A/N: Maaf jika jalan cerita aneh dan tidak nyambung. Aku harap kalian suka. Selamat membaca! ^^/
----------------------
"Family is supposed to be our safe haven. Very often, its the place where we find the deepest heartache." — Iyanla Vanzant
-----------------------
Seorang gadis memasuki ruang CEO JP Corp. tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Wajahnya terlihat muram. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa tanpa berbicara sepatah katapun dan membanting tasnya.
"Apa yang membuat adik kesayanganku ini kesal kali ini sehingga menggangguku di kantor?," Changmin berseru tanpa melihat gadis itu. Pria itu sudah hafal betul dengan tingkah laku adiknya yang satu ini.
"Eomma kembali memintaku untuk berhenti menjadi dokter dan bekerja di perusahaan sama seperti Yonna," gadis itu menghela napas kasar, "Aku bukan salinannya meskipun kami kembar. Selain itu, aku menyukai pekerjaanku dan tidak ada niatan sedikitpun dalam diriku untuk bergabung dengan kalian mengurus perusahaan keluarga kita."
Changmin melepas kacamata dan menghampiri adiknya. "Jadi kau datang ke kantor dan mengganggu kesibukkanku hanya untuk mengatakan hal ini? Apa kau sudah tidak ada pasien lagi?"
Seohyun sama sekali tidak menghiraukan ucapan Changmin. Memang benar yang pria itu ucapkan karena Seohyun hanya datang ke kantor saat ia sudah tidak bisa lagi menahan emosi. Ia sedikit menaikkan nada bicaranya, "Apakah salah jika kali ini saja aku tidak menuruti eomma? Aku selalu menuruti keinginan eomma sejak dulu. Aku bahkan tidak pernah protes saat beliau lebih memperhatikan Yonna."
"Seohyun-ah, apa ini alasan dari perubahan sikapmu? Sejak kau menginjak tingkat pertama di perkuliahan, kau mulai bersikap dingin pada semua orang termasuk keluargamu sendiri,"Changmin memeluk gadis itu dan menepuk lembut punggungnya. Ia berusaha menenangkan sang adik yang sedang menangis.
"Aku masih Seohyun yang dulu jika bersama dengan oppa."
"Mengapa baru kau katakan sekarang hm? Mengapa tidak sejak dulu kau katakan jika kau tidak suka dengan sikap eomma? Mulai saat ini, kau bisa membagi bebanmu padaku. Berhentilah bersikap sok kuat," Changmin mengusap pipi Seohyun yang dibasahi air mata, "Kau tidak sendiri. Masih ada appa dan juga keluarga Nari imo yang selalu menyayangimu. Kami selalu mendukungmu Seohyun-ah."
"Aku tahu itu, tetapi tetap saja oppa, kapan eomma akan memberiku perhatian dan kasih sayang yang sama seperti dulu saat kami masih sekolah? Aku merindukan eomma yang dulu. Aku merindukan sosok wanita yang tidak pernah lupa menanyakan keadaanku dan juga aktivitasku. Apa karena aku memilih untuk melanjutkan pendidikanku di luar negeri? Apa eomma tidak setuju dengan pilihanku tetapi beliau tidak memberitahuku? Jadi sikap eomma terkesan menomor duakan aku sekarang," Seohyun mengangguk kecil dengan kesimpulan yang ia buat.