KELIMA BELAS

42 14 11
                                    

Hai hai hai..
Part ini pengganti untuk malam malam yang telah aku janjikan waktu itu, yang katanya akan UP duakali seminggu tapi nihil karena aku nya writing block terus hihi:)
Happy Reading{}
.
.
.

Aku meregangkan pelukan ku pada kak Rendy, tetapi kedua tangan ku masih setia melingkar dipinggang nya. Aku tatap bola mata yang cokelat terang itu, memastikan tidak ada kebohongan disaat mulutnya baru saja menyatakan suatu pernyataan.

Seolah mengerti arti tatapan ku, kak Rendy menegaskan bahwa sekarang aku telah resmi menjadi kekasih nya. Entah apa yang dirasakan hatiku sekarang. Aku memang menyukainya, tapi aku tak pernah membayangkan akan menjadi pacarnya bahkan dengan cara yang seperti ini.

Apa ini memang keinginan yang tulus dari seorang Rendy Alfiano ataukah hanya pemaksaan saja untuk sekedar main-main? Tapi detak jantung nya yang berdegup begitu cepat tak bisa membohongiku.

Lama aku menimang-nimang apa yang ada dikepala kak Rendy, aku sampai tak sadar bahwa aku telah lama menatap nya tanpa berkedip. Kurasa memang tanpa berkedip, entahlah aku tak tau.

"Jangan nolak! Gue gak suka penolakan!" Ucap kak Rendy akhirnya membuyarkan lamunan ku

Siapa juga yang mau nolak? Pangeran tampan gini ditolak gitu aja? O ow ow ow, tak semudah itu ferguso. Walaupun kekasih ku ini manusia es, tapi lambat laun akan ku cairkan benteng es yang dipelihara kak Rendy ini. Camkan itu, janji dari Maharani Putri.

"Sana pulang!" Suruhnya yang membuat tangan ku terlepas dari pinggang ramping nya.

Huhh, belum ya manteman baru mau mulai nih jalanin misi mencairkan benteng es nya😓

Aku masih berdiri menatapnya. Tak ada yang aku katakan untuk menjawab perkataan nya barusan.

Karena tak mendapat jawaban dari ku, ia mulai menatap ku tajam tanpa bicara seakan matanya menjelaskan semua yang ingin ia katakan.

"Yaudah ayok pulang.." Rengek ku mengguncang lengan nya

"Bentar," Jawabnya tak menggubris pegangan ku lalu dia mengeluarkan smartphone tipis berwarna gold. Lalu memainkan nya entah sedang apa.

Siapa lagi sekarang yang akan ia hubungi? Apa kak Rendy akan mengirim ku ke orang yang lebih sadis lagi melebihi saudara kembar nya itu? Hush! Ngaco aku. Mana mungkin ia akan melakukan kesalahan yang sama, yang bahkan akan ia sesali nantinya.

Lama aku berdiam diri dengan kak Rendy, datang mobil grab berhenti didepan aku dan kak Rendy.

"Sana masuk!" Suruhnya segera

"Ayo sama kakak." Pintaku

"Gue kan bawa motor." Jawabnya tanpa minat

"Mau ujan-ujanan lagi?" Susulku tetap membujuk nya agar ikut bersama ku

"Siapa yang mau, ujan turun sendiri tanpa diminta."

"Ya lagian gak ada yang sholat minta hujan turun juga tadi." Aku berdecak kesal sambil menyilangkan kedua tangan ku didepan dada

Orang yang aku kesali hanya mengangkat bahunya tanda tak peduli. Aku lalu masuk mobil grab itu sambil menghentak-hentakan kaki ku dengan kasar, setelah masuk ku banting pintu nya dengan keras. Di kaca depan aku melihat kak Rendy mengekori ku dibelakang. Dasar keras kepala sudah tak pakai jaket, jas ujan, tetap memaksa menerobos ujan segala.

Tapi didalam mobil senyum ku tak pernah berhenti terukir walau aku kesal padanya. Dia rela menorobos hujan hanya untuk melindungi ku yang tak satu kendaraan dengan nya. Namun, apa aku akan luluh begitu saja pada manusia es itu? Dalam keadaan lain hati ku masih menginginkan kak Radit. Tapi terlalu munafik juga jika aku menolak untuk menjadi pacar kak Rendy.

Entah apa yang aku lakukan terakhir kali pada kak Radit, hingga dia tak ingin menemui ku lagi. Bahkan saat aku pingsan terkena lemparan bola basket, kak Rendy lah yang mengantar ku ke UKS.

Salahkah bila aku memantapkan hati untuk kak Rendy saja sekarang?


*****

Hari ini tanah yang ku pijak begitu basah diakibatkan oleh air hujan dihari kemarin yang tak pernah mau berhenti. Namun hujan juga menjadi saksi bisu akan hari jadi ku dengan si manusia es yang telah resmi pacaran.

Hal ini tentu saja akan aku bagi dengan sahabat ku Chika. Dia orang pertama yang akan aku beritahu. Dengan siapapun aku lebih percaya pada sahabat ku itu. Bukan aku tak percaya pada kedua orang tua ku atau bahkan pada abang ku, hanya saja mereka tak kan mau membuang waktu nya hanya untuk mendengar curhatan cinta anak remaja apalagi baru terjalin satu hari. Andai saja saudara kandung ku seorang perempuan pasti malam tadi aku tak kan membuat nya tidur dengan nyenyak sebelum mendengar segala rentetan cerita ku.

Apakah disini ada yang seperti ku? Ya seperti ku, yang punya status dengan cowok lain tapi dihati nya walau hanya secuil masih mengharapkan orang lain. Sebenarnya aku tipikal orang yang setia, hanya saja Tuhan menciptakan dua orang laki-laki yang tak bisa aku biarkan begitu saja untuk tidak dicintai.

Entah rasa cinta atau hanya kagum belaka. Sekarang aku sedang memastikan pada siapa sebenarnya hati ku lebih mencintai satu diantara dua orang laki-laki yang sedang ku sukai kini.

Aku berlari dengan bersenandung sepanjang koridor sekolah menuju kelasku, terasa ada semangat lain yang kini berkobar didada ku untuk bersekolah. Salah satu faktor nya tidak akan jauh dari kak Rendy.

Setelah jadian apa dia akan sering mengunjungi ku ke kelas nggak ya? Apa dia akan selalu mengantarkan makanan diwaktu istirahat? Atau menyanyikan ku sebuah lagu di ruangan school band nya yang selalu ia pakai? Aku terlalu banyak keinginan akan hubungan ku dengan kak Rendy ini, tapi tujuan ku sekarang yang pertama adalah meluluhkan sikap dingin nya itu, setidaknya pada pacarnya sendiri.

Setelah berada di pintu XIPA4 mataku mencari sosok yang daritadi aku cari. Dia sedang bercengkrama dengan seorang cewek berambut curly nan panjang namun membelakangi ku karena posisi ku dibelakang nya, dan satu orang cowok yang duduk disebelah cewek pemilik rambut curly itu yang ku yakini adalah Aurel.

Aku bergegas menuju mereka yang tengah asyik membicarakan sesuatu hingga tak peka akan keberadaan ku yang sudah memasuki kelas. Saat aku memanggil sahabat ku yang super ngeselin itu, mereka bertiga menoleh

"Hai Ran,"

Si cowok yang duduk disebelah Aurel menyahuti ku dengan senyum manis dan mata nya yang berbinar-binar.

"Hai?"

Jawaban ku tak berirama. Entah terdengar seperti sapaan balik atau pertanyaan seolah aku menanya untuk apa aku disapa? Mungkin saking gelagapan nya mendapat senyuman manis sebagai sarapan dipagi hari.






Siapa sih yang bikin Rani speechless gitu? Dengan beribu maaf lagi maafin atas kegaringan ku ini yaaaa{} jangan lupa untuk klik bintang nya manteman😚

The Trouble Of Sunset (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang