cerita 37 / please stay with me! (end)

421 20 44
                                    

Mobil mereka sampai, Anggara benar-benar membawa mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, bahkan saat ngerem mendadak ban mobilnya sampai berdecit membuat orang di sekitarnya histeris.

Dengan kasar Anggara membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan Langit dari sana dibantu oleh Rio.

"SUSTER!" Teriak Rio dan Anggara. Mereka panik. Kepanikan mereka berhasil membuat semuanya terkejut, apalagi saat mereka melihat kondisi Langit yang bisa dibilang sangat tidak bagus.

Valina dan Steffi menyusul dari belakang, mereka sedikit berlari karena langkah Anggara dan Rio sudah cukup jauh.

Akhirnya perawat itu datang membawa tempat tidur dan dengan sigap meletakkan Langit di atasnya dengan hati-hati, mereka mendorongnya dengan kecepatan penuh saat melihat kondisi Langit yang seperti itu. Anggara dan Rio berlari di samping tempat tidur itu, begitu pula Valina dan Steffi.

"El, plis bertahan" gumam Anggara.

"Lo harus hidup!" Decih Rio.

"Plis, El.. pliss!" Lirih Valina.

Salah satu dokter yang bertugas ikut berlari mensejajarkan langkahnya, ia bertanya dengan panik. "Ini kenapa!"

Anggara langsung menoleh, "dia tertembak tepat di jantungnya dok!, Tolong selamatin dia dok!" Nada bicara Anggara tidak terkendali.

"Segera bawa keruang operasi!" Perintah dokter itu. Para perawat mengangguk dan berbelok kearah ruang operasi. Sesampainya disana, mereka berempat di larang masuk dan harus menunggu diluar.

"Kami akan melakukan yang terbaik, tolong tunggu saja" ucap dokter itu dan bergegas masuk kedalam ruang operasi.

"Arrrgghhh!. Sial!, Kenapa gue telat sih!" Anggara menendang tempat sampah yang ada di sebelahnya. Wajah Anggara frustasi.

"Gaga sialan!" Decih Rio. Ia mengusap wajahnya kasar, bahkan nafasnya tidak teratur.

Anggara melihat darah Langit yang menyerap di kaosnya, "gue harap ini belum terlambat, lo harus hidup!" Ucapnya.

Rio menghantamkan kepalanya kedinding setelah itu ia terduduk di lantai dengan wajah frustasi, begitu pula dengan Anggara yang meremas rambutnya khawatir.

Valina masih berdiri didepan pintu ruang operasi. Bulir bening dari matanya tidak berhenti bahkan sampai sekarang. "Plis tetep hidup.. gue mohon!" Lirihnya pelan.

Steffi sudah tidak bisa menahan Valina lagi, Valina berhak menangisi ini semuanya.

"Maafin gue V, gue telat dateng" ucap Anggara dengan nada yang sudah sedikit menurun.

Valina menggeleng, "g-gapapa, El kuat, Ra!" Ucapnya.

Anggara tersentak, ia ingat saat dimana tadi Valina berteriak kearahnya dengan sebutan 'Gara'. "Lo udah inget, Val?" Tanyanya hati-hati.

Rio dan Steffi ikut mengangkat kepalanya. Mereka menunggu jawaban dari Valina.

Valina mengangguk samar, "gue inget semuanya" air mata Valina kembali menetes. Rasanya sangat sakit saat dirinya telah berhasil mengingat cinta pertamanya dan kini harus terpisahkan kembali dengan nyawa sebagai taruhannya.

Semuanya melotot tidak percaya, mereka sangat bahagia mendengar itu keluar dari mulut Valina. Anggara bangkit, lalu berjalan dan berdiri di depan Valina. Anggara mengelus pipi putih Valina, di tatapnya mata Valina yang sudah memerah, lalu ia membawa Valina kedalam pelukannya yang hangat. Anggara terisak, pelukannya semakin kencang.

"Lo udah kembali V!" Ucap Anggara.

Valina membalas pelukan Anggara, tangisnya semakin pecah saat Anggara berulang kali mencium puncak kepalanya. Rio dan Steffi yang menyaksikan itu ikut tersentuh, keduanya bahkan sampai mengeluarkan air mata melihat Anggara dan Valina.

Langit Sentanu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang