13. Pilih Aku

111 65 11
                                    

Playing now: VIDI ALDIANO - Lagu Kita

-

Ini saatnya pemilihan suara untuk menentukan pemimpin SMA Carem, dengan masa jabatan satu tahun ke depan. Para kandidat sangat deg-deg-an menunggu hasil pemungutan suara, nanti.

Terdengar pula suara-suara seperti merendahkan Sagita. Itu nampak sangat mengganggu Sagita. Bagaimana tidak? Ia seperti tak ada harga dirinya saja.

"Pasti Leo lagi yang menang."

"Enggak mungkin kayanya. Lihat tuh, wakilnya lenjeh."

"Eh iya, itu yang waktu ngejar-ngejar Leo pas MOS, kan?"

"Gak tau malu apa, ya?"

"Kalo misal Leo menang juga, kayanya gak bakal bagus tuh kinerja wakilnya."

Leo sadar akan suara-suara yang merendahkan Sagita. Terlihat pula wajah frustasi Sagita. Tanpa berpikir panjang Leo segera menarik tangan Sagita menuju bangku di pinggir lapangan yang sedikit lebih sepi daripada di tengah lapangan.

Saat Leo menarik tangan Sagita, banyak pasang mata menatap tajam ke arah Sagita. Mencoba kontak mata dengan iris mata Sagita. Seakan-akan berusaha untuk mengintimidasinya dan ingin menggantikan posisi Sagita saat ini.

"Git, maafin gue yang waktu itu," sesal Leo dan tangannya pun bergerak meraih telapak tangan dinginnya Sagita.

"Gue udah lupain." Sagita hanya menimpalinya dengan ketus. Mungkin, memang dia tidak mau selalu mengingat masa-masa yang buruk.

"Gak usah dengerin mereka, ya. Aku yakin kita menang," ucap Leo menenangkan.

'Aku? Gue gak salah denger, kan? Dia bilang aku?'

"Ha? Iyalah, ngapain didengerin? Gak penting," tandas Sagita. Padahal, nyatanya ia mendengarkan sejak tadi.

"Cukup kamu pilih aku. Demi kita."

'Demi kita? Kita?'

"I–iya ... pasti," gugup Sagita. Rona merah di pipi Sagita pun muncul.

Leo dengan refleks mengacak rambut Sagita, di saat pipi Sagita menampakan semburat rona merah. Ia pun menyunggingkan senyum terlangka yang ia miliki. Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat senyum Leo yang sebahagia itu. Sampai terlihat gigi-gigi putihnya.

"Ih, jangan pegang-pegang," elak Sagita sambil melepaskan tangan Leo dari kepalanya.

"Gak mau dipegang, berarti maunya digandeng, ya?" Senyum kecil terlukis di wajah Leo.

Sagita memanyunkan bibirnya sedikit. Ia langsung berbalik badan meninggalkan Leo sendiri terduduk di bangku tersebut. Sagita berjalan dengan sedikit menghentak-hentakan kakinya kesal. Sedangkan Leo, hanya terkekeh kecil. Perilaku cewek tersebut sangat lucu. Tanpa dibuat-buat pikirnya.

Kini, jam menunjukan pukul 10 lewat 45 menit. Para murid sudah selesai melakukan pemilihan suara untuk menentukan pemimpinnya di masa mendatang. Begitu juga dengan para guru SMA Carem. Malahan, kini para guru dan murid sedang asik berfoto ria. Itu dikarenakan lapangan utama SMA Carem merupakan salah satu spot foto bagus yang ada di SMA satu ini.

Ini saatnya bagi pasangan calon ketos dan waketos untuk melakukan pemilihan suara. Sudah dapat dipastikan, 'biasanya' kalau mencalonkan diri pasti akan memilih diri sendiri. Berurut dari pasangan nomor empat, lanjut ke pasangan nomor tiga, dan pasangan nomor dua.

Saat ini, Sagita sedang melakukan penyoblosan kertas surat suara di dalam bilik. Begitu pun Leo. Sudah. Sebelum memasukan surat suara ke dalam box, pasangan di foto dahulu. Seperti, sesudah-sudahnya pasangan sebelumnya.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang