Prolog

424 142 144
                                    

Playing now: FIERSA BESARI - Rumah

-

PRANG!

Terdengar suara seperti benda kaca yang pecah dari arah ruang tamu rumah Sagita. Natalie Syfana, mama-nya Sagita yang mendengar suara itu pun segera berlari ke dalam rumah. Meninggalkan aktivitas yang ia lakukan sebelumnya, yaitu memasukan barang-barang ke kardus di kamar tidurnya.

Langkahnya terburu-buru menuju ruang tamu. Ketika sampai, Natalie terdiam kaku melihat guci berukuran besar kesayangannya pecah. Tak ingin Sagita terlalu lama kesakitan, ia menghampiri Sagita yang terduduk sambil memegangi kakinya. Ia juga tak lupa untuk menyamakan tingginya dengan anaknya tersebut.

"Oh my god. Are you okay, Gita?" Natalie panik dengan mata berkaca-kaca melihat keadaan yang sungguh mengenaskan di hadapannya.

Sagita memeluk Natalie dan menangis di dalam dekapan Mamanya tersebut. "I think I'm ok–okay, Mam. But not with your jars. I'm sorry. Tadi Gita gak sengaja, Mah," pinta Sagita sambil menangis tersedu-sedu.

"No problem, Sayang." Natalie mengelus kepala anaknya. "Mama iso tuku yang anyar. Ojo dipikirin, ya. Kita obatin lukamu dulu yuk." Senyumnya mengembang di mukanya yang pucat pasi.

"Ra' usah obatin Gita, Mah. Guci'e mahal. Duit jajan Gita potong aja buat gantiin guci Mama," pinta Gita merasa bersalah.

Natalie berusaha untuk membangunkan Sagita dari duduknya. "Ayo, tangi sek." Pundaknya ia gunakan untuk menopang tubuh anaknya ini. Ketika sudah berhasil berdiri, ia berkata, "Kamu harus tau, Sayang. Healthy itu ra' iso dibeli pake duwit," jelas Natalie mencoba menenangkan dan menuntun putrinya.

Saat itu keadaan rumah Sagita memang agak berantakan. Keluarga Sagita sibuk merapikan dan memasukan barang-barang ke dalam kardus. Karena, Papanya Sagita–Hendra Wicaksono akan menyelesaikan masalah perusahaannya yang berada di Jakarta.

—•—

Ini saatnya keluarga Sagita berangkat ke Jakarta. Jalanan komplek depan rumahnya dipenuhi dengan truk-truk besar yang akan membawa barang-barang menuju rumah baru. Ada juga sebuah mobil berwarna putih yang akan Sagita dan keluarganya tumpangi menuju Bandara Adi Sucipto.

Sagita berdiri di depan pagar rumahnya. Matanya menatap kosong pintu rumahnya yang kini sudah tertutup. Sedikit merasa sedih, karena meninggalkan tempat masa kecilnya. Ia pun mengeluarkan sebuah kertas yang sudah ia siapkan tadi, lalu membuka dan membacanya.

"Hai, rumahku! Kamu tempat bersejarah bagiku. Tempat yang menyimpan sejuta cerita hidupku. Maaf aku tinggalin kamu dulu. Tunggu aku pulang, ya. Aku pasti akan cepat pulang." Sagita melipat lagi kertas tersebut dan menyelipkannya di pagar.

Sagita memundurkan langkahnya. Ia mengeluarkan ponsel berwarna putihnya itu untuk memotret rumahnya. Suara tangkapan kamera pun terdengar dan menampakkan sebuah foto rumah megah milik keluarganya.

Sagita memasukkan ponsel putihnya itu ke dalam tasnya. Ia memandang rumahnya dengan sangat dalam. "Aku pamit, ya. Dahh." Ia berlari sambil memegangi sling bag-nya dan langsung masuk ke mobil.

Rombongan mobil dan truk itu pun segera berjalan perlahan meninggalkan rumah tersebut. Menyisakan jalanan yang hanya ditapaki oleh beberapa tetangga keluarga Sagita yang mulai berangsur kembali ke rumahnya masing-masing.

_______________________________________
__________________

Semoga suka!
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah.

Xixie,
-sausankml

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang