KETIGA BELAS

38 16 23
                                    

Sore ini langit seakan tak kuasa menahan beban menampung air yang ingin segera tumpah kebumi. Belum jauh dari sekolah aku sudah terjebak hujan bersama kak Rendy. Kita putuskan untuk berteduh sampai menunggu hujan sedikit mereda.

Namun nihil setelah 1 jam aku dan kak Rendy menunggu, hujan masih betah membasahi bumi. Sore ini semakin sore saja ditambah hujan yang menjadikan suasana seperti malam hari yang gelap dan dingin.

Selama satu jam itu pula tak ada percakapan diantara kami. Memang selalu seperti ini, satu ucapan yang dilontarkan kak Rendy selalu menohok. Tapi jika tak ada perbincangan sama sekali aku merasa berdiam diri sendirian.

Dan angin masih setia menghembuskan wujudnya yang tak nampak. Membuat kulit ku semakin tak karuan saja. Maka aku putuskan untuk angkat bicara pada kak Rendy

"Kak aku mau pulang, kalo kakak masih mau nunggu aku pulang duluan aja." Ucapku gemetaran saking dingin nya

"Bentar.." Jawabnya dingin, bahkan melebihi dingin nya sore ini

Jika akhirnya akan seperti ini aku menyesal telah meng-iya kan untuk pulang bersama nya. Jika bukan karena aku luluh akan ritual nya tadi memakaikan helm nya pada ku, aku tak kan mau.

Dari belakang ada tangan yang memakaikan jaket padaku, menutupi sebagian tubuh yang ku peluk sendiri. Saat ku lihat siapa orang nya dan memang tak ada orang lain selain kak Rendy. Sedari tadi dia memang memakai jaket yang aku harapkan akan ia lepas dan memberikan nya pada ku, namun dia tak ada niatan untuk melakukan hal itu. Dan sekarang entah karena dorongan apa ia rela kedinginan hanya untuk ku.

Tak lama dari itu mobil mewah berwarna hitam melintas dan berhenti tepat dihadapan kami. Ku kira orang didalamnya tak kan mau keluar karena nantinya hanya akan membasahi tubuhnya saja. Tapi ternyata pintu mobil terbuka dan nampaklah seorang laki-laki yang kurasa seumuran denganku. Tidak, mungkin diatasku atau mungkin saja sama seperti kak Rendy.

Ia turun dengan payung bermotif pelangi ditangan nya. Lucu, cowok cool pemakai payung pelangi. Untung saja tidak motif bunga-bunga atau cinderella.

Setelah mendekat kurasa ada yang mengganjal, setelah diteliti muka cowok ini seperti jiplakan muka kak Rendy. Aku menatap mereka bergantian, dan benar saja mereka sama.

"Mingkem oy, gajah nanti masuk."

"Eh,"

Aku terlonjak kaget, saking terpana nya aku sampai tak memperhatikan siapa yang bicara. Tapi dari suara, ku yakin itu bukan milik kak Rendy.

"Lo orang yang ke-seribu tujuh ratus lima puluh tiga orang yang berekspresi nganga pas liat gue sama si Rendy berdua, tenang aja lo gak sendirian kok, jangan panik." Dia menepuk-nepuk pundak ku seolah menenangkan.

Memangnya aku panik? Tidak, tidak sama sekali. Hanya saja aku kaget melihat dua orang yang bermuka sama. Ini memang bukan pertama kali nya aku melihat manusia kembar, tapi kalian pasti tau kan gimana rasanya saat orang yang kalian kenal ternyata punya saudara kembar tanpa kalian tahu, lalu muncul tanpa kalian duga sebelumnya.

"Ada apa nih pake ada acara ganggu waktu gue segala?" Tanya si manusia yang tak ku kenal ini pada kak Rendy

"Anterin nih cewek, harus sampe rumah nya dengan keadaan masih utuh. Kalo sampe lo macem-macem, gue rasa lo tau apa akibatnya." Ucap kak Rendy tegas

Baru kali ini aku melihat kak Rendy bicara setegas ini, bahkan menyangkut keselamatan ku.

"Lo gak bisa anter dia sendiri?" Tanya nya sempat menoleh kepadaku

"Gue pake motor, bangsad! Nanti keujanan." Jawab kak Rendy sedikit nge-gas

"Yaudah, ayok." Kepala si muka-jiplakan mengisyaratkan pada ku seolah menyuruhku mengikuti nya kedalam mobil

"Sana pulang!" Kali ini kak Rendy bicara padaku, tetap saja mempertahankan benteng es nya. "Tenang aja, dia gak akan macem-macem kok,"

Kak Rendy seakan tau pertanyaan ku yang tak terucap dari cara ku menatap nya. Setelah mendapat jawaban seperti itu, takut ku sedikit menghilang.

Aku masuk kedalam mobil itu dan duduk disebelah si pegemudi. Aku meninggalkan kak Rendy ditempat tadi, tapi aku merasa tak meninggalkan siapa-siapa. Karena kak Rendy bersama ku didalam mobil, muka nya saja tidak dengan segala macam yang ku tahu tentang kak Rendy.

"Lo pacar nya si Rendy?"

"Hah?" Belum lama aku duduk dia sudah menanyai ku

"Baru kali ini si Rendy kenal lagi sama cewek." Lanjutnya

"Lagi?" Tanyaku

"Iya, udah lama gak bawa cewek lagi. Sekali nya bawa, eh malah nyuruh gue." Jawabnya masih fokus kedepan

"Kak Rendy punya pacar?"

"Gue kira elo pacarnya." Ujarnya tanpa minat

"Bukan," Ada sedikit harapan dalam jawaban ku

"Banyak sih yang ngantri jadi pacar dia, tapi gue aneh sama sodara kembar gue itu. Kok bisa-bisa nya gak tertarik sama mereka, satupun enggak. Gue jadi curiga dia gay hihhhh.." Tuturnya sambil bergidik, kurasa dia membanyangkan kak Rendy sedang ciuman dengan sesama jenis

"Hushhh ngaco." Aku membuyarkan pikiran gilanya

"Hahaha.. Lo bantu gue ya?" Pintanya

"Bantu apa?" Susulku sedikit aneh dimintai bantuan

"Bantu supaya sodara gue itu gak gay hahaha.." Jawabnya sarkatis

"Gay nya juga paling sama sodara nya sendiri.." Ucapku tak kalah sarkatis

"Najis!"

"Hahaha.." Tawaku meledak melihat gidikan kepalanya seperti orang yang jijik akan sesuatu. Aku jadi memikirkan kak Rendy, dia sama sekali tak pernah mengobrol sepanjang ini bahkan sampai dia tertawa.

"Manis juga tawa lo." Ucapnya

"Eh?" Tawaku seketika berhenti

"Lo pasti salah satu cewek yang mau sama si Rendy kan? Di cuekin juga, lo? Masih ada gue ini, gue jomblo lagi hahaha"

"Hih apaan sih," Kini giliran ku yang jijik mendengar ucapannya

"Hahaha canda doang, tapi kalo beneran mau gapapa gue gak kan nolak.." Dia melirik ku sekilas

"Hah?" Aku melotot padanya saat matanya tepat menatap ku

"Tenang, tenang. Lo punya keamanan dari si Rendy. Gue gak berani ngapa-ngapain lo.."

"Takut sama kak Rendy?" Selidik ku

"Dia yang takut sama gue, mungkin." Jawabnya acuh

Lama setelah obrolan itu, orang yang mengantar ku pulang menghentikan laju mobilnya. Masih jauh dari tempat tinggalku, mungkin setengah perjalanan lagi.

"Lho kok? Jangan macem-macem ya!" Aku mengancam nya saat dia tunjukan senyum sinis nya padaku

"Jangan bilang sama si Rendy, gue ngajak lo kesini!"

"Anterin dulu gue pulang!" Aku sedikit berteriak

"Nanti sayang," Dia mengedipkan sebelah matanya kearah ku, sumpah aku jijik melihat nya apalagi dia memanggilku sayang

"Lo jangan macem-macem ya, gue bilangin kak Rendy!" Sergahku

"Satu macem doang kok, asli dah" Ujarnya ambigu. "Udah ayok, ikut dulu bentar!"

Dia menarik lembut tanganku untuk keluar dari mobil, namun aku menepis pegangan nya. Lalu tarikan nya menjadi kasar setelah aku memberi perlawanan

Mau dibawa kemana ya si Rani?
Dan siapakah gerangan nama si muka-jiplakan itu?

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang