32. Tak Kunjung Mereda

47 26 13
                                    

Happy reading❤️!

-

Sagita yang baru saja selesai berolahraga dan bertemu dengan Rey, memutuskan untuk kembali ke kelas. Dirinya berlari dengan tergopoh-gopoh menuju tangga yang merupakan akses ke lantai dua. Sialnya, ia bertemu dengan komplotannya Angel yang baru turun dari lantai dua.

"Hei, Girls. Gue mau tampar pipi kalian dong. Biar digelandang ke aparat, nih," sindir Angel ketika bertemu Sagita di tangga.

Perjalanan Sagita ke kelas dihadang oleh Angel. Suhu badan Sagita yang sedang tinggi membuat emosinya meningkat dengan mudah. Apalagi ditambah lelah setelah berolahraga. "MAKSUD LO APA, SIH?" bentak Sagita mulai naik pitam.

"Kok marah, ya? Segala nanya maksud gue apa. Lo pura-pura lupa apa gimana, hah? Jago akting juga, ya lo? Daftar ekskul drama, yuk!" ledek Priska dengan berlagak menutupi mulut dengan tangannya.

"Ajakin, Njel."

"Juara nih kalo ikut ekskul drama."

Tawa mereka menggelegar. Sagita merasa terpojok dengan ledekan mereka. Dirinya berdiri dikelilingi lima orang termasuk Angel yang meledeknya. Matanya yang nanar masih saja menyempatkan untuk menatap tajam mata Angel. Saling melempar tatapan yang seakan-akan saling bersaing satu sama lain. Sagita memajukan langkahnya dan mendorong tubuh Angel. "Mau lo apa sih, Kak?!"

"Eitss ...." Angel membetulkan posisi berdirinya yang sempat oleng. Tangannya menghempaskan rambutnya ke belakang. "Berani banget sih lo dorong-dorong gue. Lo mau gue anterin ke bui?"

Emosi Angel naik seketika. Sagita yang tersadar akan ucapan Angel, dirinya berjalan mundur menjauhi Angel beberapa langkah. Raut wajahnya juga berubah menjadi bingung. Angel tidak kunjung berhenti menantang Sagita. Ia memajukan langkahnya dengan tangan yang ia lipat di depan dadanya.

"Lo mau dianterin ke bui? HAH?!"

Atmosfer sekitar terasa memanas. Jantung Sagita berdetak tidak normal. Tangannya menjadi enteng seakan-akan siap menampar nenek lampir di hadapannya ini. Tapi, otak dan hatinya berkecamuk untuk melakukan itu atau tidak. 'Gue harus apa ini?'

"Gampang nih kalo lo mau nyusul si itu ke bui. Gue tinggal bikin laporan. Banyak kan, kesalahan lo ke gue?" tanya Angel dengan nada yang mulai menurun. Tangannya juga sudah tidak melipat di depan dadanya. Jarak anatara dirinya dengan Sagita juga semakin menjauh.

'Oh, iya.' Sagita teringat beberapa kejadian. Seketika, ia mendapatkan celah untuk mengembalikan ucapan Angel. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke Angel. Kepalanya ia dongakan untuk mencapai mata Angel. "Lo, Kak! Lo yang seharusnya inget kesalahan lo ke gue! Lo udah ngedorong gue! Jambak gue! Nyiram gue! Sedangkan, ah ...." Sagita menurunkan jarinya yang baru menunjuk-nunjuk wajah Angel.

"Gue cuma ngatain nenek lampir ke lo! Itu kesalahan gue!" Sagita mendorong tubuh Angel dan segera berlari pergi.

Angel kembali naik pitam. Napasnya memburu dengan cepat. Ia membalikkan tubuhnya ke arah Sagita berlari. "PENGECUT LO! CIA ANNCHI SILVANA SEORANG PENGECUT!"

Teriakan Angel membuat orang-orang di sekitarnya gempar. Hingar bingar tercipta oleh siswa/siswi Carem yang berada di TKP. Namun, Angel hanya acuh tak acuh dengan itu semua. Sudah terbiasa bagi dirinya untuk membuat kericuhan.

Kebetulan ada Leo turun dari lantai dua. Dirinya melihat Angel dan juga gengnya. Matanya berkelana ke sekitar. Banyak pasang mata yang memandang heran keberadaannya dan juga Angel serta teman-temannya.

Leo melangkah mendekati Angel yang masih berdiri di dekat tangga. Dirinya memasang wajah bertanya-tanya. Penasaran dengan apa yang terjadi. "Kenapa, Njel? Kok pada ngeliatin ke sini?"

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang