira lo keselek sumpit ramen senyum terus kek gitu, atau nggak keselek gayung gitu tadi di toilet." Jawabnya polos dan mengalihkan pandangan nya

"Aelah curut masa iya keselek sumpit dia senyum-senyum gitu!" Bentak Aurel gemas

"Makin geser otak lu Chik." Timpal ku sambil geleng-geleng kepala tak mengerti jalan pikir Chika ini

"Lagian sok rahasia-rahasian-an lu, ditanya malah jawab kepo." Jawabnya sedih

"Iya Ran, kenapa muka lo merah banget? Lo bedakan pake saus?" Tanya Aurel sama gilanya

"Eh ogeb, sama aja lu tololnya. Ah untung lo cantik Rel!" Jawab Chika dengan lagak sok sabar nya mengelus dada

"Rel, kayak nya otak lo terkontaminasi deh sama kebegoan nya si Chika." Ujarku khawatir.

"Gue aja yang udah lama temenan sama dia mewanti-wanti otak gue biar gak ke manipulasi sama kebegoan nya nih anak!" Tunjuk ku ke Chika tanpa ragu

Yang di tunjuk menampilkan muka kaget dan sedih nya sekaligus

"Tega amat sama neng, neng adu-in sama aa bau tau rasa kalian." Ia memajukan bibir nya tanda kesal

"Kayak yang punya aa aja." Sindir ku

"Abang nya lo kan aa nya gue Ran!" Jawab Chika malu-malu

"What? Abang nya Rani?"

Dengan reaksi kaget Aurel akan penuturan Chika barusan, Chika jadi salah tingkah sendiri seperti merutuki ucapan nya

"Yah, ketahuan deh." Sesal Chika

"Lo suka sama Diaz, Chik?" Tanya Aurel antusias

Yang ditanya malah menatapku penuh arti, ia ingin belas kasihan dari ku sepertinya. Chika ini memang tak pernah curhat ke siapa pun tentang perasaan nya, hanya dengan ku yang memang jelas ada sangkut paut nya dengan tambatan hati nya itu.

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang