16. Sagita vs Magnet

103 47 3
                                    

Untukmu,

Tidak perlu menjadi seperti aktor-aktor tampan luar negeri, cukup dengan pesonamu sendiri aku sudah terpikat.

Tidak perlu menjadi seperti ..... Sudahlah, pokoknya tetap menjadi dirimu sendiri.

Sagita Arsy Syfana

-

Pagi ini, Sagita dikejutkan dengan Priska yang terlihat sibuk dengan alat make up. Langkah kakinya menghantarkannya menuju meja yang sudah penuh dengan alat make up milik Priska. "Lo mau ngelenong?" ledek Sagita yang baru masuk kelas sambil mengambil salah satu eye liner dari meja.

"Enggaklah. Gue jualan, mau beli gak?" tawar Priska sambil menggoyangkan kotak eye shadow.

Diletakkan kembali eye liner yang tadi Sagita pegang ke atas meja. "Oh," acuh Sagita.

"Yeuh," kilah Priska sambil melayangkan sikunya untuk menyikut lengan Sagita dan juga matanya yang melirik ke kanan di mana Sagita berada.

"Eh, kemarin lo ke mana? Gue cari-cari, HP lo juga gak aktif. Lo gak kenapa-kenapa, kan?" sambung Priska dengan pertanyaan beruntun.

Tak ada jawaban dari Sagita. Membuat Priska memikirkan berbagai hal buruk yang akan terjadi padanya. Segala macam pikiran negatif juga telah meracuni otaknya saat ini. 'Kenapa Gita jadi aneh? Gue ada salah-kah? Tumben banget.'

"Lo kenapa? Masih mending gue tanya tau!" gerutu Priska. Ia berdiri dengan tangan yang bertolak pinggang dan tatapannya yang memandangi rambut Sagita. "Zodiak doang sagitarius, penasaran dengan hal baru."

"Lo percaya? Solat lo bakal gak diterima empat puluh hari!" tegas Sagita dengan penekanan disetiap katanya.

Sagita memang selalu penasaran dengan hal baru. Tapi tidak dengan sekarang. Serta juga tidak dengan alat make up. Sebenarnya, ia bisa memakai make up, karena paksaan mama-nya. Serta, alat make up yang ia punya semua adalah pemberian mama-nya.

Priska terkaget dengan ucapan Sagita, benar juga apa yang dikata oleh Sagita. Kenapa dirinya mempercayai ramalan bodoh tentang zodiak? "Eh, maapin Priska, Ya Allah," pinta Priska sambil meng-aminkan ucapannya.

"Udahlah. Ada yang mau beli gak, woy? Ayo semuanya, yu!"

'Berisik!' Sagita menutup rapat telinganya sambil membatin dalam hati, mendengar ocehan Priska yang tak kunjung selesai.

Tak lama dari kejadian itu. Datang seseorang yang ditunggu-tunggu Sagita. Mereka telah janjian semalam melalui aplikasi chat, untuk bertemu di sekolah. Entah apa yang mau dibahas oleh seseorang tersebut.

"Nunggu lama?" tanya Leo yang sudah berada di depan hadapan Sagita.

Sagita mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia telungkupkan. "Gak, ayo."

Ditariklah tangan Sagita oleh Leo tapi langsung dihentikan dengan Leo sendiri, "Sebentar."

Leo mengambil sebuah bedak yang berlabelkan brand yang sangat tersohor dikalangan remaja saat ini. "Punya siapa?" teriak Leo ke seluruh telinga penduduk kelas 10 IPA 2, sambil mengangkat satu buah bedak yang masih terbungkus rapi di dalam kardusnya.

Si pemilik benda tersebut memajukan langkahnya menuju ke hadapan Leo. Tatapannya ia buat semenyeramkan mungkin dan kepala yang didengak-an untuk menggapai cakupan mata Leo yang jauh lebih tinggi daripadanya.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang