18. Road to Puncak

77 44 2
                                    

Playing now: CITRA SCHOLASTIKA - Pasti Bisa

-

Suara deru mesin bus-bus besar saling beradu sejak pukul 5 pagi tadi. Asap knalpotnya juga tak luput menyembur-nyembur, menghantam wajah yang ber-skincare. Iya, empat bus besar sudah terparkir di lapangan SMA Carem. Bus berwarna hijau yang didominasi dengan warna kuning milik yayasan sekolah ini siap mengantarkan para siswa/siswi untuk pergi ke suatu tempat.

Ini masih pagi, matahari juga masih malu-malu untuk keluar dari persembunyiannya. Beda dengan orang yang satu ini, Rega. Kali ini dirinya menjadi kuli panggul untuk mengangkat tas bawaannya Sagita. Siapa lagi kalau bukan nenek lampir yang satu ini pikirnya. "Hosss .... Eh, Lampir! Mikir dong, ini berat gila!"

Sagita yang dipanggil seperti itu hanya diam saja seperti tidak mendengar suara itu. Ia tau apa tujuan dari seruan si Rega. Sudah pasti, ia disuruh membawa tasnya sendiri.

Rega yang diacuhkan tampak kesal dengan peluh yang menghiasi tengkuk, leher, dan wajahnya. "Denger gak sih, Dek?"

"Eh." Sagita memalingkan wajahnya ke arah Rega, karena merasa luluh dipanggil 'dek'. Pasalnya, adik kakak satu ini jarang banget menggunakan sapaan adik, kakak untuk memanggil satu sama lain. "Ututu ... sini-sini. Berat, ya?" ujar Sagita meraih tas miliknya yang berada di tangan kanan Rega.

LDK yang diadakan oleh SMA Carem ini dihadiri oleh 205 orang yang terdiri dari anggota OSIS lama dan baru, anggota MPK lama dan baru, serta ketua dan wakil baru dari 20 ekstrakulikuler. Guru dan kepala sekolah juga turut hadir untuk melaksanakan dan sekaligus bertanggung jawab atas acara ini.

Kenapa Rega juga hadir di acara ini? Padahal dia bukanlah anggota OSIS. Hal yang menyebabkan Rega bisa ikut LDK itu karena dia menjabat sebagai ketua baru ekskul voli.

Semua murid dan guru sudah berada di dalam bus masing-masing. Tawa riuh yang pecah mengisi bus 4. Murid-murid bebas memilih bus yang mana saja. Kali ini, bus 4 ditempati oleh Sagita. Ia mengambil 3 seat, berdampingan dengan Rega dan juga Reza.

Kalian, yang bertanya-tanya ke mana Leo? Dia duduk di bangku seberangnya Sagita. Leo duduk bersama dengan Angel. Entah kenapa cowok tersebut diam saja kepada Sagita sejak tadi pagi. Dirinya juga tidak menjemput Sagita. Tapi, itu tidak masalah. Sagita juga masih bisa berangkat sendiri, dengan Rega. Tidak usah dibawa ribet.

Tak lama, bus mulai berjalan satu persatu menuju jalan raya. Mulai dari jalan M.H. Thamrin dan bus bergerak menuju ke arah Tol Cililitan 2 sampai ke Tol Jagorawi.

Setelah memakan waktu perjalanan ± 1 jam, bus berhenti terlebih dahulu di pom bensin untuk sekedar memberikan waktu bagi siswa/i yang hendak buang air dan bus juga mengisikan bahan bakarnya.

Sagita hendak keluar dari toilet karena sudah selesai dengan urusan alamnya. Toilet yang sepi hanya dihuni oleh Sagita seorang diri. Pintu toilet ia buka dan menampakan sosoknya yang kucel khas orang-orang yang terlalu lama berada di dalam bus.

"Hum, perlu rapihin rambut dulu, nih," ujarnya sembari menuju kaca yang tersedia di dalam toilet tersebut.

Sagita melambatkan jalannya menuju pintu depan toilet untuk menghampiri Rega yang sudah menunggu selama dia berada di toilet. "Lama-lamain, ah."

Rega yang mulai merasa bosan, akhirnya memanggil Sagita dari luar toilet. "Woy, Lampir! Lama banget lo!" Pasalnya, semua siswa Carem sudah kembali ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan.

Seperti niat awalnya, melama-lamakan. Sagita yang dipanggil tak kunjung keluar dari toilet. Rega memutuskan untuk masuk ke toilet wanita yang merupakan tempat paling angker bagi para pria. Kali ini, dirinya bermodal nekat untuk memasuki tempat keramat itu.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang