6. Ternyata

205 98 37
                                    

Playing now: AFGAN - Sudah

-

Buktikan pada dunia, kalau kamu adalah sosok yang berani. Sekali pun berlari paling depan jika melewati jalanan yang sepi. Peace, bercanda.

Sagita Arsy Syfana

-

Sagita semakin merasa dihantui dengan nyali yang kian menipis. Sudah berjam-jam Sagita mencoba untuk mengumpulkan nyali untuk mengirim chat kepada laki-laki misterius tadi, tepat jam 9 malam. Berkali-kali ia mengetik menghapus mengetik menghapus pesan yang hendak dikirim, bingung dan sedikit takut.

"Siapa, sih? Nyusahin banget! Mana profilnya gak ada foto, gak ada nama, infonya juga gak ada," gerutu Sagita pada orang yang menerornya.

Sagita memutuskan untuk meletakkan ponselnya di atas nakas. Membaringkan tubuhnya di atas kasur untuk berpikir beberapa saat. Setelah beberapa menit berlalu, ia melihat jam dinding dan jarumnya menunjukkan pukul 20.55 WIB. 'Kalo gue gak nge-chat itu orang aman gak, ya? Terus sebaliknya, kalo gue nge-chat itu orang aman gak, ya?'

Sagita ragu, ia memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu kepada Heksa. Barangkali Heksa tau siapa pemilik nomor tersebut. Sagita meminta untuk dicek keamanan nomor tersebut dan menunggu sebentar pun tak apa, pikirnya.

Mengapa bertanya kepada Heksa? Sebab, Heksa merupakan karyawan XIA yang mempunyai wewenang akan memegang data-data sensitif dari para provider/penyedia jaringan di Indonesia. Ia menggunakan metode triangulation untuk melacak nomor ponsel seseorang.

Sagita mencari nomor Heksa di kontak ponselnya. Setelah menemukannya, ia menelpon dan langsung saja terhubung. "Kak, aku mau minta tolong. Baca whatsapp, ya."

"Oke," balas Heksa dari seberang. Ia pun mematikan sambungan telepon tersebut.

Heksa tak kunjung mengirim hasilnya. Namun, tiba-tiba ponsel yang berada di genggaman Sagita bergetar dan mengeluarkan suara notifikasi. Diikuti dengan layar ponsel yang menyala. Tampaklah notifikasi whatsapp berupa pesan masuk dari nomor yang tertera pada kertas di tangan kiri Sagita.

"Hah? Gak, gak mungkin. Dia kan gak tau nomorku." Sagita mematikan ponselnya dan meletakkannya di nakas.

Hitung-hitung sambil menunggu jawaban Heksa, ia pergi ke dapur sebentar untuk mengambil beberapa cemilan. Kembali ke kamarmya dengan sekantung plastik penuh dengan berbagai camilan yang ia beli kemarin saat pulang sekolah bersama Rega.

Saat sampai di kamar, Sagita kembali mengecek ponselnya. 'Yes, kak Heksa udah bales!'

Sagita pun mengetikkan sebuah pesan kepada Heksa. "Valid nih, Kak? Thankies, yaw!"

Tak selang lama nomor yang baru saja Heksa lacak kembali mengirim pesan kepada Sagita. Itu sedikit membuat Sagita kebingungan dan menatap ponselnya dengan heran. "Hai manis? Apa sih maksudnya ini orang?" Sagita membaca pesan tersebut dan tentunya merubah tanda centang abu-abu menjadi biru di ponsel si pengirim.

Sagita menarik napas dan menelungkupkan ponselnya. "Aku ngeri sumpah, gak boong. Gimana kalo dia pedofil? Aduhhh, mati dehhh .... Tapi seneng juga sih dibilang manis, makasih untuk siapa pun kamu." Sagita tersenyum kikuk membaca pesan dari laki-laki misterius itu.

Sagita sudah percaya akan sepenuhnya tentang pengecekan dari Heksa. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya identitas laki-laki tersebut. Ia mengetik beberapa kata, "Ini siapa, ya?" dan memencet tombol sent.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang