"putih abu abu ya?" Gumam seorang gadis yang sering dipanggil V itu menatap baju sekolahnya yang tergantung di lemari.
Yap, tahun ajaran baru akan segera dimulai, semua calon murid dan para murid mulai menyiapkan perlengkapan sekolah masing masing. Mulai dari seragam, buku dan hal-hal normal lainnya.
Sama halnya dengan murid baru yang lain, Valina juga telah menyiapkan peralatan sekolahnya untuk menyambut tahun ajaran baru nanti. Ini adalah tahun pertamanya di tingkat Sma.
Valina mengambil note book miliknya, dengan malas Valina mengabsen alat-alat yang harus ia bawa saat masa orientasi siswa nantinya.
"Ekhem", suara dehaman berat itu muncul dari balik pintu kamarnya. Ternyata itu Anggara, saudara laki-lakinya.
Valina membalikkan badannya, "Hmm?" Sahutnya acuh.
Raut Anggara berubah "Yeeelah, lesu amat kamu ngeliat peralatan sekolah ini". Kata Anggara sambil melewati pintu kamar Valina.
"Gimana V ga lesu?, V uda terbiasa libur bang, dan sekarang V harus balik sekolah lagi". Keluh Valina kepada abangnya.
Anggara menggeleng tidak percaya, "Astagaaaa!.. Libur sebulan masih kurang?, gabosen apa?".
Valina hanya menggelengkan kepalanya santai dan melanjutkan kegiatan mengabsennya.
"Buku udah.., pulpen, topi.." gumamnya.
"Sini aku bantu". Anggara mulai ikut mengambil barang barang yang dibutuhkan Valina.
Memang benar adanya, pekerjaan akan cepat selesai kalau dikerjakan bersama. Setelah selesai berbenah, Valina memasukkan tasnya kedalam lemari bukunya yang sembilan puluh persen isinya novel dan buku cerita lainnya.
"Mama sama papa lama lagi pulang, bang?" Tanyanya dengan tangan yang masih sibuk merapikan lemari bukunya, "V laper nih!". Rengek Valina sambil memegangi perutnya yang berbunyi.
Anggara terlihat berfikir sejenak, "Ayo kita keluar!" Serunya.
"YEYY!! Abang yang traktirrrr!". Sorak Valina tanpa aba-aba.
"Ngga!!" Anggara seketika melotot, sedangkan Valina hanya nyengir bagai kuda. "Rese kamu V!". Anggara yang melihat itu memasang muka yang sangat kasihan.
"Udah sana ganti bajuu cepatt!" Valina mentitah Anggara untuk bergegas. "Ntar keburu sore, bukan makan siang namanya!".
Valina mendorong abangnya keluar dari kamarnya. Anggara yang hanya pasrah dengan kelakuan adiknya itu hanya meng-iyakan apa yang diperbuat adiknya.
Setelah selesai ganti pakaian, mereka berdua menaiki mobil hitam milik Anggara dan langsung pergi meninggalkan halaman rumah yang tertata rapi.
Setelah sepuluh menit perjalanan dengan Valina yang sedari tadi bernyanyi di dalam mobil dan berhasil membuat Anggara hilang fokus, akhirnya mereka sampai dirumah makan yang sangat sederhana, atau mungkin kaki lima.
Memang, keluarga mereka lebih suka makan makanan yang sederhana dari pada makan di resto termahal, walaupun keluarga mereka tergolong berkecukupan.
Valina tampak tergesa-gesa, bahkan ia mendahului Anggara. Anggara hanya mengehela nafas pelan, ini memang tempat kesukaan Valina kalau untuk makan.
"Mas, ayam cabe ijonya satu, es teh manis satu". Tanpa jeda Valina langsung memesan makanan saat menu makanan sudah ada di depan matanya.
Anggara hanya tersenyum kecil melihat tingkah Valina, lalu ia memesan makanan yang sama seperti Valina.
"Kok pesen yang sama sih?, Kan ngga bisa cicip punya kamu!" Cibir Valina.
Anggara mencelos, "sengaja, kamu bukan nyicip nanti, tapi minta" Valina mengerutkan keningnya.
"Lah kok minta?"
"Ya kalo nyicip dikit, kamu aja bilangnya nyicip tapi ngambilnya banyak!" Sahut Anggara. Valina hanya bersungut sebal. Tega sekali Anggara seperti itu, bahkan ia tidak rela berbagi dengan dirinya.
Valina lebih memilih memainkan ponselnya daripada meladeni Anggara, seperti apa yang ada di otak Valina, Anggara juga melakukan hal yang sama sembari menunggu pesanan datang.
"Bagus nih tasnya, kamu mau ga?". Tanya Anggara sambil menunjukkan handphonenya ke arah wajah Valina. Lihat?, Baru beberapa detik yang lalu mereka bertengkar, dan sekarang sudah baikan.
Bukannya bilang bagus Valina malah menunjuk layar ponsel Anggara, "mama telfon tuh"
Anggara segera membalikkan layar ponselnya, nama mama tertera dilayar yang menandakan bahwa mama sedang mencoba menelfon Anggara.
"Angkat gih, buru!"
Dengan sigap Anggara langsung mengangkat telfon itu sebelum terkena siraman rohani, katanya.
"Halo, ma?" Anggara mencoba dramatis.
"Ohiya ma, iya"
"Ini kita lagi makan"
"Iya ma"
Anggara menutup telfonnya dan langsung mengintrogasi Valina. "Kok kata mama kamu gabisa dihubungi?". Anggara menatap Valina lekat.
Plak
Valina menepuk jidatnya keras, "Mampus, aku pake mode pesawat tadi"
"Mama marah sama V ngga, bang?" Valina langsung menegang.
"Engga sih" Anggara melepaskan pandanganya.
Valina menghembuskan nafas lega, "untung aja!". Saat hendak ingin kembali mengambil ponselnya, Anggara kembali mencibir.
"Cuma mama bilang kalo hp kamu bakal kena sita, kyaaa!!". Ledek Anggara dengan tawa yang kencang, karena Anggara tau Valina sangat menyayangi hp miliknya itu.
Wajah Valina memerah dan tangannya refleks mencubit lengan abangnya. "Rese ihhh"
"Pasti bohong kan?"
Anggara yang tertawa lepas kini meringis kesakitan karena cubitan yang diberikan Valina bisa membuat kulit putihnya memerah.
"Iyaiyaa ampun, cuma bercanda". Anggara mengangkat tangannya menyerah.
"Ohiya, tadi mama bilang bakal pulang malem", sambung Anggara lagi.
"Hah?, Yang bener?"
"Iya, soalnya temen papa baru bisa dateng jam 3 sore nanti"
"Ohh gitu, gajadi beli novel dong". Valina memasang wajah cemberutnya.
"Permisi mbak, ini ayam cabe ijonya sama estehnya".
Suara pelayan itu seketika bisa menaikkan mood Valina seratus persen happy karena cacing diperut Valina sudah mulai ganas.
"Makasih mas"
Valina langsung menarik ayam miliknya dan lahap memakannya.
"V mau beli novel?, Yaudah abis ini kita ke toko buku di ujung gang sana" jawab Anggara yang mendengar keluhan sang adik tadi.
Valina mengacungkan jempolnya yang berisi sambal ijo kearah Anggara.
"Best brother ever kamu mahh". Senyum Valina yang sangat lebar.
"Anggara Aditya gitu loo". Kekeh Anggara.
Mereka menikmati makan siangnya hari itu, ini adalah tempat makan favourite mereka dan dengan menu yang bermacam-macam.
"Selalu inget kecil dulu ngga sih?, Kita selalu lari-lari di sana", Anggara menunjuk anak kecil yang berlarian di pinggir kedai.
Valina seketika terdiam. Anggara yang menyadari itu ikut merutuki dirinya sendiri. "V, sama sekali ngga inget" ucap Valina. "Maaf ya, bang" lalu, Valina menyuap nasinya dengan lesu.
Anggara dengan seribu satu cara mencoba untuk mengembalikan mood Valina dengan meminum es teh manis milik Valina sampai separuh. Hal itu sontak membuat Valina kesal, dan akhirnya jitakan keras di terima Anggara. Tak apa, jitakan keras itu tidak akan sebanding dengan rasa sedih dan sakitnya saudara kembarnya itu.
----
Scrol!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sentanu [Completed]
Teen Fiction[PROSES REVISI] Setelah kejadian 2 tahun yang lalu. Langit mau tidak mau harus menerima kenyataan kalau ia benar-benar dilupakan oleh orang yang ia sayangi. Valina Faraninda. Kenyataan memang pahit. Namun, hanya satu yang Langit mau, Valina tetap da...