33. Childhood Memories

37 19 13
                                    

Playing now: IPANG - Sahabat Kecil

-

Jka memang ditakdirkan bersama. Sejauh apa pun kamu melangkah pasti akan kembali padaku.

Rey Aria Wiguna

-

“Gue gak tau, lo orang yang benar atau salah. Tapi nama lo Sagita, kan?” tanya Rey yang masih saja duduk bersandar di kursinya.

Sagita menjadi lebih canggung dari sebelumnya. Ia tampak gelisah. Terlihat dari posisi duduknya yang berubah-ubah. Tangannya saling terpaut dan ia letakkan di atas meja. Matanya enggan untuk beradu kontak dengan iris mata milik Rey. “Iya, emangnya kenapa, Kak?”

“Gak apa-apa, sih. Tadi kenapa lo kabur pas di lapangan?” tanya Rey lagi, kali ini dengan posisi duduknya yang sudah tegap. “Oh iya, lo mau minum apa?”

Sagita menggeleng, pertanda menolak tawaran dari Rey. “Gak usah, Kak. Kalo mau beli minum, barengin gue aja. Gue juga mau balikin mangkok.”

Sagita memundurkan kursinya hingga menimbulkan suara gesekan antara besi dengan lantai, lalu ia bangkit dari duduknya. Tak lupa dengan mengangkat mangkuk dan gelas bekas makanannya.

“Oke,” kata Rey menyetujui. Ia mengikuti Sagita dan juga tentunya membawa wadah makanan bekas Priska.

Mereka berjalan menuju stand mang bakso. Sagita berjalan lebih dulu meninggalkan Rey yang mengekorinya di belakang. Sagita amat enggan untuk berjalan berdampingan dengan Rey. Untungnya, Rey bukanlah orang yang suka memaksakan kehendak, ia memaklumi hal itu. Rey hanya menatap punggung Sagita yang terus melangkah maju menuntunnya ke stand mang baksoakso.

“Gue beli minum dulu, ya,” tutur Rey “lo serius gak mau minum?”

“Gak usah, Kak, makasih,” ujar Sagita, ia mengembangkan senyumnya. “Oh iya, beli minumnya di mang bakso aja emangnya kenapa, Kak?” tanya Sagita memposisikan tubuhnya saling berhadapan dengan Rey.

Rey melihat sekeliling stand dagang milik mang bakso. Lalu beralih ke sekeliling kantin. “Gak apa-apa, sih.” Rey menjeda ucapannya dan mendekatkan diri ke Sagita. “Gue mau air mineral, emangnya ada?” bisiknya.

Sagita sedikit terkejut dengan penuturan Rey. Ia memundurkan langkahnya membuat jarak antara dirinya dengan Rey. Ia menutup mulutnya guna merahasiakan senyumnya yang hampir menertawakan Rey. “Ada kok, Kak.”

Wajar jika Rey bertanya mengenai hal itu. Sewaktu dirinya belum pindah ke Jerman, kehadiran mang bakso belum ada di kantin Carem ini. Baru kali ini ia bertatap muka dengan mang bakso. Raut wajahnya juga sedikit menahan malu.

Mang bakso yang sedikit menguping langsung tersenyum sumringah. "Adek namanya siapa?" tanya mang bakso sambil berjalan menuju kulkas. "Di sini mah banyak air mineral, mau merk opo? Sebut wae, sebut."

Nampaknya, ucapan mang bakso langsung mendapat perhatian Rey dan Sagita. Mereka berdua menoleh ke arah mang bakso yang kini tengah menggenggam sebotol air mineral di depan kulkas.

Sagita menutup mulutnya, menahan tawa. "Mamang nguping ya, barusan?"

"Anu, eh." Mang Bakso memasang ekspresi kebingungan yang membuat dirinya terlihat lucu. Dengan serbet yang menggantung di lengan kirinya serta dahi yang berlipat.

Rey tertawa kecil melihat mang bakso. "Gak apa-apa, Mang. Yang ada maafin saya, bisa-bisanya gak tau kalo mamang ini jualan air mineral juga," tutur Rey dan mengeluarkan dompet dari saku belakang celananya. "Jadi berapa, Mang? Sama baksonya sekalian."

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang