cerita 8 / bad mood mode on

389 26 0
                                    

"WHAHAHAHA". Tawa itu meledak dari mulut Anggara saat mendengar apa yang adiknya teriakan itu.

"Ya ampun Valinaa,Cinta? Sama langit?Wahahaha udah deh cukup ga normal aja,jangan sampe ga waras ". Sambung Anggara dengan sisa tawa yang masih menggelegar.

Buukk!

Bantal busuknya Valina mendarat tepat di wajah Anggara yang membuat muka tak sedapnya Anggara keluar.

"Rese!". Pekik Valina.

"Bau nih bantal,cuci sana!". Ucap Anggara sambil mengendus bantalnya Valina.

"Ihh apaan sii". Valina memanyunkan bibirnya jauh.

"Haha iya iya". Ucap Anggara mengalah karena telah melihat adiknya cemberut.

"Nih". Ucapnya sambil memberikan bantal busuk itu pada Valina.

Valina merampasnya dari tangan Anggara dan langsung memeluk bantal itu.

"Kenapa kekamar V?". Ucap Valina ketus pada abangnya.

"Yee santai dong. Serem tau liat kamu marah gini,iiihhhh". Anggara bergidik ngeri seolah olah Valina memang menyeramkan.

"V masih ga kawan sama abang". Valina melipat kedua tangannya,menyembunikan jari jarinya agar Anggara tidak bisa melakukan 'piss' pertemanan (yang biasanya pakai jari kelingking itu lo).

"Yah ngambek. Padahal aku mau ajak kamu beli coklat,terus temenin aku nyari hoodie,terus nonton,terus makan ayam cabe ijo,terus..."

"Halahh,kebanyakan terusnya".

Anggara tertawa lucu melihat adiknya yang memotong pembicaraannya itu. Anggara memang seperti itu,jika telah membuat Valina 'badmood' ia pasti akan mencari cara agar adiknya kembali ceria dan 'goodmood'. Sehingga saat ini ia sedang merayu Valina agar mau menerima tawarannya itu.

"Haha ayo dong,mau ya?". Rayunya pada Valina sambil mengelus kepala Valina lembut.

"Maaf deh soal tadi siang. Kamu kan adik aku yang paling cute se-jagat raya. Bener kan?". Sambungnya lagi.

"Hmm". Valina membuang napas malas mendengar gombalan maut milik Anggara itu. Sedikit jiji sih.

"Yaudah". Jawabnya malas.

"Nah gitu dong V". Sorak Anggara menang.

"V mau apa? Temenin aku beli hoodie yuk?". Tawar Anggara.

"Oke V temenin,tapi V mau ke toko buku yang kemarin". Tawar Valina lagi.

"Beli novel lagi?".

"Engga,cuma pengen ke cafe disebelahnya".

"Kalo gitu langsung bilang ke cafe aja,ngapai bilang ke toko buku". Sewot Anggara.

"SSV dong". Sahutnya.

"Hah? SSV?".

"Suka Suka V. Wlee!". Ucapnya dan langsung mendorong Anggara keluar kamarnya.

"Udah sana V mau siap siap". Teriaknya yang masih mendorong Anggara.

"Dasar human terribet".

Setelah selesai berpamitan pada mama,mereka langsung cuuss ke mall membeli hoodie Anggara.

"Dapat!!". Soraknya saat melihat hoodie berwarna abu abu tergantung di sana.

"Kamu mau?". Tanya Anggara kepada Valina yang sedari tadi celingukan melihat pakaian disitu.

"Mau! Warnanya samain biar couple". Ucap Valina dengan mood yang sudah membaik.

"Oke lil sistt".

~

Mobil mereka sudah berada di depan cafe itu. 'Glass Cafe'. Sama dengan toko buku disebelah yang memiliki tema kaca di separuh bangunannya.

"Wahh,rasanya baru kemarin cafe sama toko bukunya pisah.ini udah gabung aja". First impression Anggara saat melihat toko buku yang sudah menyatu dengan cafe itu.

Dua bangunan itu memiliki pintu penghubung yang dapat menyatukan si-toko buku dan si-cafe tersebut.

"Kok udah nyatu aja mbak?"

"dengan begini jadi kalau mau duduk santai sambil baca buku bisa mbak". Ucap sang waiters menjawab pertanyaan Valina.

Valina dan Anggara sudah menemukan posisi yang strategis.

"Milk shake coklat satu sama roti bakar coklat satu mbak". Ucap Valina semangat saat mbak mbak waiters sampai dimejanya.

"Cappucino late satu". Susul Anggara.

"Wahh kalo udah gini,V bisa dong tiap hari kesini". Ucapnya girang.

"Senang lah kamu ya". Sahut Anggara.

"Oh telfon Steffi ah siapa tau dia masih mau main". Valina teringat akan ajakan Steffi tadi.

Valina membuka layar handphonenya dan langsung ke ruang telfon untuk mencari nama Steffi disana.

"Steff, gue di toko buku yang gue bilang nih, sama bang Anggara sih. Mau ikutan ga?". Ucapnya langsung saat telah mendengar respon dari sebrang sana.

"Alah lo telat V,gue nemenin mama arisan hufttt". Terdengar dari sana bahwa Steffi membuang nafas kasar.

"Hehe sorry,ini ga gue rencanain. Bang Anggara yang ngajak". Ucapnya meyakinkan Steffi.

"Iya gapapa,yang penting besok lo bawa gue kesana". Sahut Steffi semangat.

"Yaudah deh,salam buat tante Wita,bye Steff"

"Okey,bye".

Tutt

Suara itu menyelesaikan percakapan singkat antara Valina dan Steffi.

~
Valina mengetuk meja bundar itu dengan kukunya. Pandangannya kesana kemari entah mau kemana. Milk shake yang ia pesan sudah separuh ditengguknya. Dan roti bakarnya? Sudah tinggal piring saja.

"Pulang yuk?". Ucap Anggara memecahkan kedamaian Valina.

"Yah, ga asik". Gumamnya pada Anggara.

"Udah sore juga,besok masih bisa". Tawar Anggara pada Valina.

"Hufttt,yaudah deh".

Valina mengikuti langkah Anggara dengan malas. Valina masih ingin disini,duduk membaca novel,minum milkshake dan roti bakar lagi.

"Ah sudah lah,besok juga bisa". Batinnya.

"Eh wait? Itukan??".

"Kak Langit!". Valina spontan terkejut,darahnya mengalir cepat dan jantungnya? Pasti berdegub kencang.

"Jaim V jaim". Pekiknya dalam hati.

"Kudu kuad V".

"Oke V,pas selisihan nanti se enggaknya senyum sama kak Langit".

Tepat saat Valina dan Langit selisihan seakan jantung Valina berhenti dan darahnya mengalir entah kemana. Deg degannya sampai ketulang tulang. Begitulah lebih kurangnya.

Valina langsung melancarkan rencanyanya tadi. Valina tersenyum pada langit.

Tapi?

"What?". Ucapnya terkejut.

"Ngeliat gue aja engga nih orang".

Langit sama sekali tidak balas menatap Valina. Tidak melihatnya? Bisa jadi. Ia seperti sedang terburu buru. Pandangannya hanya lurus kedepan dan sesekali mengecek ponselnya.

Kecewa telah menimpa Valina saat ini. Ia mengaharap balasan lebih dari Langit, tetapi malah sebaliknya.

"Ah sudahlah". Gumamnya kecewa.

Valina langsung menyusul langkah kaki Anggara dengan perasaan kecewanya. 'badmood mode on'.

Langit Sentanu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang