22. Kebenaran Xian Cello

60 36 0
                                    

Happy reading❤️!

-

Hari ini terasa sangat panas, karena matahari yang bersinar terik di langit. Reza, nyatanya ia disuruh pak Darma selaku papa-nya untuk menjemputnya. Mobilnya melenggang bebas di jalan. Mobil yang ia kendarai bisa melenggang bebas, karena saat ini jalanan terlihat sangat sepi. Mungkin karena masih jam kerja. Maka, mobil dan motor hanya sedikit yang berlalu lalang.

"Pah, emang kenapa sama Sagita?" tanya Reza memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Nak? Kamu ngomong apa sih?" balas pak Darma, heran.

Reza melirik kaca spion mobilnya untuk melihat bagian belakang. Mobil tersebut mau berbelok ke arah SMA Carem. Berhasil membelokan mobilnya. Dirinya mengetuk-ngetuk stir mobilnya dan kembali membuka suara. "Pah! Yang mau papah temuin itu tamu yang lagi sama pak Broto, kan?"

"Ya, kenapa?"

"Dia itu," ujar Reza sambil membuka tangannya dan memoncongkan bibirnya. "Namanya Sagita, Papah."

"Ngaco kamu, Za, Za. Dia Annchi, dirut XIA," jelas pak Darma sembari memandang aneh putranya.

Reza hanya menghela napasnya, menyerah. Ia memilih untuk berhenti menghiraukan ucapan papa-nya tersebut. Dirinya memutuskan untuk kembali fokus menyetir saja. Malas memberi tau papa-nya yang keras kepala ini.

Mereka berdua pun keluar dari mobil dan disambut oleh Leo. Ia sudah diperintahkan oleh pak Deno untuk menyambut kedatangan pak Darma.

"Selamat pagi, Pak," sapa Leo ramah dan menyodorkan tangannya untuk salim.

"Ya, selamat pagi," balas Darma.

Reza, di mana pun tempatnya, iseng adalah kelakuannya. Tangannya ia acungkan ke arah Leo, agar Leo juga menyalimi tangannya. Tapi, Leo hanya diam tak menghiraukannya, tak menggubris akan kelakuan Reza. Telapak tangan Reza pun dibiarkan menggantung bebas di udara.

"Heh, Leo! Kamu gak sopan sama saya, ya!" Reza naik pitam dibuat-buat olehnya.

"Toh kamu bercanda terus, Za, Za," kata Darma menepuk pundak anak sulungnya ini.

"Ya gak apa, Pak. Terkadang hidup perlu candaan," timpal Leo dengan santainya.

Mereka beriringan menuju ruang kepala sekolah. Di perjalanan banyak pasang mata memperhatikan mereka. Siswa-siswi yang berpapasan segan sekali pada Darma, semuanya pasti mengulirkan tangannua untuk bersaliman. Tapi, lagi dan lagi Reza tak jauh-jauhnya dari keusilannya.

Cowok bertubuh gempal yang pernah menabrak Leo dan Sagita muncul dihadapan mereka. Cowok itu berniat untuk salim kepada pak Darma. Tapi ....

"Eits ... salim sama pak Darma harus adu panco dulu sama Leo!" Reza melepar bayolannya ke Leo yang tak bersalah.

"Lah kok gue sih, Za?"

Cowok bertubuh gempal itu memajukan langkahnya mendekat ke Reza. Tatapannya sangat menusuk tajam. "Nantangin gue lo, Za? Kalo gue menang bapak lo jadi bapak gue, ya!" pinta cowok gempal tersebut.

Reza bergidik ngeri dan melirik papa-nya. Bulu kuduknya berdiri seketika. Membayangkan papa-nya ini jatuh ke tangan cowok gempal di hadapannya. Segera saja dirinya meraih tangan papanya dan berujar, "Mana boleh!"

Reza menggerakan tangan papa-nya ke arah cowok gempal itu. Dengan tujuan awalnya, cowok itu ingin salim, ya pikir Reza sekalian saja digerakin.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang