29. Rapat XIA (2)

19 7 0
                                    

Happy reading❤️!

-

Seperti biasanya, Sagita harus ke kantor XIA setiap hari Sabtu atau jika ada keperluan mendadak. Kini dirinya berjalan menuju ruangan rapat atas niat dari dirinya sendiri. Ia sudah menyadari apa yang seharusnya ia lakukan. Maka dari itu, ia mengadakan rapat karena ada beberapa hal yang harus ia sampaikan dan juga untuk meminta laporan atas pencapaian penyelidikan yang berada di bawah naungannya tersebut.

Setelah sampai di ambang pintu ruang rapat, ia langsung saja masuk dengan mendorong pintunya. Ia menuju kursi utama di mana biasanya para petinggi di sini memimpin rapat. Ia pun duduk di kursi tersebut. Meletakkan tas hijau yang ia bawa, lalu mengeluarkan laptop serta ponselnya.

Tak selang lama, Sagita mendengar suara ketukan pintu. Ia pun angkat dari kursinya dan berjalan menuju pintu dengan santai. "Siapa di situ? Masuk!"

Ternyata, orang yang mengetuk pintu adalah Heksa. Ia berdiri di ambang pintu, lalu berjalan masuk. "Mau rapat apa, Git?" tanya Heksa sambil mengambil posisi untuk duduk.

"Masuk aja dulu, saya mau ke dapur," ujar Sagita, lalu berjalan keluar meninggalkan ruangan rapat.

Di saat Sagita berjalan menuju dapur, ia dikejutkan dengan kehadiran Rega, Reza, dan Priska? Sagita tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri saat ini. Ia pun melirik tajam ke arah Rega yang sedang seperti menahan tawanya. Melihat itu pun ia sedikit geram dengan kelakuan Rega. Tapi, demi menjaga kewibawaannya, Sagita hanya memprotes Rega dengan sewajarnya. "Maksudnya apa, Reg?"

Tatapan Sagita beralih ke arah Reza dan Priska. Masih dengan menjunjung kewibawaannya, ia melipat kedua tangan di depan dadanya dan berdehem. "Hm."

Setelah berdehem, Sagita melanjutkan langkahnya meninggalkan mereka, namun segera berhenti tanpa menoleh ke belakang. "Kalian pulang sekarang!" perintah Sagita.

"Tapi," sela Rega berusaha membela kehadiran Reza dan Priska. "Mereka udah cape-cape ke sini, buat bantu rapat kita. Mereka sudah saya kasih tau mengenai kasus apa yang akan kita bahas saat rapat nanti." Rega masih saja berusaha untuk membela Reza dan Priska.

Sagita yang hendak meninggalkan mereka, malah terdiam setelah mendengar penjelasan dari Rega. Ia membelalakkan matanya dan membalikkan tubuhnya menghadap Rega. Seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. 'Dasar bodoh!'

Rega yang ditatap seperti itu hanya bisa melengos. Segera saja dirinya mengalah dan menyuruh Reza dan Priska agar menuju taman kantor XIA terlebih dahulu. "Lo berdua ke taman dulu dah, gak jadi gue ajak. Bu bosnya ngamok!"

Reza dan Priska pun saling melempar pandang, mengangkat sebelah alis mereka. Tidak mengerti apa yang terjadi antara Sagita dengan Rega. Mereka berdua yang disuruh meninggalkan tempat itu pun segera mematuhinya. Guna menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Bisa rumit nanti akibatnya.

Setelah Reza dan Priska pergi, mata Sagita kembali normal, tidak membelalak seperti tadi lagi. Ia pun menampar keras Rega di tempat. "MAKSUD ANDA APA SIH, REGA FAHREZI?! ASTAGA ABANGKU, YA ALLAH."

Sagita menatap malas Rega. Ia menghembuskan napasnya dengan kasar siap untuk membantai Rega di tempat. "Maksud lo ngajak orang dari luar XIA apa, Reg?" tanya Sagita naik pitam "lo sendiri tau kan kalo kerahasiaan misi ini seharusnya dijaga ketat, Rega, astagfirullah."

Sagita melipat tangannya di depan dadanya, sambil memijat pelipisnya. "Mereka tau apa aja?"

Rega memundurkan langkahnya membuat jarak antara dirinya dengan Sagita. Dengan langkah yang ia buat seakan-akan siap berlari, ia berkata, "Tapi boong." Rega pun berlari terbirit-birit meninggalkan Sagita yang masih terlihat emosi begitu saja. Berlari dengan tawa yang menggema di lorong kantor XIA.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang