KETUJUH BELAS

21 12 15
                                    

Hi.
Hi..
Hi...
Happy Reading{}
Jangan lupa untuk klik bintang nya ya manteman😚
.
.
.

Kak Radit mengajak ku bermain ice skating yang ada di salah satu mall di Jakarta. Mungkin dia ingin bermain-main dengan ku dengan bermain permainan yang tidak aku kuasai ini. Aku jadi teringat waktu pertama kali bertemu dengan nya. Waktu itu dia datang ke rumah ku, biasalah dia akan pergi hangout dengan bang Diaz. Ada empat laki-laki termasuk kak Radit yang datang ke rumah, dan kebetulan waktu itu aku baru pulang dari Bali karena sebelumnya aku memang tinggal bersama ayah di sana sedangkan bang Diaz tinggal di Jakarta bersama mama.

Waktu itu sore hari sekitar jam tiga, empat anak laki-laki SMP kelas 9 datang dengan membawa masing-masing sepatu roda. Begitu pula dengan abang ku, dia sudah siap dengan perlengkapan roller skate nya. Di daerah tempat tinggal ku memang ada tempat yang sering digunakan untuk bermain roller skate. Aku belum pernah main kesana karena waktu itu memang pertama kali nya aku menginjakan kaki ku di Jakarta dan akhirnya tinggal disini selamanya, setidaknya masih sampai sekarang.

Tibalah kak Radit dan kawan-kawan nya yang waktu itu langsung mendapat senyuman termanis dari ku. Kebetulan aku sedang melihat-lihat keadaan luar rumah orang tua ku yang ada di Jakarta ini. Tentu saja dengan bang Diaz. Aku sampai tak memperhatikan barang bawaan yang disiapkan bang Diaz untuk bermain roller skate, hingga bang Diaz mengajak ku main untuk pertama kalinya. Katanya sih dia ingin mengajak ku melihat tempat yang sering dia kunjungi di Jakarta sekalian membawa ku jalan-jalan karena aku baru sampai dan akan tinggal di sini bersamanya.

Lalu pergilah aku, bang Diaz, kak Radit dan ketiga teman yang lainnya yang sampai sekarang aku tak tahu siapa saja nama mereka bahkan tak pernah bertemu lagi sejak saat itu. Sore itu cerah sekali, seakan-akan tak ingin berubah menjadi malam. Karena sepanjang sore itu aku bermain roller skate diajari oleh kak Radit dengan waktu yang begitu lama hingga aku merasa sore itu seperti duapuluh empat jam.

Kak Radit entah makhluk jenis apa yang mampu membuat ku nyaman hanya dengan lelucon yang ia suguhkan. Selama aku diajari cara bermain roller skate olehnya selalu saja ada hal yang membuat perut ku sakit karena kenyang tertawa akan tingkahnya. Kak Radit begitu lucu, humble dan penyabar dia tak pernah bosan mengajari ku walau ratusan kali aku terjatuh dan merepotkan nya. Ketiga cowok yang lain pun sama, mereka baik bahkan sangat baik. Aku jadi iri pada abang ku, dia mempunyai banyak teman baik sedangkan aku hanya punya satu itu juga aku tinggalkan di Bali karena jarak yang memisahkan kita.

Sore itu hanya kak Radit yang dengan senang hati membawa ku berkeliling memandu ku untuk melihat-lihat spot-spot yang memang sering menjadi tempat hangout di Jakarta, salah satunya tempat roller skate ini. Tiga cowok yang lain sedang bermain disuatu tempat sedangkan bang Diaz pergi entah kemana, karena saat kami tiba ia langsung pergi dengan membawa sesuatu ditangan nya dan memberi kak Radit pertanggung jawaban untuk menjaga ku.

Hingga sore itu mengalah dengan menghadirkan sunset yang begitu indah. Kenapa bisa aku bilang sunset itu begitu indah? Karena aku menyaksikan nya berdua dengan kak Radit, dan seperti kata ku tadi waktu itu seakan tak ingin beranjak menjadi malam. Sunset yang aku saksikan begitu lama, membuatku tenang dan nyaman bahkan sunset itu tak pernah mau pergi.

Rasanya aku seperti di Bali, disana aku menyaksikan matahari terbenam setiap hari. Tapi disini aku bagaikan melihat magic hour untuk pertama kalinya, dengan seseorang yang aku jatuhi cinta pada pandangan pertama. Rasanya begitu damai dan hangat. Tapi ada satu yang mengalahkan indah nya sunset sore itu, ialah senyuman manis kak Radit yang aku lihat saat aku menoleh kepadanya.

Namun senyum itu tak bisa aku lihat secara lama seperti aku melihat indahnya sunset kala itu, karena bang Diaz datang dengan kemarahan nya. Aku dan kak Radit jadi bingung sendiri dengan tingkah abang ku itu. Dia datang dengan keadaan mata yang merah menyala dan rahang nya yang mengeras menandakan kemarahan yang tidak ia keluarkan. Tangan nya terkepal seakan siap membanting apa saja yang ada disekitarnya. Saat bang Diaz tiba di tempat aku dan kak Radit melihat sunset dia langsung menyuruhku pulang saat itu juga.

Lalu bang Diaz pergi tanpa berbicara apa-apa lagi. Seakan mengerti apa yang diinginkan abang ku itu, kak Radit hanya menyuruhku untuk menuruti permintaan nya. Ya, kak Radit lah yang tahu bagaimana keadaan hati bang diaz disaat dia senang atau sedih ketimbang aku yang berperan sebagai adik kandungnya sendiri. Hari itu juga pertama kalinya aku melihat bang Diaz marah, bahkan sampai sekarang aku tak tahu apa penyebab kemarahan bang Diaz hingga membuat ku takut untuk menanyakan nya.

Seakan tahu keadaan hati bang Diaz waktu itu, sunset pun ikut tenggelam lenyap dimakan malam. Mungkin sudah waktunya yang indah pergi, dan perasaan marah datang menghampiri. Dan jika kini sunset yang indah nan lama itu hadir kembali aku ingin menyaksikannya lagi. Namun entah dengan siapa kini aku akan menikmatinya, entah dengan kak Radit cinta pandangan pertama ku di Jakarta ataukah dengan kak Rendy cinta pandangan pertama ku saat MPLS SMA tiba.

"Lo masih gak bisa berdiri disepatu ini Ran?"

Kak Radit menopang tubuhku untuk ke duapuluh tiga kalinya karena aku terjatuh. Seperti waktu itu, ia begitu sabar walau aku terus menggerecokinya karena ia selalu menertawakan ku.

"Enggak.."

Hanya itu yang bisa aku katakan. Ketika rasa malu dilihat orang lain yang sama sedang bermain ice skating seperti ku. Bahkan anak kecil yang ku yakini baru duduk dibangku SD kelas dua itu begitu lihai menari-nari di lantai es ini. Membuat pipi ku semakin merah saja

"Gue jadi inget dulu waktu pertama kali ketemu sama lo Ran, lo masih kecil lagi Ran. Masih segede gini.."

Kak Radit mengapungkan tangan kanannya setinggi pusarnya, seolah aku kecil sekali. Padahal maklumi saja karena aku waktu itu baru kelas 7.

Lalu setelah melihat ancang-ancang ku dia berlari dengan sepatu ice skate nya. Berlari menghindari pukulan ku. Enak saja aku disebut pendek seperti itu olehnya, walau memang sesuai fakta tapi aku tak terima. Dan dwi fortuna memang sedang memihak padanya kali ini. Aku tak bisa mengejarnya di lantai es ini. Yang ada aku hanya jatuh dan jatuh lagi. Huft, kenapa sih begitu susah berjalan di atas es ini. Kenapa aku tak bisa seperti si dede gemes itu yang dengan mudah kesana kemari tanpa terjatuh.

Di depan sana kak Radit puas menertawakan muka kesal ku karena tak bisa memukuli nya kali ini. Dia berjalan lagi kearahku, lalu mengulurkan tangan nya memberi bantuan tapi aku tolak karena aku masih kesal padanya.

"Marah hm?"

Kak Radit berjongkok untuk melihat keadaan ku. Sial! Kenapa harus jongkok segala sih disaat wajah ku merah seperti ini?

"Gak, biasa aja.." jawab ku ketus

"Maaf deh maaf, abisnya lo lucu kalo lagi kesel kek gitu Ran.." Tuturnya merayu ku. "Masih ngambek nih ceritanya?" Tanya nya lagi

"Gak tau.." Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada dengan posisi masih duduk diatas lantai es ini

"Jangan cemberut kek gitu, nanti gue makin suka sama lo."

Memang dasar kak Radit hobby banget bikin muka orang berubah warna.

"Lo gak dingin apa duduk terus di es ini?"

Lalu badan ku terasa diangkat begitu saja. Saat ku alihkan pandangan ternyata kak Radit menggendong ku tanpa memberi aba-aba. Aku yang kaget akan perlakuan ini langsung menghentak-hentakan kaki ku bergantian, karena aku malu menjadi pusat perhatian.

"Diem dong Ran, nanti kita jatuh.."

Benar juga, nanti kalo aku dan kak Radit jatuh tambah malu lah aku karena menjadi pusat perhatian untuk kedua kalinya. Lalu dengan kesal karena perlakuan kak Radit yang tiba-tiba itu, aku memilih untuk diam sambil menetralisirkan perasaan ku yang sudah ingin meletus saja. Aku nervous luar biasa, untuk kedua kalinya aku digendong kak Radit seperti ini.





Berhubung kemaren hari terakhir UNBK, jadi aku langsung ngetik cerita ini selama empat jam:v Oke this is just for your information😆😅 Nanti malam minggu atau hari minggu nya aku UP lagi yaaaa😘 Kalian boleh recommend cerita ini ke temen-temen kalian biar banyak yang baca gitu wkwk:v And jangan lupa kalo mampir vote juga gitu yaa biar tambah semangat aku nya😆

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang