~
"V besok aja deh ke Glass cafenya. Gue mau pergi nih". Jelas Steffi saat perjalanan kedepan gerbang.
"Yaudah". Sahut Valina.
"Oke deh. Ohiya,beneran gamau ngikut balik nih?". Tanya Steffi saat melihat mobil abangnya di depan.
"Engga,duluan aja".
Setelah berpamitan Steffi langsung meninggalkan Valina yang berdiri didepan gerbang sendirian.
Bel pulang sudah berbunyi sejak Lima menit yang lalu. Sekolah sudah sepi sedari tadi. Semua murid sudah meninggalkan sekolah,terkecuali Valina.
Valina menunggu mulai dari berdiri,duduk,berdiri lagi,dan duduk lagi,tapi Anggara belum menunjukkan batang hidungnya.
Valina mengeluarkan handphonenya dan mulai mengetik nama Anggara disana.
"Hall...".
"Bang Anggara dimana sih?". Ocehnya memotong suara disebrang sana.
"Maaf V,abang lagi sibuk. Kamu pulang sendiri ya? Hehe". Rayu Anggara.
"Yahh,yaudah deh". Ucapnya pasrah saat mendengar penjelasan Anggara.
Valina berdecak kesal dan menutup handphonenya malas.
"Tau gitu gue ngikut steffi". Dengusnya kesal.
Angkutan umum sudah tak terlihat lagi di jam jam makan siang seperti ini. Mau tidak mau,Valina harus berjalan dan berharap ada keajaiban yang datang sebelum titik darah penghabisannya.
Sepanjang perjalanan Valina hanya tertunduk. Sesekali ia menendang batu,atau botol bekas minuman didepannya. Tak sedikit juga ia menghentakkan kakinya ke tanah,pertanda kesalnya ke Anggara.
"Awww!!". Ringgis orang di depan sana saat Valina menendang batu untuk ketiga kalinya.
Valina sontak langsung mengangkat kepalanya. Sosok Langit sedang berdiri didepan sana sambil memegang kepalanya,mungkin yang terkena batu tadi.*waitt?? Batu yang ditendang Valina sampai ke kepala Langit?*.
Langit nyengir menatap Valina yang masih tertegun,lalu berjalan mendekati Valina.
"Tenang aja,ga nyampe kepala kok". Ucapnya.
"Terus,kenapa kakak megang kepala?". Tanyanya.
"Biar buat lo khawatir,terus lari nyamperin gue. Nanya gue baik baik aja atau engga. Tapi..". Langit tersenyum,sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Tapi gue gabisa liat lo khawatir". Sambungnya dengan senyuman maut yang dimilikinya.
"Ngg,gapapa kan kak?". Tanya Valina salah tingkah.
"Gue? Ya gapapa lah. Batu yang lo tendang tadi,nyampe ke gue pun engga". Jawabnya yang berhasil membuat Valina membuang napas lega.
"Ga pulang?". Tanya Langit.
"Pulang".
"Ayo bareng". Tawar Langit.
"Gausahh kak,V bisa jalan sendiri kok".
"Jadi yang tadi nekuk muka,terus nendang batu sampe hentak hentak kaki itu apa?".
"Masih ikhlas buat jalan sampe rumah?". Sambungnya lagi.
"Jauh loh Val"
"Yakin?"
"Kalo yakin yaudah,aku duluan ya". Ucap Langit tanpa memberi jeda kepada Valina dan langsung berbalik badan.
"Eitttt, hehe. V ikut dong kak". Kali ini Valina yang merayu Langit.
"Lo tanya dong,gue mau apa engga". Ucap Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sentanu [Completed]
Teen Fiction[PROSES REVISI] Setelah kejadian 2 tahun yang lalu. Langit mau tidak mau harus menerima kenyataan kalau ia benar-benar dilupakan oleh orang yang ia sayangi. Valina Faraninda. Kenyataan memang pahit. Namun, hanya satu yang Langit mau, Valina tetap da...