3. Hari Pertama

326 123 134
                                        

Playing now: HAL - Senin Pagi di Bulan Juli

-

Sejak tiga jam yang lalu, Sagita terus menerus bermain ponsel. Ia bolak-balik membuka line, instagram, facebook, dan whatsapp. Karena tidak ada notifikasi yang masuk, Sagita memutuskan menonton youtube. Meski sudah remaja, Sagita masih saja menonton kartun Doraemon.

"Gita, go to sleep! Besok hari pertama sekolah," suruh Natalie yang sudah geram melihat Sagita memainkan ponsel terus menerus dan tak kunjung tidur.

"Lima menit lagi, Mah," tawar Sagita yang masih asik memainkan ponselnya.

Natalie menaikan nada bicaranya menjadi lebih tinggi. "Gak ada tawar menawar, Dek! Ini bukan pasar, ya. Cepat tidur atau HP-mu akan mama banting!"

Jika anak-anak Natalie mendengar nada bicara Natalie yang sudah berbeda, mereka akan takut. Bukan takut, tepatnya segan. Mereka lebih memilih untuk mematuhi apa yang diucapkan oleh orang tuanya. Bagi mereka, orang tua adalah orang yang paling penting di dunia.

"O–okee, Mam." Sagita menyetujui ucapan mama-nya dengan sedikit gemetar. Kemudian ia memejamkan matanya perlahan.

"Don't touch your phone again. Mama sayang kamu. Good night, Sayang." Natalie mengecup dahi Sagita.

Natalie hendak pergi dari kamar Sagita. Ia memakaikan selimut untuk menyelimuti Sagita terlebih dahulu. Setelah itu, ia segera bergegas keluar dari kamar Sagita. Tak lupa untuk mematikan lampu dan menutup pintu kamar anaknya.

Sagita masih bisa mendengar dan merasakan gerak-gerik Mamanya. Perlakuan lembut tersebut sangat ia sukai. Senyum Sagita pun mengembang walau matanya terpejam setelah Mamanya meninggalkan kamarnya. 'You are an angel, Mah. Seneng banget punya ibu kaya mamah.'

Setelah menghabiskan waktu malam hari dengan terlelap dalam mimpi, kini jam telah menunjukkan pukul 5 kurang 10 menit. Atas perintah Natalie, Rega berjalan menuju kamar Sagita guna membangunkannya. Rega memanglah orang yang rajin bangun pagi-pagi buta. Seperti saat ini, ia sudah bangun tidur sejak pukul 3 pagi.

Rega mendekati ranjang yang berada di kamar adiknya. "GITAAA, BANGUNNN!" teriak Rega di telinga Sagita.

Sagita mendelikkan matanya sedikit terkejut. Mimpi indah Sagita terhenti oleh suara unik milik Rega. Ia menguap khas bangun tidur masih dengan wajah yang kebingungan. Telinganya ia pegangi setelah diteriaki oleh Rega. Dengan nyawa yang masih berterbangan Sagita hendak memukul Rega yang berada di depannya. Namun, tenaganya tak mencukupi.

"Alarm-mu kayanya gak berguna, Git. Toh kamu masang alarm jam empat.  Sekarang itu udah jam lima!" protes Rega dan duduk di tepi ranjang kasur milik Sagita.

"Hmm."

Sagita mengacuhkan Rega. Ia beranjak dari kasur dan berjalan dengan gontai ke luar kamarnya meninggalkan Rega. Ia tau kalau masalah bangun tidur, Rega pasti berbicara tak henti-henti. Sampai-sampai SPG kosmetik bisa kalah saing oleh kakak lelakinya tersebut.

Saat berjalan menuju pintu, hampir saja Sagita mau menabrak tembok. Itu dikarenakan oleh mata Sagita yang belum terbuka sepenuhnya. "Siapa yang taroh tembok di sini, sih?!"

"Makanya kalo jalan itu pake mata, Git!" timpal Rega yang masih terduduk.

"Nǐ tài chǎole!" sindir Sagita kepada Rega yang tak kunjung berhenti berbicara. (你太吵了 - Anda terlalu berisik).

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang