"Apalagi ini?" Kini aku tak bisa membendung air mata ku yang sudah ku tahan sejak tadi
Kak Radit berlalu tepat dihadapan ku tapi dia gak berhenti sama sekali. Apa dia gak liat aku? Dan siapa tadi? Udah gak salah lagi, cewek yang duduk dikursi sebelah Kak Radit adalah Aurel. Oh Tuhan aku udah gak kuat nahan tangis lagi. Aku nangis sejadi-jadinya. Kenapa harus sesakit ini sih? Dari pagi mood aku ancur dan sekarang setelah aku melihat kejadian barusan mood aku makin ancur. Aku udah gak bisa ngendaliin tangis aku sekarang, ya walaupun aku tidak menangis seperti anak kecil. Aku gak habis pikir sama mereka, kenapa harus ngeselin dihari yang sama?
"Emang harus ya nangis?"
Pertanyaan itu membuat tangisku reda sekejap. Siapa yang bertanya? Aku sendiri tak tau siapa karena daritadi aku menangis dengan keadaan kepala aku telungkupkan dikedua tanganku dan sedikit menunduk. Saat aku mendongak kan kepala ku, si pembicara sedang berdiri didepanku sambil melihat kebawah kearah mataku.
"Hah?" Aku tak tau harus bereaksi seperti apa. Hanya kata 'Hah' yang dapat mulutku keluarkan. Aku bingung sekaligus kaget.
"Gak malu apa? Udah gede masih aja nangis. Gue perhatiin dari tadi banyak angkutan umum yang lewat tapi lo gak naik-naik. Lo lagi nungguin jemputan pribadi?" Tuturnya tanpa ada jeda dan masih melihat kearah ku
Aku tak bisa berkata-kata. Mulutku sulit sekali untuk berucap. Mungkin efek aku menangis hidung ku jadi tersumbat dan hasilnya hanya gumaman kecil yang keluar dan pastinya hanya aku yang mendengar
Setelah tak menerima jawaban apapun dari ku, lalu dia duduk disebelahku. Ada sedikit jarak diantara kami. Aku alihkan pandangan ku kesebelah kiri yang dimana dia sedang duduk disana. Dia mengeluarkan earphone lalu memakainya. Kepalanya manggut-manggut kecil seolah mengikuti irama dan jari tangan kanannya menari-nari diatas dengkul nya yang dimana kakinya ia hentak-hentakan. Entah lagu apa yang dia dengarkan namun dia begitu menikmati. Sepuluh menit berlalu kegiatan ku tetap sama duduk dihalte dengan seorang cowok yang menemani namun tanpa ada suara tangis lagi.
Sejak kedatangan nya tangisku sudah mulai mereda dan akupun tak ingin mengeluarkan air mata kembali. Hadirnya mampu menenangkan aku walau yang dia lakukan hanya menemani ku tanpa ada minat mengajak ku bicara. Saking asyiknya aku melihat dia menikmati lagunya, aku gak tau kalo dari tadi dia ngasih kode. Dia lambaikan tangan nya didepan wajahku. Aku refleks sadar, terus dia angkat dagunya seakan menunjuk kearah depan. Saat kulihat apa yang dia maksud ternyata ada angkutan umum yang berhenti.
Sebenarnya aku ingin terus berada disini. Hanya dengan melihatnya saja mood ku sudah kembali membaik. Namun aku juga harus pulang, hari sudah mulai sore. Aku lalu bangkit dan mulai berjalan kearah angkutan umum itu. Rasanya berat meninggalkan dia disini, namun untuk apa tetap tinggal kalau hanya saling diam?
Saat kaki sudah ingin masuk kedalam angkot itu, ada yang menarik tangan ku dari belakang agar berhenti. Dan dia berhasil, aku tertarik kebelakang dengan keadaan tangan ku sedang digenggam olehnya.
"Jalan aja pak, gak jadi." Titahnya pada supir angkot, lalu beralih lagi padaku. "Pulang bareng gue aja!" Dia menarik tangan ku membawa ku ketempat dimana motornya berada.
"Kenapa?" Maksud dari pertanyaan ku adalah kenapa harus pulang bareng dia? Kalau akhir nya seperti itu kenapa gak dari tadi coba? Namun balasan dari pertanyaan ku hanyalah gerakan kepala yang seolah bertanya 'apa?'
Aku hanya gelengkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan aneh nya itu. Gak peka apa gimana?
Dan ini pertama kalinya aku naik motor bareng Kak Rendy. Dia sendiri yang ngajak. Eh bentar, tadi ajakan atau perintah ya? Aku gak tau. Kak Rendy ini susah dibaca pikiran nya. Eit, emang nya juga aku cenayang yang biasa baca pikiran orang?
Lalu motor yang kami tumpangi melaju. Tak ada kata-kata apapun yang terucap diantara kami. Aku bingung harus bicara apa. Aku jadi teringat tentang beberapa minggu kebelakang saat Kak Rendy meminta ku untuk menemani nya kesuatu tempat. Dan ya, ini jadi bahan obrolan ku untuk memulai perbincangan dengan nya.
"Kak Rendy?" Aku mulai angkat bicara
"Hmm.." Jawabnya.
Deg! Dejavu! Aku pernah merasakan hal ini bersama Kak Radit kemarin. Sial! Kenapa bersama Kak Rendy pun aku tetap mengingat nya.
"Apa?" Kali ini Kak Rendy bertanya dari pertanyaan ku barusan. Aku tak melanjutkan bicara lagi karena sesaat aku mikirin Kak Radit, huft-_-
"Eh, waktu itu Kakak ngajak aku kesuatu tempat. Kemana?" Susulku
"Lupain aja." Jawabnya tanpa minat
"Yang bener kemana kak?" Selidik ku
"Gue juga lupa. Lupain aja!"
Sebal! Selain cuek ternyata pelupa juga. Setelah pertanyaan ku yang tak mendapat jawaban pasti, aku tak bicara lagi padanya. Sesekali aku bertanya tapi jawaban nya hanya 'Hmm' dan 'Gak tau'. Aku kayak ngomong sama tembok, ya walaupun orang yang aku ajak bicara sekarang sedikit menjawab.
Lalu tanpa aku duga Kak Rendy menghentikan laju motornya. "Kenapa kak?"
"Gue gak tau harus nganterin lo sampe mana. Gue gak tau rumah lo.." Jawabnya masih menghadap kedepan tanpa ada minat melihat kearah seseorang yang menanyai nya
"Yaudah disini aja, udah deket kok." Susulku yang melihat pundaknya.
"Yaudahh.."
Hah? Dia setuju aku turun disini?
Aku lalu turun dari motornya. Lalu aku berterimakasih padanya telah mengantarku walau tak sampai rumah, dan aku hanya mendapat anggukan saja dari nya. Kak Rendy menyalakan lagi motornya lalu hadirnya perlahan hilang dari pandangan.Kini aku berjalan menuju rumah, sebenarnya hanya beberapa meter lagi tapi saat Kak Rendy menyetujui aku turun ditempat tadi mood ku kembali buruk. Aku kalo unmood males gerak. Padahal apa salah nya bertanya sih? Bisa kan dari awal kalau niat nganterin tanya dulu yang mau dianterin kedaerah mana. Atau ngga niat, ya gausah nganterin sekalian. Aku bukan nya egois, tapi aku greget aja sama sikap cuek nya Kak Rendy. Untuk nanya aja susah nya minta ampun.
Saat aku berada dirumah, ingin segera aku rebahkan tubuh ku di kasur kesayangan. Seharian ini mood ku naik turun, lelah tapi gak tau apa penyebab nya. Mungkin emosi nguras tenaga ku hari ini. Ditambah prilaku Kak Rendy yang aku terima tadi, cuek-cuek gimana gituh. Ngeselin tapi ngangenin. Sudahlah, mataku minta jatah tidurnya hari ini.
Hai hai ketemu lagi:v Aku up cepet tapi garing wgwg:(( Gapapa yaa hm:') Kenapa ceritanya sampai disitu? Writing block akutuuuu tapi pgn ngeUP terus bawaan nya heuuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Trouble Of Sunset (ON GOING)
عاطفيةPernah ngerasain gak sih suka sama dua cowo sekaligus? Gimana rasanya? Saat hati yakin ingin melupakan tapi yang dimaksud memperjuangkan, dan sudah yakin untuk memperjuangkan namun yang dimaksud malah pergi tanpa alasan. Dan pernah gak ngerasain dic...