cerita 35 / thats real

183 15 6
                                    

Keesokan harinya, seperti yang sudah di katakan dokter bahwa hari ini adalah hari dimana Valina di tes perkembangan ingatannya. Semua sudah berkumpul, papa dan mama Valina, Anggara, Langit, Rio dan Steffi, teman-teman Valina, bahkan Gaga yang sejak tadi melihat sinis kearah Langit walaupun sama sekali tidak di hiraukan oleh Langit.

Valina belum siuman, sehingga mereka harus menunggu di dalam ruangan dan harus memberi tahu dokter kalau Valina sudah siuman.

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ruangan itu hening walaupun di tempati banyak orang.

Langit mengusap buku diary Valina yang ada di dalam hoodie miliknya. "Jangan bikin gue takut, gue mohon" batin Langit.

Semua menoleh saat Asry dan Dodi mulai tersenyum sumringah karena Valina menggerakkan tangannya sedikit.

"Wir, panggil dokter sana" Rio menyuruh Wira untuk bergegas.

Semua berkumpul mendekati ranjang putih Valina. Bertepatan dengan itu, Wira dan dokter sampai.

"Silahkan, dok" Dodi memberi ruang untuk dokter tersebut.

Semua antusias saat Valina mulai perlahan membuka matanya, ia sedikit meringis sakit saat matanya dengan sempurna terbuka. Asry memeluk lengan suaminya erat.

"Mama?" , Lalu Valina menoleh ke samping Asry, "Pa-pa?" Ucap Valina pertama kali saat melihat Asry dan Dodi. Seketika, bulir bening itu jatuh di kedua pipi Asry, begitu pula Dodi yang menatapnya haru.

"Anak mamaa!" Asry spontan memeluk Valina, mereka menangis kala itu juga. Dodi ikut memeluknya. "Maafin Valina" isaknya didalam pelukan Asry. Semuanya merasa bahagia dan juga terharu.

Setelah selesai, dokter kembali berbicara "Valina?"

Valina menoleh, "iya?"

"Sudah ingat siapa kamu?, Dan Sudah ingat siapa mereka?" Tunjuk dokter kepada kedua orangtuanya. Dengan senyum yang merekah, Valina menggenggam tangan kedua orang tuanya lalu mengangguk. "Sudah, dok"

"Kalau begitu, kenal dengan mereka semua?" Dokter menoleh kearah Langit, Anggara, Gaga, Rio, Steffi dan teman-teman Valina yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.

Anggara tampak melambai canggung, begitu pula Steffi dan Rio, sedangkan Langit memilih diam dengan lengan yang ia lipat di depan dadanya.

Semua hening, saat Valina menoleh kearah mereka semua, ia masih diam. Tampak ia berfikir sejenak lalu menunjuk salah satu dari mereka. "S-steffi?" Ucapnya.

Orang yang di tunjuk pun seketika menangis bahagia, "iya gue Steffi, kak V" ucapnya.

"Ih kok kakak sih... Gue kangen sekolah bareng lo" jawab Valina riang, Seketika semua terdiam bahkan senyum bahagia Steffi sedikit memudar.

Hati Langit tersayat, sepertinya ingatan Valina kembali, namun ia hanya kembali mengingat kejadian baru-baru ini saja, ingatannya tidak kembali dari dirinya masih kecil dulu. Valina bahkan mengingat Steffi sebagai temannya, bukan adik yang lebih muda setahun dari pada dirinya.

Steffi yang mengerti keadaan langsung kembali tersenyum, "iya, makanya jangan sakit lagi dong" ucapnya.

Valina tersenyum, lalu menyebut nama teman-temannya satu persatu. " Kak Rio?" , Rio yang dipanggil melambaikan tangannya dan tersenyum. Sungguh keajaiban bagi dirinya bisa mengingat kembali walaupun bukan ingatan sepenuhnya.

"Bang Garaa!" Ucapnya histeris saat matanya menangkap sosok Anggara yang berdiri kaku disana. Anggara yang terkejut sekaligus senang berjalan menghampiri Valina dan memeluknya. "Aku takut kamu kenapa-kenapa, jangan diulangi, oke?" Ucapnya, Valina yang balas memeluk Anggara mengangguk.

Langit Sentanu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang