4. Berkunjung

64 22 13
                                    

Playing now: ME - Inikah Cinta (eclat acoustic cover)

-

Bertanyalah tentang banyak hal, sekali pun juga hal bodoh. Jangan pernah malu untuk bertanya. Ingatlah, kesesatan akan menghampirimu nanti.

Juga ingatlah satu pepatah kuno. "Malu bertanya sesat di jalan."

Sagita Arsy Syfana

-

Suasana malam ini sangat ramai. Suara riuh hiruk pikuk kota terdengar sampai ke rumah Sagita. Padahal, letak rumahnya lumayan jauh dari jalan besar. Tapi, masih saja suara keramaian itu sampai ke rumahnya. Memang, polusi suara yang amat kacau.

Saat ini, Sagita memakai sweter berwarna biru muda dan sedang terduduk di meja rias untuk memoles wajahnya. Taburan bedak bayi dan sedikit perwarna bibir menambah level kecantikan milik Sagita. Sungguh, ia terlihat menawan malam ini.

Sagita melihat setiap detail wajahnya di cermin yang berhiaskan lampu yang mengelilinginya. Setelah merasa puas dengan wajahnya, Sagita beranjak dari kursi menuju nakas untuk mengambil ponselnya yang sedang ter-charge.

Ke mana dan apa tujuan dirinya malam ini? Tumben sekali seorang Sagita mau keluar rumah saat malam hari. Mengingat dia adalah orang yang sangat malas untuk keluar rumah bila tidak ada tujuan yang jelas. Nyatanya, ia teringat akan ucapan Heksa kemarin siang saat dirinya diantarkan pulang oleh cowok tersebut. Kebetulan juga ada banyak pertanyaan darinya yang membutuhkan jawaban secepat mungkin.

Sagita menatap ke depan dan bingung untuk melakukan apa. Kecanggungan ini saat ia benci. Heksa memilih diam sejak tangan mereka beradu untuk memencet tombol lift, itu amat membuat Sagita malu dan enggan untuk membuka suara.

Menit berganti jam. Perjalanan pulang ke rumah Sagita seakan-akan terasa lebih lama. Ia juga semakin gelisah, takut Heksa akan membawanya pergi entah ke mana pun tempat yang Sagita tak ketahui. Saat mobil yang dikendarai Heksa berhenti di lampu merah, ia menoleh ke arah Sagita.

"Kenapa diem?" tanya Heksa dengan santainya.

Sagita kaget kalau Heksa akan berbicara. Ia yang sibuk menatap ke depan pun beralih menatap Heksa yang berada di sebelahnya. Mata mereka beradu hingga beberapa detik. Saling diam dan ....

"Maaf, Pak. Kenapa, ya?" Sagita menggelengkan kepalanya dan segera membuang muka.

Senyum yang amat tipis terukir di wajah Heksa. "Kamu kenapa diem?"

Sagita terdiam beberapa saat. Ia memikirkan apa yang harus ia ucapkan saat ini. "Eummm. Gak, gak apa-apa, Pak."

"Oh, gitu. Btw, umurmu berapa, Git? Saya pikir, umur kita berdua gak terpaut jauh. Kamu bisa panggil kak aja, ya. Jangan panggil bapak." Heksa sedikit tertawa mengakhiri ucapannya.

Heksa kembali menghadap ke arah depan. Kembali fokus untuk menyetir, karena lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Ia menginjak gas dan mobil pun kembali melaju ditemani panasnya matahari.

"Iya, Kak."

"Oke, bagus. Kebetulan rumahmu dekat dengan rumahku. Hanya beda gang, kalau mau tanya sesuatu bisa main ke rumahku," terang Heksa yang masih berkutik dengan stir mobil.

"Iyakah?" tanya Sagita kurang percaya.

Heksa menghela napas panjang. "Iya. Rumahmu sebentar lagi sampe, nih."

Heksa membelokkan mobil yang ia kendarai ke gang rumah Sagita. Saat mobil berhenti dengan sempurna, Sagita turun dari mobil. Heksa pun kembali menginjak gas lagi, ketika Sagita sudah masuk ke dalam rumahnya.

Sagita [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang