KEDELAPAN BELAS

29 11 21
                                    

Happy reading{}
.
.
.

Aku diturunkan di depan ruang ganti. Dengan cepat aku langsung berlari untuk menjauhkan keadaan wajah ku yang sudah berubah warna ini. Kak Radit selalu saja melakukan hal diluar dugaan ku. Tapi entah mengapa hati ku menyukai nya. Munafik memang.

Setelah merasa sudah bisa menunjukan lagi wajah ku didepan kak Radit, aku keluar. Dan disana kak Radit sudah siap menunggu ku. Aku menghampirinya yang menatap ku penuh arti.

"Pulang?"

Saat aku di hadapan nya, kak Radit menanyai ku. Entah apa yang ingin aku lakukan sekarang. Jujur saja aku ingin terus bersama kak Radit setelah sekian lama tak bertemu dengan nya lagi, namun aku sadar diri bahwa sekarang aku harus membatasi hati karena salah jika aku mengharapkan kak Radit dalam keadaan aku memiliki status dengan orang lain.

"Yaudah kita jalan lagi aja ya, gue masih kangen sama lo." Tanpa menunggu jawaban dari ku, kak Radit sudah memutuskan secara sepihak dengan tak lupa dia mencubit kedua pipi ku lembut

"Kita makan?" Tawar nya

"Boleh.." Aku tersenyum tipis, tipis sekali. Bahkan jawaban ku seperti nya hanya terdengar seperti bisikan

Kak Radit menuntun ku untuk mengikuti nya. Dia berjalan di sisi ku dengan menggenggam tangan ku. Refleks aku menepisnya, karena dalam kondisi nervous seperti ini pun aku masih memikirkan kak Rendy. Kak Radit menyadari penolakan ku akan genggaman nya, ia menoleh namun hanya mendapat senyuman dari ku. Kurasa dia mengira aku hanya tak ingin menjadi pusat perhatian dengan berpegangan mesra, tapi memang itulah salah satu alasannya.

Kini aku berada di salah satu caffe yang menyediakan makanan dan minuman kekinian yang cocok sekali untuk mengisi waktu hangout anak muda.

"Ran?"

Aku hanya berdeham untuk menjawab nya, karena kini aku sedang membasahi tenggorokan ku dengan milkshake strawberry yang segar sekali.

"Makasih.." Susulnya

"Untuk?" Jawab ku selepas meminum milkshake ku

"Waktunya."

Ia tak pernah lepas memandangi ku sedari aku duduk berhadapan dengan nya. Bahkan kata-kata yang ia ucapkan begitu sulit untuk diutarakan. Baru kali ini aku melihat kak Radit gugup.

"Hmm.." Aku hanya tersenyum akan tingkahnya.

****

Selepas bunyi bel istirahat berdering, aku langsung membawa kaki ku ke tempat dimana kini kak Rendy berada. Aku penasaran apa yang akan diperbincangkan oleh kak Rendy pada kak Radit, apakah aku alasan dibalik perintah kak Rendy yang menyuruh kak Radit menemui nya di ruangan nya?

Aku mengendap-endap sambil memfokuskan pandangan ku ke dalam ruangan yang disebut ruangan kak Rendy itu. Ini hanyalah ruangan school band yang sering dipakai kak Rendy, tapi untuk apa kak Rendy mengajak kak Radit kesini?

"Oke, gue harap lo setuju akan tawaran ini." Sepertinya ini suara kak Radit

"Akan gue pikirin lagi.." Jawab seseorang didalam sana yang ku yakini adalah kak Rendy

"Ini kesempatan emas man jangan di sia-sia-in." Timpal kak Radit

Dan semakin dekat aku menempelkan telinga ku di daun pintu masuknya, seseorang di dalam sana membuka pintu tanpa aku tahu. Dan sialnya itu adalah kak Radit

"Rani?" Tanya nya kaget

"Mhhe..." Aku hanya menampilkan deretan gigi ku sambil menggaruk kepala yang tak gatal

"Ngapain?" Tanya kak Radit yang membuat kak Rendy keluar untuk melihat apa yang terjadi

"Emm.. anu.. emm.. itu.. emm.." Tanpa henti aku menggaruk tengkuk ku sambil menatap kak Radit dan kak Rendy bergantian

"Lo kangen sama gue Ran? Sampe nyamperin kesini segala?" Tanya kak Radit sambil menyunggingkan senyuman menggoda

Aku membuka mata ku lebar tak percaya akan pertanyaan kak Radit ini. Lalu aku melihat kak Rendy yang ada di sebelah kak Radit, namun apa yang aku lihat? Wajah dingin tanpa minat melihat kejadian yang mungkin menurutnya unfaedah ini.

"Emm mhhe.." Aku hanya dapat mengeluarkan dehaman seperti itu pada kak Radit, aku kikuk harus berkata seperti apa di saat orang lain menyatakan bahwa aku rindu padanya di depan pacar ku sendiri

"Mau balik lagi ke kelas?"

Sepertinya kak Radit menawari diri nya untuk mengantar ku ke kelas. Dan itu membuat kak Rendy jengah hingga dirinya memilih untuk kembali kedalam ruangan school band itu. Pandangan ku hanya fokus pada punggung kak Rendy yang menjauh pergi sampai aku tak tahu bahwa tangan kak Radit menyapu pandangan ku dari punggung kak Rendy.

"Emm, kak aku perlu ke perpus dulu bentar.." Aku mengalihkan pembicaraan untuk pergi ke kelas

"Yaudah, gue temenin." Tawarnya lagi

"Emm, gak usah kak. Aku bisa sendiri kok..." Sergahku dengan meninggikan nada suara ku agar bisa terdengar oleh kak Rendy bahwa aku menolak tawaran kak Radit

"Yaudah, gue duluan ya.." Jawab kak Radit sambil mencubit pipi ku gemas. Dan saat aku melihat kedalam ruang school band, kak Rendy sedang melihat kejadian yang baru saja berlangsung karena pintu nya yang dibiarkan terbuka seperti disengaja mempertontonkan apa saja yang ada di luar.

Setelah punggung kak Radit hilang dari pandangan, aku memilih melangkahkan kaki ku untuk menemui kak Rendy bukan nya mengunjungi perpustakaan. Lalu tanpa rasa malu aku menutup pintu yang terbuka itu, aku menghampiri kak Rendy yang menurut ku dia tahu keberadaan ku namun ia memilih untuk mengacuhkan ku.

"Kak?" Tanya ku hati-hati

"Hmmm..." Jawabnya yang kini sedang memainkan gitar nya

"Maaf.."

Namun tak ada respont dari kak Rendy, ia hanya fokus pada senar yang akan dipetik nya

"Kak?" Aku mencoba memperbesar volume suara ku

"Hmmm..." Jawabnya lagi yang membuat ku kesal seperti tidak punya kata-kata selain 'Hmm'

"Maaf buaaat....."

Sebenarnya permintaan maaf ku ini beralasan. Aku meminta maaf untuk kak Radit yang dengan mudah nya menggoda ku seperti tadi, tapi aku malah membiarkan semua itu terjadi. Dan maaf ku ini untuk perasaan ku yang tidak tahu menahu akan perlakuan kak Radit yang tiba-tiba itu hingga membuat kak Rendy cemburu. Mungkin

"Kak Rendy ih.." Rengek ku saat aku melihat dia begitu acuh disaat aku menggantungkan ucapan ku untuk membuat nya menanyakan apa kelanjutan nya

"Apaan sih?"

Ya, kini ia melipat tangan nya digitar yang barusan dimainkan nya. Kini ia menatap ku tajam.

Shit! Tatapan nya membunuh setiap kalimat yang akan aku ucapkan padanya. Mengapa harus hilang dalam sekejap sih kalimat yang ada dalam otak ku ini!

"Maaf.." Hanya satu kata itu lah yang dapat dikeluarkan bibir ku

"Segampang itu minta maaf? Lo kira cemburu itu enak?"

Hah? Apa katanya? Cemburu?

Setelah mengucapkan itu kak Rendy menyimpan gitarnya sembarangan dan bangkit meninggalkan ku dengan sejuta kebingungan yang ada karena pernyataan nya barusan. Apa kak Rendy tahu apa yang akan aku ucapkan dari kata 'Maaf' ku? Jika iya berarti ia termasuk cowok yang peka dengan menyatakan bahwa ia sedang cemburu.




Owhohoho, cemburu juga tuh manusia es😮 Tunggu kelanjutan nya yaa guys😊😚

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang