36. Podcast Horror

21 7 0
                                    

Tenang, part ini bukan berisi hal menyeramkan.

Jangan lupa pencet bintang di sisi kiri bawah, yaw.

Happy reading❤️!

-sausankml

-

Semenjak kejadian kemarin, Angel dan Sagita tidak saling melempar tatapan satu sama lain. Kini, mereka berdua terdiam setelah mendapat amukkan besar-besaran dari bu Sinta. Sudah sejam mereka berada di meja interogasi BK. Meja interogasi yang mendapat julukan meja podcast horror.

Tak ayal, saat diinterogasi di ruang BK, sifat Bu Sinta yang amat ramah berubah 180 derajat menjadi sosok yang menyeramkan. Beribu kata yang terlontar dari mulutnya sangat menyelekit siap menusuk hati.

"Kamu, Angel!" geram bu Sinta menggebrak meja. Napasnya memburu menandakan emosinya yang tinggi.

Angel sedari tadi hanya menundukkan kepalanya. Ia gemetar sangat hebat. Kedua tangannya berkeringat saling terpaut satu sama lain. Hingga beberapa detik telah berlalu, Angel tidak merespon panggilan bu Sinta, ia pun mendapatkan tamparan dari bu Sinta di pipinya menggunakan mistar.

"Masih punya telinga, Njel?" tanya bu Sinta mendekatkan wajahnya ke wajah Angel yang menunduk.

Angel diam tidak berani bergerak sedikit pun. Ia hanya menjawab, "Ma–masih, Bu."

Bu Sinta menegakkan tubuhnya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Angel. "Oh, masih punya rupanya, ya."

Bu Sinta mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai, hingga suara ketukan sepatu tersebut memenuhi ruangan BK. Terlihat bu Sinta yang sebenarnya sudah terlihat lelah menangani kasus Angel. Sebab, sedari dulu Angel memang sering bolak-balik masuk BK.

"Kenapa tadi saya panggil, kamu diam saja, ya? Perasaan, kamu terlihat kaya jagoan banget kemarin," sindir bu Sinta kepada Angel, sambil berjalan mendekati Sagita.

Tatapan tajamnya amat menusuk ditambah dengan kacamata bulatnya yang bertengger di hidungnya. Mistarnya pun tak kunjung berhenti ia pukul-pukulkan ke tangannya sendiri. Kini, ia berdiri di belakang kursi Angel dan Sagita, dengan tangannya yang bertolak pinggang.

"Kalian pikir, uang orang tua kalian berdua bisa ngelancarin semua masalah? Kalian gak mikir kalau kalian bisa diantarkan ke penjara?"

Bu Sinta beralih kembali ke hadapan Angel. "Berpikirlah dengan jernih, Angel! Kamu ini sudah kelas dua belas, sebentar lagi lulus. Apa mau kelulusanmu terhambat hanya karena masalah ini?"

Bu Sinta berjalan mengelilingi meja dan kursi yang dihuni Angel dan Sagita. Mistar yang sedari tadi digenggam olehnya, akhirnya diletakkan di meja Angel dan Sagita. Kini, Bu Sinta memasukkan kedua tangannya ke dalam saku baju safarinya. Sepatu haknya yang tinggi pun menimbulkan suara yang menambahkan kesan tak meng-enak-an di ruang ini. Hingga akhirnya ....

Pintu ruang BK sedikit terdorong oleh angin. Sosok di depan sana menambah dorongan pada pintu itu, sehingga terbuka lebar. Dengan napasnya yang memburu, tampaklah pak Broto yang menenteng tas kerjanya.

"Kalian semua ini mau jadi apa? Cewek-cewek kok berantem? Macam mana kalian ini?!" sambar Pak Broto sambil berkacak pinggang di ambang pintu.

Pak Broto baru saja datang ke ruang BK, setelah ditelepon oleh guru BK SMA Carem. Sebelumnya, ia berada di rumah setelah membereskan kejadian di pengadilan tersebut, dirinya jatuh sakit karena terlalu memikirkannya. Tapi, keadaan interogasi ini juga lebih penting untuk ditangani, mengingat siapa yang berurusan di dalam kasus tersebut.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang