26. Maaf

52 25 0
                                    

Playing now: ANJI - Menunggu Kamu

-

Nyatanya, kamu hanyalah imaji yang akan hilang sebentar lagi.

Sagita Arsy Syfana

-

Happy reading❤️!

-

Kecemasan memenuhi dan mengelilingi pikiran perempuan cantik yang terduduk di kursi taman rumahnya. Selepas kejadian kemarin pagi, Leo tak kunjung meneleponnya. Padahal, waktu itu, ia yang menerima telepon dari Leo. Leo yang memberitakan, bahwa Leo merindukan dirinya.

Kakinya melangkah mondar-mandir di jalan setapak taman bunga kecil-kecilan di belakang rumahnya. Tangan kirinya menggenggam erat ponsel silver-nya. Tak luput dari pergerakan, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya. Berpikir keras bagaimana caranya agar ia dapat ditelepon Leo. Padahal, Sagita bisa tau sendiri, bahwa itu hal yang mustahil.

Jari lentiknya bergerak di atas keypad ponselnya. Mengetikan nama Leo di kolom pencarian kontak dan memencet tombol gagang telepon berwarna hijau. Seketika juga, panggilan tersambung antara mereka berdua.

"Kak, boleh ketemu?"

"Lo siap-siap, gue otw," jawab Leo dari seberang.

"Ok–" ucap Sagita terpotong karena sambungan telepon yang dimatikan secara sepihak oleh Leo.

"Haisss ...." Sagita melipat kedua tangannya di depan dada dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Tidak selang lama, terparkir sebuah mobil berwarna abu-abu di depan pagar rumah Sagita. Mobil itu membunyikan klaksonnya sebagai pertanda untuk penghuni rumah Sagita, kalau dirinya telah datang.

Rega yang berada di teras rumah, segera menghampirinya. Rega menemui Leo yang berdiri di depan pintu mobil sebelah kanannya.

"Kenapa?" tanya Rega dengan kepala yang ditongolkan di atas pagar.

"Gita," kata Leo singkat.

Rega berjalan meninggalkan pagar rumahnya. "Git .... Dicariin."

Sagita mengambil posisi berlari. Dari tangga rumahnya ia sudah menambah kecepatan, ketika Rega berteriak memanggil dirinya. "Iya, sebentar."

Ketika sampai di depan pintu. Penampilan Sagita mendapatkan cemooh dari Rega. "Lo mau ngelayat?" Mata Rega memandang Sagita dari atas ke bawah.

Bagaimana tidak diledek seperti mau ngelayat? Penampilan Sagita yang kini tengah memakai celana jeans warna hitam, cardigan hitam, kacamata hitam. Hanya tanktop-nya saja yang putih. Tak lupa dengan masker hitamnya.

"Ah, enggak," elak Sagita dengan suara agak serak.

Rega menatap adiknya ini dengan aneh. Dalam pikirannya, ada masalah apa dengan Sagita? Suaranya bisa sampai serak begitu. Rega menatap intens wajah Sagita, mendekatkan tatapannya. Hanya tinggal berjarak 5 sentimeter, tangan Rega meraih kacamata hitam Sagita untuk melihat matanya.

Rega kalah cepat. Sagita sudah mengelak terlebih dahulu. "Gak apa, Bang. Udah ya, gue pamit."

Sagita diam sejenak di depan pagar rumahnya. Menatap mobil milik Leo. Mobil yang tidak pernah ia tumpangi. Seakan-akan, Sagita bukanlah orang yang paling spesial di mata Leo. Leo yang pernah bercerita, kalau orang yang ia anggap spesial adalah orang yang pernah menaiki mobil abu-abunya ini. Sedangkan Sagita? Tidak pernah. Sama sekali tidak pernah. Inilah saatnya, pertama kali seorang Sagita menaiki mobil abu-abu milik Leo.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang