KEDUA PULUH DUA

22 11 1
                                    

Kak Rendy sama sekali tak memberitahu kemana ia akan membawa ku pergi. Walaupun aku terus saja mendesak nya tetap ia tidak mengatakan apapun malah menyebut ku kepo bahkan ia mengancam akan menurunkan ku di tengah jalan.

Menyebalkan! Apa susah nya menyebutkan nama tempat hanya dalam beberapa helaan nafas? Apa jangan-jangan dia akan membawa ku ke tempat yang sepi dan dia berbuat yang tidak-tidak padaku? Rani, jernihkan pikiran mu! Melirik mu saja dia tak mau apalagi berbuat yang lebih dari itu.

Oh aku tau, mungkin kak Rendy ingin memberikan surprise maka nya dia tidak ingin aku tau terlebih dahulu. Oh Tuhan semoga dugaan ku yang kedua memang benar adanya.

Kurasa aku tahu kemana tujuan kak Rendy sekarang, dia memasuki parkiran sekolah. Hei, ini hari minggu mau apa dia mengajak ku kesini? Seperti tak ada tempat lain saja! Apa dia kena hukuman untuk datang ke sekolah di hari libur begini? Kenapa mesti membawa aku yang tak tahu apa-apa? Menyebalkan!

"Kita ngapain ke sekolah kak?." Aku bertanya sambil melepas helm

"Kepo!" Ucapnya tanpa minat

"Ih kan sekarang hari minggu, libur dong harusnya!" Susulku tidak terima di sebut kepo terus oleh nya

"Lagian kita gak pake seragam ini, bukan berarti kita sekolah kan?" Tanya nya membalikan ucapan ku

"Ya terus mau ngapain kesini?"

"Lo tuh banyak nanya ya!"

"Hak aku dong!" Ucap ku tegas

"Terserah!" Jawab kak Rendy tak kalah tegas nya

"Kak Rendy nyebelin tau gak!" Aku memasang wajah cemberut kepadanya

"Bodo!"

Kini dia berjalan menjauhi ku, aku di tinggal bersama motor yang sudah bebas dari penumpang. Apa sih yang kak Rendy mau? Tak ada romantis-romantis nya sama sekali, genggam tangan ku kek, atau tawari aku lengan nya untuk aku pegang seperti kak Radit kemarin yang dengan bodoh nya malah aku hiraukan.

Aku buru-buru menyusulnya, mensejajarkan langkah ku dengan langkah kaki nya.

"Kak Rendy ih tunggu!" Aku mengatur nafas saat telah berada disamping nya yang dengan tega nya masih terus berjalan tanpa ada rasa kasihan kepada ku

Lagipula aku tidak ingin dikasihani!

"Lama!" Ujarnya ketus

"Kakak sebenarnya mau ngapain sih kesini, lagi pula gak ada siap-" Aku melihat ke semua penjuru lapangan ternyata bukan hanya aku dan kak Rendy saja yang ada di sekolah tapi ada banyak lebih dari dua puluh orang kurasa. Mereka sedang bermain basket, ada yang latihan karate di koridor dan ada juga yang beristirahat seperti nya main bergiliran. Ada juga yang sibuk berpacaran sambil menonton tim mereka masing-masing

"Ih kak Rendy tungguuuu."

Lagi-lagi kak Rendy meninggalkan ku saat mata ku sibuk melihat orang-orang yang ada di lapangan.

Kak Rendy masuk ke ruangan yang waktu itu pernah aku kunjungi, school band. Aku masuk dengan pandangan yang mulai aku edarkan ke segala arah. Waktu itu bukan seperti ini tempat yang aku singgahi. Namun sekarang tertata lebih rapi saja, dan baru ku sadari ternyata ada piano yang terletak di ujung sebelah kanan dari tempat aku berdiri sekarang. Aku memerhatikan nya, memainkan tuts-tuts yang satu saja tidak aku ketahui.

Aku memang tertarik untuk bermain alat musik yang satu ini, namun tangan ku selalu kaku untuk memainkan nya. Terlebih lagi aku pernah melihat bang Diaz bermain piano dengan begitu indah. Tangan nya seperti menyatu dengan setiap tuts yang melekat di tempat nya.

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang