10. Pertikaian Kecil

139 79 17
                                    

Playing now: LUTHFI AULIA - Naradira ft. Feby Putri

-

Awan mendung mendominasi langit disertai rintikan hujan kecil-kecil. Cuaca begitu dingin menusuk tulang rusuk. Meski cuacanya sedingin ini, Sagita menguatkan niatnya untuk berangkat ke sekolah. Ia merasa bahwa dirinya sudah terlalu lama tidak masuk sekolah.

Mata panda menghiasi wajah pucatnya pagi ini. Semalam ia tidak bisa tidur karena sakit kepala menyerangnya. Kantung mata yang sedikit agak membesar ia biarkan. Ia terlalu lelah untuk mengurusi penampilannya di saat kondisi seperti ini.

Pikirannya melayang bebas entah ke mana. Kini, langkah kaki pendeknya menyusuri koridor kelas 11 IPS. Baru kali ini Sagita merasa koridor itu terasa amat panjang. Ia merasa bahwa dirinya tak kunjung sampai menuju kelasnya.

Tak disangka keluarlah Leo dari kelasnya. Tanpa persiapan yang matang untuk menahan berat badan. Sagita yang dalam keadaan baru sembuh dari sakitnya, akhirnya pun tubuhnya terhuyung ke lantai. "Woh, astaga."

Tubuhnya sukses mendarat ke lantai, karena menabrak Leo yang baru saja krluar dari kelasnya. Ia meringis, "Aduhhh."

"Eh, lo gak apa-apa?" tanya Leo.

"Gak," acuh Sagita.

Leo mengulurkan tangannya, untuk menggapai tangan Sagita. "Bangun!"

Saguta yang merasakan bahwa ia tidak bisa bangkit sendiri, ia pun memutuskan untuk menerima uluran tangan Leo. Dengan mudahnya tangan Sagita saling menggenggam dengan tangannya Leo. Di saat baru bangun dari jatuhnya. Sagita hendak saja mengucap terima kasih. Tapi ....

"Aaaaaa," teriak Sagita.

Leo berada di atas tubuh Sagita. Leo yang juga terkena dorongan itu ikut terjatuh. Tapi, ia mampu menahan dengan kedua tangannya agar tidak menubruk Sagita. Di saat itu mata mereka saling menatap satu sama lain.

Seorang cowok bertubuh gempal yang baru saja menabrak Leo dan Sagita sudah meninggal tempat kejadian. Nyatanya, cowok itu sukses membuat Sagita jatuh dengan Leo yang berada di atasnya. Pipi Sagita memancarkan rona kemerahan. Menandakan ia sangat malu pada situasi ini. Begitu juga Leo, seketika saja merasa menjadi canggung. Tatapan mereka tak kunjung lepas. Sama-sama menatap manik mata satu sama lain. Entah perasaan apa yang mengunjungi hati Sagita, ia merasa jantungnya berdegup kencang.

Tak ingin berlama-lama pada kecanggungan, Leo bangun dari jatuhnya, disusul dengan Sagita. Leo berucap, "Sorry."

"TUHKAN! GUE BILANG JUGA APA?! KALO ENGGAK YA ENGGAK, KAK!" Sagita meninggalkan Leo yang terdiam. Ia bersusah payah menahan rasa senangnya. Rasanya sangat sulit untuk marah kepada cowok tersebut. Tak mengerti apa yang berada di pikirannya. "Ngeyel dibilanginnya, mana nyuruh-nyuruh bangun."

Leo akhirnya menggerakan kakinya untuk melangkah ke kantin. Dirinya tak kuasa juga untuk menahan senangnya, ia selalu saja menggerutu tentang dirinya. 'Sial, deg-deg-an lagi.'

Sesampainya di kantin, Leo memesan dua bungkus nasi goreng. Ia tau bahwa Sagita belum makan. Tadi saja terlihat bahwa mukanya begitu pucat.

"Mak, nasi goreng dua bungkus," teriak Leo.

Ia berkutik pada ponselnya. Sembari menunggu pesanannya beres. Dibukalah aplikasi chatting berwarna hijau disertai gambar telepon berwarna putih. Banyak sekali chat masuk dari nomor-nomor yang tidak ia kenali. Kebanyakan chat tersebut dari anak kelas 10 yang baru saja beberapa hari lalu MOS.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang