Musik tidak tersedia untuk saat ini.
Happy reading❤️
-
Sorak-sorak dari siswa SMA Carem masih terdengar di lapangan. Kini, waktu menunjukan pukul 7 lewat 45 menit. Sebentar lagi para kandidat calon ketos dan waketos akan dipanggil ke atas podium.
Masih dengan kepanikannya, Leo sudah mencari Sagita ke mana pun. Tapi ia tak kunjung menemukan cewek tersebut. Ia memilih untuk duduk di kursi pinggir lapangan dan memutuskan untuk menelepon Sagita.
Leo menunggu nada dering sebentar, dengan cepat panggilan tersebut terhubung dengan Sagita. "Lo di mana? Ke sekolah sekarang!"
Suara Leo sedikit nyaring memekik telinga Sagita. Sagita yang baru saja sampai di depan gerbang segera berlari menuju lapangan. "Ihh ... iyaaa." Suara Sagita terdengar ngos-ngos-an. Sedikit. Padahal, ia hanya berlari dengan pelan.
"Gue deket podium."
Sagita sudah muak dengan Leo. Ia segera saja mempercepat langkahnya untuk menghampiri Leo yang berada di dekat podium. Kaki kecil nan mungilnya memijakkan telapaknya di aspal jalanan. Seraya dengan tubuhnya yang masih capek. Ia tadi sempat ke kantin untuk membeli air mineral.
'Apa-apaan ini? Udah kaya pasar aja! Pengap! Gue gak suka kaya gini! Rame banget! Ada apa sih?'
Cewek lugu bermata empat dengan buku di tangannya, tiba-tiba saja lewat di depan Sagita. Sagita pun ingin bertanya tentang apa yang terjadi pada keramaian di lapangan ini. "Eh, ini ada apa, sih? Lo tau gak?"
"Kamu gak tau? Sekarang kampanye calon ketos dan waketos lho," ucap cewek tersebut meyakinkan.
"Hah? Kok gue gak tau." Ditepuklah jidatnya Sagita dengan tangannya sendiri.
Cewek berkacamata tersebut memundurkan diri dan pamit, "Aku duluan ya."
"Iya, btw makasih infonya!"
'Kampanye? Gue gak tau atau lupa, sih? Pantesan tadi Leo nyariin gue. Cih.' Langkah kakinya mengiringinya menuju podium. Di sana sudah tampak Leo, Angel, Reza, dan dua pasangan kandidat lagi yang tidak Sagita kenal.
"Hai, Leo!" sambar Angel, ketika ia melihat Sagita datang.
"Ha–" sapa Sagita yang juga berbarengan dengan Angel. "Gak jadi nyapanya, gue tarik lagi omongan gue."
Leo hanya bisa menyembunyikan senyumannya. Ia sangat gemas dengan ekspresi Sagita saat ini. "Nanti lo baca visi, gue baca misi," terang Leo menjelaskan.
"WHAT?!" Sagita membelalakkan matanya tak percaya. "Dibaca kan? O–oke ...."
Bisa dibayangkan raut wajah Sagita seperti apa sekarang? Seperti kucing tercebur ke air. Huh, sangat payah dirinya. Padahal, baru disuruh baca visi di atas podium. Kerja OSIS pun belum juga dimulai sama sekali, bukan?
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...," salam dari seorang guru di atas podium itu sukses membuat lapangan bergemuruh.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Langsung sahaja ke pasangan nomor satu calon ketos dan waketos, Leo Mahesa Adyaksa dan wakilnya Sagita Arsy Syfana. Waktu dan tempat kami persilakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagita [COMPLETED]
Teen Fiction[TAMAT - 24 Desember 2020] Menjadi seorang direktur agen rahasia dan menggunakan nama palsu memanglah sesuatu yang rumit. Sampailah dirinya di SMA Carem. Di mana ia sebagai pemimpin harus merelakan diri menjadi magnet untuk menarik target, agar dapa...