~
Langit dan Valina sudah sampai didepan pintu ruangan icu. Mereka sudah mengenakan pakaian khusus untuk masuk kedalam sana. Tampak raut wajah Langit yang cemas. Disebelahnya,ada sang ayah. Raut wajah ayah tak kalah cemas melihat putri kecilnya terbaring disana.
Valina sudah berkenalan dengan ayah Langit. Valina senang,karena ayah Langit sangat ramah,dan juga baik. Tampaknya ayah baru pulang dari kantornya,seragam yang ia kenakan sudah acak acakan kemana mana.
"Cuma boleh dua orang,kalian aja masuk,ayah tadi udah liat Zizi". Ucapnya pada Langit.
"Iya yah".
"Mari om". Valina melemparkan senyumnya dan dibalas senyuman juga oleh ayah Langit.
Mereka masuk kedalam ruangan yang dipenuhi oleh mesin mesin yang bekerja tanpa henti,memastikan keadaan pasien yang ada disana.
Tampak ada seorang sedang tertidur di sana. Tubuhnya dipenuhi selang selang oksigen. Mesin mesin dan tabung oksigen mengelilinginya yang sedang tertidur. Suara detektor kehidupan terdengar nyaring di telinga Valina. Rasanya, dirinya seperti tidak asing dengan tempat ini.
Langit berdiri menatap gadis itu lekat. Ia kemudian tersenyum,dam mulai mengajak gadis itu berbicara.
"Hey".
"I'm here"
"Can you hear me?"
"Please open your eyes"
"Zi,jangan pergi nyusul ibu ya"
"Kamu kuat"
"Aku tau kamu bisa ngelawan ini semua"
"Hari ini,punya tanggal yang sama saat ibu pergi. Kamu inget kan? Setiap tahun kita selalu pergi ke makam ibu untuk nemenin ibu. Tahun ini. Cuma aku sama ayah yang kesana".
Sosok Langit yang sangat dikagumi banyak orang diluar sana ternyata sangat menyayangi keluarganya. Hatinya sangat lembut. Bahkan ternyata,riangnya dia diluar sana,hanya karena untuk menutupi kesedihan yang selama ini ia alami.
Untuk kedua kalinya,Valina meneteskan air matanya. Ia memegang ujung tempat tidur kuat sekali. Ia mencoba menahan air matanya tetapi tak bisa. Air matanya terus menetes.
"Val". Langit menatap Valina.
"Iya?". Jawabnya dengan suara yang lirih.
"Ini Zizi. My little angel".
"Iya kak,dia emang pantes disebut malaikat kecil". Ucapnya sambil tersenyum kearah Zizi.
"Kalau perlu darah,ambil darah V aja kak, biar Zizi cepat di operasi". Sambungnya lagi.
"Gabisa".
"Kenapa gabisa?"
"Kondisi Zizi lemah. Dokter ga ngizinkan kalo Zizi di operasi. Sekarang Zizi cuma kemo aja". Jelasnya.
"Terus? Kapan Zizi bisa sembuh?".
"Secepatnya". Langit tersenyum.
"Kemo yang Zizi jalanin sekarang,bisa ngebantu buat kondisinya fit. Bisa bantu Zizi juga biar cepat sadar dari koma". Sambungnya.
Valina masih menatap Zizi. Ia tersenyum. Dari sini Valina berfikir kalau,ujian bisa turun pada siapa saja. Siapapun dia,apapun pekerjaannya,berapapun umurnya,dan dimanapun dia. Dan Valina selalu mempercayai kalau Tuhan selalu memberikan ujian pada kita,dan pasti selalu memberikan jalan keluarnya juga.
~
Valina dan Langit sudah keluar dari ruang icu. Langit pamit untuk pergi ke toilet terdekat dan menyuruh Valina untuk menunggunya. Valina duduk disebelah ayah Langit yang masih memandangi pintu ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sentanu [Completed]
Teen Fiction[PROSES REVISI] Setelah kejadian 2 tahun yang lalu. Langit mau tidak mau harus menerima kenyataan kalau ia benar-benar dilupakan oleh orang yang ia sayangi. Valina Faraninda. Kenyataan memang pahit. Namun, hanya satu yang Langit mau, Valina tetap da...